"Heboh bener larinya, macam di kejar banci aja Lo!" ujar Shena sambil menyodorkan sebotol minum. Shena, sahabat Upi semenjak masih kecil. Meski mereka tidak satu kampung, namun dua cewek ini terkenal akrab seperti Upin dan Ipin.
Hormat bendera di bawah teriknya matahari siapa yang tidak hampir mati. Apalagi Upi yang jarang berdiri.
Upi tarik napas, tapi tidak lupa untuk dibuang karena takut ia akan mati. Dengan cekatan ia menerima pemberian dari sahabat kecilnya itu.
"Air putih doang? Gak berniat ngasih minuman yang ada rasanya, gitu?" protes Upi.
"Yeee, gak bersyukur amat Lo."
Shena melirik ke belakang Upi, ada Aga di sana si cowok cool kelas IPS 3. Pasalnya Shena belum tahu jika Aga yang diperebutkan hatinya oleh ciwi-ciwi seantero SMA Garuda telah menyandang gelar sebagai pacarnya Upi, sahabat nya sendiri.
"Lo bareng Aga lagi?"
Upi menoleh kebelakang, dua sisi pundaknya merosot tatkala si Aga sudah dikerumuni banyak siswi. Membawa Aga ke ruang kelasnya sambil di tarik paksa.
"Ho'oh, gara-gara motornya mogok kita malah telat. Belum lagi Pak Aris ngasih hukuman. Beuhhh... Gak tanggung-tanggung!" setelah berucap Upi kembali meneguk air dalam kemasan botol.
"Shena sayang.... Yuhuiii.... Where are you, baby?" Sosok lelaki muncul dari balik pintu kelas Upi, rambutnya yang gondrong tanggung ia kuncir kebelakang dengan karet gelang.
Refleks dua gadis yang masih berdiri di koridor depan kelas menoleh. Dia Radit---pacar Shena semenjak mereka duduk di bangku SMP.
Segaris senyum tercipta di bibir Shena. Kelas mereka berbeda, menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu. Shena yang satu kelas dengan Aga---IPS 3--- sedangkan Upi yang satu kelas dengan Radit---IPA 2.
"Radittt sayang... Uncchh... Makin gemesin aja, deh!" Shena menghamburkan tubuhnya kepada sang pacar, mencubit pipi tirus cowok itu yang mana jenggot tipis mulai tumbuh di sana.
Disisi lain Upi tepuk jidat, baginya pasangan paling alay bin lebay jatuh kepada dua sahabatnya itu. Semenjak mereka pertama kali pacaran ternyata belum juga berubah-ubah, justru semakin merajalela. Tapi jika Upi pikir-pikir mereka cocok juga. Setelah Tuhan menempatkan Shena di Barat sedangkan Radit di Timur pada akhirnya mereka dipertemukan juga. Meski... Dipertemuan awal mereka yang ada hanya adu bacotan. Shena yang keras kepala serta Radit yang tidak mau kalah.
"Gue masuk kelas, Shen. Lama-lama gue muntah darah liat kalian mesra mesraan mulu kayak pengantin baru." Upi melambai, tubuhnya menghilang setelah sepenuhnya memasuki kelas.
"Yeee, syirik aja si Upi. Iri bilang dong. Dasar jomblo berkarat."
🍩🍩🍩
Air liur dan keringat menggenang di atas buku. Terpaan sinar matahari dari jendela tembus pandang tidak membuatnya terusik. Kipas yang terus berputar tepat di atas meja Upi menjadikan tidur nyenyak Upi seperti di surga.
Radit tersenyum jahil, diliriknya sekilas Pak Aris yang tengah menyampaikan materi di depan whiteboard. Kumis tebal lelaki itu nampak bergoyang-goyang ketika mulutnya merocos.
Menyobek kertas kecil lalu menggulungnya. Radit mengangkat bangkunya mulai mendekati meja Upi yang berada di depannya. Dia menggelitik-gelitik leher belakang Upi sambil terkekeh geli.
"Upi... Upi..." Radit berbisik membuat Upi perlahan-lahan terjaga.
"Upi...."
"Apa Radit?" tanya Upi dengan suara serak khas bangun tidur serta mata yang masih tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Berisik✅
Teen FictionKita hidup di mana harus memilih antara mendengarkan manusia berisik atau mengabaikan mereka. Start: February Ranking: #1 in Lucu #2 in Cinta #3 in Sad #3 in Fiksi Remaja