[9] Dirinya dan Jisoo

2.5K 300 30
                                    

Haein meninggalkan kompleks situs bersejarah Jung Yakyong sekitar tengah hari. Sebelumnya, ia menghabiskan kurang lebih 2.5 jam berkeliling seluruh kompleks situs serta mengunjungi sebuah taman ekologi yang terletak di sisi sungai Han, tak jauh dari kompleks situs berlokasi.

Ada sekitar 30 media diundang secara khusus dalam acara hari ini. Beberapa dari media cetak dan elektronik, walaupun sebagian besar didominasi oleh media digital yang berfokus pada pemberitaan terkait sejarah Korea. Mereka mengambil gambar, merekam, mendokumentasikan seluruh jalannya acara. Ditemani oleh sang kepala museum dan seorang perwakilan dari organisasi pariwisata Korea, Haein mengunjungi rumah kelahiran leluhurnya sembari memperkenalkan penggunaan rekaman panduan wisata yang nantinya akan dapat dipergunakan oleh seluruh wisatawan yang berkunjung. Ia kemudian bertandang ke kuil serta makam sang leluhur yang terletak sedikit di atas bukit di bagian belakang kompleks. 

Ini bukan pertama kalinya Haein mengunjungi Dasan. Ada beberapa kesempatan ketika ia dan keluarganya secara pribadi datang ke daerah ini. Walau kala itu, kondisi kompleks situs belumlah sebaik sekarang. Ayahnya pernah sekali bercerita bahwa lokasi ini sempat hilang dimakan waktu setelah dilanda banjir besar kira-kira 100 tahun yang lalu. Proses restorasinya memakan waktu cukup lama, melibatkan sejumlah sejarawan dan ahli bangunan. 

Haein juga sempat diperlihatkan dokumen-dokumen berisi tulisan tangan asli dari Jung Yakyong. Walau ia tahu bahwa tulisan-tulisan tersebut juga telah dibukukan, ini pertama kali baginya melihat peninggalan bersejarah itu. Selain tulisan beliau mengenai pembelajaran dan kepemimpinan, ada ratusan surat yang secara personal beliau tulis dan kirimkan kepada anak laki-lakinya selama Jung Yakyong berada di perasingan. Sang kepala museum yang juga seorang sejarawan, secara mendetil menceritakan kehidupan tokoh dinasti Joseon ini kepada Haein.

"saya pikir kami punya bentuk mata yang mirip." dengan bercanda Haein menunjuk lukisan besar Jung Yakyong yang dipajang di gedung utama kompleks situs tersebut. Ucapannya dipicu oleh pertanyaan Jisoo ketika mereka berkendara ke Namyangju tadi pagi. Apakah Haein dan leluhurnya memiliki sorot mata yang sama? Mungkin saja. Kelopak mata monolid keduanya tak terbantahkan lagi. Tawa kecil Haein pun disusul oleh sang kepala museum dan perwakilan organisasi pariwisata. Mereka pun berjalan menuju taman ekologi, berkeliling-keliling sebentar, lalu kembali ke kompleks situs. Di sana, Haein melakukan sedikit sesi tanya jawab dengan para media.

"saya merasa terhormat menjadi salah satu keturunan Jung Yakyong, yang mana seluruh pencapaian yang telah beliau berikan dan lakukan untuk negara ini, kini diakui sebagai bagian dari sejarah dunia oleh UNESCO. Dengan ikut berpartisipasi dalam proyek besar yang mempublikasikan perjalanan hidup dan pemikirannya, ini adalah bentuk dukungan dan juga penghormatan saya untuk beliau."

Haein menutup sesi tanya jawabnya sembari membungkuk dalam kepada seluruh tim, sejarawan dan media yang datang hari ini. Didampingi oleh sang manajer dan beberapa tim lapangannya, ia lalu digiring untuk kembali ke lokasi terpisah yang memang dipersiapkan untuk digunakan oleh dirinya dan seluruh timnya hari ini.

"kembali ke lokasi tadi pagi?" tanya si manajer dengan suara agak berbisik kepada Haein. Mereka sudah berada di satu ruang berukuran besar, berlokasi di gedung yang terpisah dari gedung utama kompleks situs. Haein sedang melepas jas panjang tebalnya, kemudian menyerahkannya kepada seorang staff wardrobe

"sebentar, akan aku telepon dia dulu." Ia lalu menjulurkan tangan kanannya, meminta ponselnya yang sedari tadi ia serahkan kepada si manajer. Si manajer lalu meninggalkan Haein sendiri setelah memberikan ponsel itu kepadanya. Ia lalu mendatangi salah seorang asistennya dan bercakap-cakap mengenai sesuatu. Di sisi yang berbeda, Haein sedang menunggu nada deringnya berakhir dan suara Jisoo akan segera terdengar di seberang sana.

"aku sudah selesai. Kita bertemu di mana?" terdengar suara pelan Haein. Ia terdiam sesaat kemudian mengangguk-angguk, tersenyum. Tak makan waktu lama hingga ia menyudahi teleponnya. Setelah itu, si ponsel segera ia sesakkan ke dalam saku celana. Haein pun kembali menyambangi si manajer.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang