"Dia... terlalu luar biasa buat cewek biasa kayak gue."
🍩🍩🍩
Area kolam renang yang tadinya sepi kini dikerumuni banyak siswi. Tidak ada yang tertarik menyaksikan siswa latihan berenang sebagai ekskul atau bahkan ketika mata pelajaran olahraga, tapi beda cerita jika Aga terlibat di dalamnya.
Sejauh mata memandang yang ada hanya para ciwi-ciwi yang bersorak gembira. Radit geleng kepala, dia tidak mengerti mengapa para gadis suka berteriak dan rela merusak pita suara mereka ketika menyaksikan roti sobek milik lelaki bujang seperti Aga.
Napas Aga memburu setelah dia sampai ditepian kolam, cowok itu menyibakkan rambutnya yang basah hingga bulir-bulir air tersebar kemana-mana. Tentu saja perlakuan Aga barusan membuat sebagian siswi mimisan, bahkan ada yang sempat berteriak seperti orang kesurupan.
"Gini amat kalo Lo ikut latihan renang Ga, kuping gue sakit banget dengar teriakan mereka mulu."
Aga yang mendengar keluhan Radit hanya menyunggingkan bibir, sifat sombong dan angkuhnya mulai mendarah daging.
"Padahal gue nggak jauh beda sama Lo, apalagi perut kotak gue."
Aga tersenyum simpul. Kala dia keluar dari kolam renang, tubuh atletisnya semakin terpampang jelas. Kaki jenjang dengan urat yang timbul, pinggang ramping dengan pahatan yang indah. Semua para siswi yang menyaksikan hampir kesurupan, seperti yang dikatakan Upi kepada Radit sewaktu di koridor sekolah.
Ngomong-ngomong tentang Upi, cewek itu kini sedang bersembunyi di balik tubuh Shena yang kurus sambil menyeruput es teh manis yang baru saja ia beli di kantin setelah pulang sekolah.
"Mandangi Aga buka baju memang mengandung gizi yah Shen, memperlancar halu, bahkan bisa memperlancar kematian," ujar Upi. Dia berdiri di tribun sambil berusaha bersembunyi, menjauh dari Radit yang akan menyorakinya nanti.
"Ck, ngapain sih pake ngumpet segala?"
"Diam Shen, gue lagi berusaha menyembunyikan tubuh gue yang gembul ini biar gak diliat sama pacar Lo."
"Emang kenapa kalo Radit liat kita di sini?"
Upi berdiri setelah lelah berjongkok dibalik tubuh Shena. "Nanti gue diledekin sama Babu Lo itu. Sebenarnya gue tertarik juga buat liat body Aga meski gue tau dosa ditanggung masing-masing penontonnya, tapi gue terlalu malu kalo gue mau nerima ajakan Radit."
Shena menghela napas. Bagi cewek itu hidup Upi terlalu dramatis.
"Dasar Lo, malu tapi mau."
"Mending Lo diam Shen, jangan sempat Radit apalagi Aga liat gue di sini. Gue bisa malu nanti."
"Eh gelembung, Lo ngumpet di balik gue itu percuma. Badan Lo tetap keliatan. Lagipula nih ya, kalo Radit sama Aga liat gue, otomatis mereka juga tau kalo Lo ada disini. Kita berdua kan kayak surat sama prangko."
"Mampus," umpat Upi ketika sorot matanya tidak sengaja berpapasan dengan netra Aga.
"Dia liat gue gak yah? Semoga nggak!"
Dengan hati-hati Upi memundurkan langkah kakinya ketika melihat sekumpulan siswi tengah bersorak meneriaki nama Aga, sang most wanted pemilik sejuta jurus menggoda. Cewek itu bersembunyi di balik mereka, meski Upi tidak mengenali sekumpulan cewek tersebut, karena seragam sekolah serta name tag mereka bukanlah SMA Garuda, melainkan SMA Graha.
"Lo siapa?" tanya salah seorang cewek dengan rambut keriting.
"Hussst, jangan berisik. Gue ibu peri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Berisik✅
Ficção AdolescenteKita hidup di mana harus memilih antara mendengarkan manusia berisik atau mengabaikan mereka. Start: February Ranking: #1 in Lucu #2 in Cinta #3 in Sad #3 in Fiksi Remaja