"Buahaahahaha...." gelak tawa berdengung memenuhi kamar minimalis Agung. Di mana jendela kayu dua pintu hanya di tutup dengan tirai mini perpaduan antara warna putih dan biru.
Upi menangkup kedua pipinya dengan bertopang dagu sambil cemberut, meletakkan kedua siku di atas bantal tanpa sarung milik Agung. Di setiap dinding ada banyak lembaran foto ditempel asal-asalan. Seorang gadis cantik bernama Kiki, mahasiswi di salah satu Universitas Negeri di kota kecil ini. Wanita yang sebentar lagi akan berperan sebagai Kakak ipar Upi.
"Gak ada kerjaan banget si Galih ngelamar cewek buntal kayak kamu. Gak takut dia nikah sama cewek yang sukanya jajan tiap hari? Udah gak pande masak maunya kenyangin perut mulu. Bisa-bisa kamu ditalak bahkan sebelum malam pertama dimulai."
Satu tamparan bantal melayang mengenai wajah Agung. Butiran debu mengudara hasil dari bantal yang tidak pernah di jemur. Agung memang seperti itu, tiap hari wangi tapi tidak pernah mandi. Jika ditanya soal parfum, dia punya segala jenis merek parfum berjejer rapi di rak bukunya. Dia bahkan memecahkan rekor menjadi pengoleksi parfum terbanyak di seluruh Asia.
"Ngeselin banget sih, Bang Agung. Lagian Upi tau kok kalau Bang Galih cuma bercanda doang. Mana pipi Upi udah merah merona bagaikan berjemur di pantai Cemara waktu itu." Kedua tangannya menengadah, mendramatiskan suasana hingga satu pukulan mendarat di bagian punggungnya. Tentu saja Agung balas dendam. Dia merupakan sosok saudara yang tidak menerima kekalahan.
Mereka memang sering bertengkar layaknya kucing bertemu dengan kucing. Saling mencakar tapi memiliki rasa sayang. Upi bisa menjadi motivator bagi Agung ketika saudara lelakinya itu dilanda dilema, antara menyatakan cinta kepada si A atau si B. Upi juga bisa memperbaiki suasana hati Agung ketika cowok itu baru saja putus cinta. Seperti yang dikatakan anak muda jaman sekarang, 'wasit tidak ikut bermain'. Buktinya Upi yang dahulunya tidak pernah pacaran, tidak tahu rasanya dicintai lawan jenis, namun ia mampu mendefinisikan arti cinta yang sesungguhnya dan memotivasi mereka yang digagalkan oleh rasa kecewa.
Dengan gemas Upi memeluk boneka penguin pemberian dari Kiki. Calon Kakak iparnya itu memang suka memberikan hadiah pada Upi. Alasan mengapa boneka itu berakhir di kamar Agung, karena cowok itu tidak ingin pacarnya memberikan hadiah kepada siapapun kecuali dirinya. Selain egois, Agung juga masuk dalam komunitas sosok saudara paling menyebalkan. Tubuhnya saja yang kekar berbentuk cowok, tapi mulut dan perangainya lebih menjengkelkan dari pada mulut wanita yang senang meng-ghibah.
"Btw, kapan Kak Kiki datang ke rumah lagi, Bang? Kalian asik pacaran diluar mulu, Upi jadi penasaran apa yang kalian berdua lakuin selama ini. Tiap hari ketemuan gak bosan apa?" Sorot mata Upi mulai mengintimidasi. Sepasang matanya menyipit berniat membuat Agung merasa gugup.
"Sibuk amat kamu. Punya adek cuma satu tapi ngeselinnya minta ampun. Mending kamu pergi sana belajar, jangan lupa olahraga juga biar ada cowok yang mau sama kamu. Kalo badan kamu tetap lebar kayak gitu kambing aja harus berpikir lima kali buat nikahin kamu."
Upi menggeram marah. Agung memang suka sekali menghina fisiknya. Pernah juga Agung menusuk-nusuk perut gembul Upi sambil menyuruh Nur untuk tutup telinga karena sebentar lagi bom nuklir akan meledak. Kejadian tersebut sering terjadi ketika selesai makan malam di meja yang disediakan di dapur.
Tidak tahan adu mulut dengan saudara laki-lakinya, Upi memilih keluar setelah berhasil melemparkan boneka pinguin tepat di wajah Agung yang bebas dari bayang-bayang noda jerawat.
"Eh, btw pacar Aga cantik juga, yah. Hampir ngalahin Kiki. Sekarang aku baru nyadar kalo masih ada cewek yang lebih cantik dari pacar Abang."
Tangan yang semulanya ingin menekan gagang pintu seketika dihentikan oleh kalimat Agung barusan. Upi berbalik, satu alisnya terangkat. Pasalnya tidak ada yang tahu jika Upi sudah resmi jadi pacar Aga termasuk keluarganya. Hanya dia, Aga, serta semut-semut yang merayap disepanjang dinding kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Berisik✅
Teen FictionKita hidup di mana harus memilih antara mendengarkan manusia berisik atau mengabaikan mereka. Start: February Ranking: #1 in Lucu #2 in Cinta #3 in Sad #3 in Fiksi Remaja