[64] Detour - 보너스

4.9K 211 41
                                    

Note =

Chapter kali ini mengandung konten dewasa dan sensitif yang mana dapat dianggap menyinggung dan mengganggu bagi sebagian orang.

Mohon bijaksana dalam memutuskan membacanya.

Terima kasih.

------------------------------------------

Deritan tipis dari permukaan tempat tidur, terdengar dalam interval. Lapisan sprei yang menutupinya pun, sudah tak lagi berada di posisi sedia kala. Ia telah lama tertarik, mengerut di berbagai sisi. Peta pendakian Lake Louise yang menjadi inti dari jadwal perjalanan bulan madu Haein dan Jisoo untuk hari esok, tergeletak, terjatuh di lantai yang tertutupi karpet tebal. Sementara, tak jauh darinya, piyama yang sempat dikenakan keduanya pun berada pada kondisi yang tak jauh berbeda.

Suara deritan tipis itu, berpadu, mengalun layaknya satu kesatuan melodi bersama lenguhan yang tercipta dari bibir keduanya, tak terputus. Haein mendekap Jisoo dengan sangat erat. Tubuh keduanya berhimpitan, seakan tidak membiarkan sedikitpun celah memisahkan.

Kemudian, erangan Jisoo terdengar meninggi dengan begitu halus. Ia mengeratkan tautan jemari tangan kirinya pada jemari Haein yang melingkari pinggangnya. Eratnya pertautan jemari keduanya itu, menekan permukaan perut Jisoo terlalu dalam. Sementara, tangan kanan Haein, menyangga kepala Jisoo, menelusup masuk melalui celah lehernya. Sudah lama semenjak Jisoo pun tak bisa melepaskan genggaman erat jemari tangan kanannya pada pergelangan tangan kanan Haein.

Erangan Jisoo tak pernah mereda.

Sesekali mulutnya terbuka hanya untuk melepaskan desahan berikutnya, tatkala matanya terpejam rapat. Sekujur permukaan punggung Jisoo terasa begitu hangat, merapat tak berjarak dengan seluruh tubuh bagian depan si pemeluknya. Dari sisi belakang, Haein memeluk tubuh Jisoo, sementara wajahnya sesekali dibenamkannya pada tengkuk sang perempuan.

Haein menggigit bibirnya. Desiran terasa di dadanya. Lalu, aroma itu tercium kembali setiap kali Haein menelusupkan wajahnya di antara rambut panjang Jisoo yang telah berurai. Ini adalah aroma tubuh istrinya, yang tak pernah lekang. Aroma ini adalah candu. Candu yang mengiringi setiap pergerakan pinggulnya.

Di bawah sana. Di sana...

Jisoo kembali mengerang. Erangan itu dialamatkan kepadanya. Hanya kepadanya. Oppa.

Kaki keduanya terlihat saling mengunci satu sama lain. Sementara Haein, dalam pergerakan yang konstan, memacu pinggulnya lebih dalam. Membiarkan organ intimnya, untuk kesekian kalinya di malam yang masih belum menua ini, melakukan penetrasinya, memasuki rongga kewanitaan Jisoo.

Ia melesap dalam, hanya untuk kembali bergerak keluar. Dan, pada setiap lesapan itu, Haein mengingat jelas bagaimana Jisoo akan mulai melenguh lalu menekuk tubuhnya lebih dalam.

Keduanya merasakan sensasi yang sama. Ketika tubuh keduanya bersatu, terkoneksi pada setiap lesapan itu. Gesekan yang terjadi di setiap detiknya, layaknya sebuah pemicu yang membawa keduanya kepada kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"jangan berhenti..." Jisoo meringis pelan. Satu padanan kata yang telah berkali-kali terucap oleh si perempuan malam ini. Matanya masih terpejam, walau ia berusaha sebisa mungkin untuk membukanya. Ia berupaya berbalik, demi melihat wajah si laki-laki yang tengah memeluknya kini. Sementara, pinggulnya akan senantiasa mengikuti bagaimana Haein memandunya.

Pergerakan itu terkadang melambat. Lalu kembali menjadi lebih cepat. Jisoo lalu terkesiap, menahan tarikan napasnya seraya menggigit bibirnya cepat. Setiap penetrasi yang dilakukan Haein pada dirinya, akan selalu memberikan nuansa yang berbeda. Rasa yang berbeda.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang