Chapter 5

1.5K 176 3
                                    


"Udah dong, beib, gue capek, nih!"

"Ishh, diam dong, maskernya nanti retak. Udah susah-susah juga ngolesinnya," gerutu Shena kesal sambil mengaplikasikan masker bubuk ke wajah sang pacar yang tengah menyenderkan kepalanya di paha Shena.

Radit cemberut, di liriknya sekilas kamera yang masih on dihadapan mereka. "Gini banget nasib gue punya pacar youtubers."

"Yah, kok kameranya udah on, sih?"

"Kan kamu yang hidupin,"

Dijauhkannya kepala Radit dari paha kurusnya. Mengambil kamera lalu memutar ulang.

"Ulang lagi ya, beb, kita ganti maskernya jadi sheet mask aja, kalo bubuk ribet, mana kamu gak bisa diem lagi kek cacing kepanasan."

Mata Radit membola. Yang benar saja, sejak dua jam yang lalu kerjaan mereka itu-itu saja. Belum lagi wajah Radit sudah 5 kali di olesi masker. Dan sekarang... Ulang lagi? Pacarnya itu memang selalu mengandalkan Radit untuk konten YouTube dan juga tiktok nya. Dia yang dapat followers, dia yang dapat pujian, dia yang dapat like dari ratusan ribu orang, tapi Radit yang harus menderita. Belum lagi jika ada satu komentar yang menghujat, pasti ujung-ujungnya Radit juga yang disalahkan.

"Sini, sayang, biar aku kuncir rambut kamu dulu." Shena memutar tubuh Radit yang duduk bersila menghadap dirinya. Cowok itu terlihat pasrah-pasrah saja.

Bahkan Radit belum mandi, celana tidur motif kotak dengan perpaduan warna biru tua dan hitam masih membungkus kakinya. Sweater abu di cuaca dingin ini serta kaos kaki pink motif boneka yang sering di sapa cooky oleh para army. Percayalah, kaos kaki itu bukan pilihan Radit ketika mereka mengunjungi salah satu store di kota ini, melainkan Shena yang memaksanya padahal Radit yang ingin memakai. Radit lebih suka warna hitam tanpa motif atau polos.

Dirapikan Shena poni sang pacar yang mulai memanjang. Rambut cowok itu yang gondrong tanggung terpaksa di kuncir dengan karet hitam milik Shena yang Shena beli di beauty shop pekan lalu.

"Ih, gemez deh, makin ganteng aja sang pacar."

Tidak ada respon dari Radit. Dia hanya menghela napas panjang lalu menghembuskannya tepat di bagian tulang selangka Shena yang tampak menonjol.

Helai demi helai anak rambut Radit mulai disatukan, rambut cowok itu yang liar membuat Shena sedikit kesulitan.

"Gimana, beib, Upi ikut gak?"

Gelengan kecil dari Radit seperti telinga orang yang kemasukan air seketika merubah mimik wajah Shena yang tadinya sempat semangat ketika bertanya.

"What happen? Upi si pemakan segalanya gak mau ikutan party?! Lebih baik kita ruqyah tuh anak, jangan-jangan dia ketempelan jin penikmat bulan puasa lagi."

Rambut Radit yang cukup panjang sudah di kuncir. Dengan telaten Shena kembali menidurkan kepala sang pacar di pahanya yang hanya dibaluti celana jeans warna putih.

"Gak salah dia ngomong gitu, bukannya dia yang perlu di ruqyah? Tiap hari jadiin wajah gue kek adonan kue. Putih-putih kayak hantu," gerutu Radit berbisik selagi Shena sibuk mengambil selembar sheet mask.

"Ehemmm, telinga saya masih berfungsi, tuan muda!" sindir Shena, refleks Radit terkicep seketika.

Kening Radit mengernyit. Diliriknya kaca sambil menyentuh dua kuncir rambutnya yang sekilas terlihat seperti tanduk.

"Ya Allah... kenapa rambut aku kayak karakter fiksi Boo sih, beib?" protes Radit, dia baru menyadari hasil tangan jahil pacarnya itu.

Shena tidak menanggapi, dia hanya sibuk nyengir kuda sambil mengangkat dua jari.

Manusia Berisik✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang