Chapter 15

1.2K 156 11
                                    

Sinar rembulan terpantul dari permukaan air kolam renang minimalis yang terletak di depan rumah. Kolam renang sebagai tempat Radit untuk latihan berenang. Iris indah milik Aga terus menyaksikan bersamaan dengan hembusan napas lelah. Dia termenung cukup lama, sebelum akhirnya seseorang menepuk pundak Aga sambil mengeringkan rambut panjangnya yang basah.

Radit mengambil duduk disebelah Aga, ditelisiknya terlebih dahulu raut wajah cowok itu, hingga ia mulai menyadari sepertinya Aga sedang dilanda rasa gundah.

"Kenapa Lo? Biasanya kalo di rumah gue, Lo selalu kelihatan aktif banget. Main play station lah, bongkar koleksi mobil-mobilan gue lah. Tumben banget Lo diam gini kayak dirasuki saiyton. Jadi merinding gue."

Cukup lama Aga terdiam, dia sedang berdebat dengan hatinya. Malam ini, Aga baru saja menerima pesan Whatsapp dari seseorang, dan perihal tersebutlah yang membuatnya kehilangan gairah hidup.

Biasanya, Aga dan juga Radit suka bermain play station hingga menjelang subuh, atau bahkan bermain gitar di larut malam. Tapi sekarang, Aga datang ke rumah Radit hanya untuk menjelma sebagai patung manekin. Diam membisu membuat Radit kebingungan.

"Eh, Ga, kemarin gue gak sengaja papasan sama Resa, dan dia nanyain kabar Lo sama gue. Gila, Ga, mantan Lo makin cantik aja. Kulitnya juga makin bening. Kita cukup lama ngobrol di cafe holic, sampai gue sama Resa dikira pacaran sama waitress nya."

"Heran gue, cewek secantik Resa pernah hampir gila buat dapetin Lo. Padahal, banyak cowok yang suka sama dia. Ditambah, kalo gue ingat cara Lo buat mutusin dia sewaktu pertandingan basket sama SMA Graha, belum lagi Lo malah dorong Resa sampai Resa jatuh di tribun," sambung Radit, tapi lagi-lagi tidak ada tanggapan dari Aga. Cowok itu hanya memandangi kukunya yang patah akibat main gitar tanpa alat pick.

Radit berdecak kecil, melihat Aga malah fokus memandangi permukaan air kolam renang yang terombang.

"Lo memang Playboy sejati, bisa-bisanya Lo mutusin cewek dalam satu hari. Tanpa sebab dan alasan yang pasti. Tapi, gue salut juga sih sama prinsip Lo, Ga."

"Gue pacaran cuma buat mainan doang, kalo serius kenapa gak langsung gue ajak ke pelaminan." Radit mengulang kembali kalimat yang pernah diucapkan oleh Aga ketika ditanya kenapa ia mudah memutuskan cewek yang baru saja jadian dengannya beberapa menit yang lalu.

"Gue jadi penasaran, selama hidup Lo, pernah gak Lo ngejar-ngejar cewek, Ga? Setau gue Lo gak pernah nembak cewek, pasti cewek yang selalu berusaha buat dapetin Lo."

Aga mengangguk singkat. Radit merasa senang, akhirnya cowok itu merespon juga.

"Berapa lama?"

"Sekitar lima tahun!" jawab Aga enteng, seperti orang yang kehilangan gairah hidup.

Mendengar penuturan Aga refleks Radit membelalakkan mata tidak percaya.

"Whatttt? Aga yang jadi most wanted pernah ngejar cewek sampe 5 tahun? Bisa-bisanya. Kok gue gak tahu?"

Radit menarik napas dalam lalu dihembuskan, sebelum ia kembali berujar, "kenapa bisa? Lo ditolak, atau cewek itu anak sultan? Tapi ... Lo gak miskin-miskin amat, masih 11 12 sama gue."

Manik indah Aga melirik Radit sekilas, lalu dia membuang muka malas, kembali menyaksikan dunia luar melalui jendela besar yang keseluruhannya terbuat dari kaca.

"Dia punya utang 5 juta sama gue. Gue tagih lah. Yakali gue ngejar karena gue suka."

Rahang Radit turun, dia menganga cukup lama. Tidak berselang lama dia memilih kayang lalu jungkir balik sampai di dekat pintu. Ternyata bicara dengan Aga dalam durasi yang singkat saja bisa membuat Radit gila.

Manusia Berisik✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang