[28] Petunjuk Kedua

2.8K 270 69
                                    

Seketika aku menyanyikan satu lagu dengan nyaring,
seperti mobil tua kehabisan bahan bakar

Kamu meneruskan bait kedua sama nyaringnya,
dan langkah kita pun tampak terlihat beriringan

Saat keduanya menyenandungkan lagu yang sama,
bibir keduanya saling serupa,
pada waktu yang sama,
di jalan yang sama

Atau, ketika mereka berbelok,
mereka dapat mengatakan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan pula
"Wow! Itu bulan purnama!"
hal seperti itu

Mereka berbagi muslihat yang sama,
yang mimpi-mimpi mereka pun tak mampu membiaskannya,
bahkan ketika langkah mereka berganti arah

Atau, kamu bisa memasangkan sarung tangan pada boneka salju yang terlalu berkeringat itu,
seperti kamu memasangkan setangkai bunga pada kendaraan lapis baja


"Jadi?" Haein bertanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sembari melihat ke arah depan. Tidak akan pernah mudah menelaah sebuah karya sastra. Sebagaimana puisi Shakespeare yang pernah diberikan Jisoo kepadanya. Pot bersejarah itu pun masih terpajang anggun di ruang tengah apartemen Haein. 

Jisoo lalu menengadah dari posisinya sekarang, berselonjor santai dengan kepalanya yang terpangku di paha kanan Haein. Ia lalu sedikit mendongak ke atas, berusaha memandang laki-laki ini dari arahnya.

Sementara Haein, sembari duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, kakinya terjulur lurus walau belum nyaris menyentuh ujung tempat tidurnya. Ia membiarkan pahanya menjadi bantal perempuan ini.

Lalu, di momen yang sama, alunan musik jazz yang familiar terdengar di kedai-kedai kopi menemani para pelanggannya yang sedang menyesap secangkir minuman, terus saja mengalir, menyeruak ke setiap sudut kamar Haein.

Malam ini, seperti malam minggu lalu, di atas tempat tidur yang sama, Haein dan Jisoo melewatkan sisa hari mereka dengan percakapan random yang sejak dulu biasa pula mereka lakukan.

Dulu, seluruhnya terjadi melalui sambungan telepon.

"Kira-kira apa maksudnya?" Tanya Jisoo. Ia kembali mendongak. Tangannya sudah menurunkan ponsel yang sebelumnya ia pandangi lekat-lekat untuk membaca sebuah e-book pada layarnya.

"Tulisan punya siapa, tadi?" Haein berbalas tanya lagi. Sebelum Jisoo memulai bait panjangnya tadi, nama si penyair sebenarnya sudah disebutkannya.

"Penulis Kim Soyeon."

Kim Soyeon adalah salah satu penyair terkenal asal Korea Selatan. Beberapa bukunya yang terkenal seperti Dictionary of the Mind dan Dictionary of Single Words, sudah melegenda. Jika tiap halaman pada Dictionary of the Mind memuat satu kata yang menyatakan suatu kondisi atau keadaan, kemudian didefinisikannya kata tersebut dalam satu alinea puitis, maka Dictionary of Single Words memuat satu kata—cukup satu kata benda, yang ia berikan definisinya dengan cara yang sama.

Haein pernah mendengar bagaimana si penyair mendefinisikan kata 'benih'. Benih, adalah ketika muncul satu keinginan untuk menguak sesuatu dan jalan yang ditempuh tidaklah dengan membelahnya agar terbuka. Namun, tanamlah, maka jadikanlah ia sesuatu yang kau tabur dan sirami agar tumbuh untuk dapat mengetahui isinya.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang