[12] Playlist Haein

2.3K 283 48
                                    

"masalahnya aku juga menunggu hari ini tiba. Aku menghabiskan 2 mingguku-setiap hari, menunggu hari di mana aku akan bertemu dengan oppa lagi."

Haein dan Jisoo berdiri berhadapan. Tangan kiri Jisoo masih berpegang pada troli. Haein tak sekalipun mengalihkan pandangannya dari Jisoo. Keduanya saling menatap. Layaknya satu permainan, yang kalah adalah dia yang pertama memutuskan koneksinya.

Lalu, Jisoo lah yang pertama menurunkan tatapannya. Ia termenung. Ia sudah mengatakannya. Lantas apa?

"maka dari itu kamu senang sekali pergi ke Namyangju hari ini... karena kamu bisa bertemu denganku lagi?" tanya Haein. Ia memiringkan sedikit kepalanya ke kanan. Ia belum memutus tatapannya kepada Jisoo.

"kamu sudah mengatakannya tadi pagi." ujar Haein. Kedua sudut sisi bibirnya tertarik. Kepala Jisoo kemudian sedikit bergerak, entah karena ia mengangguk-mengiyakan ucapan Haein, atau hanya reflek sesaat saja.

Di dalam kepala Jisoo, ia menyumpahi dirinya sendiri yang tidak bisa menahan mulutnya. Ia tergesa-gesa untuk sesuatu yang tak ia pahami. Situasi ini di luar kendalinya. Apa yang sebenarnya ingin ia dapatkan dari hal ini? Apakah ia hanya membutuhkan satu kepastian, karena ia terlalu termakan ucapan orang-orang di sekelilingnya-mengenai Haein.

Mereka memicu rasa penasaran di benak Jisoo. Padahal sejak awal, Jisoo tidak pernah peduli tentang hal itu. Namun, karena mereka terus, berulang kali, tanpa henti tetap saja teguh dengan hipotesa masing-masing, Jisoo seakan tergerak untuk memastikan sendiri.

Lalu, Jisoo seakan terhipnotis, membuat satu bayangan sendiri di dalam kepalanya. Mungkin ia juga merasakan hal yang sama. Mungkin, karena setiap kali berada di sisi Haein, kerap menenangkan hatinya, mungkin Jisoo pun juga telah lama tidak menganggap Haein hanya sebagai 'oppa'.

Mungkin, karena setiap kali ia memandang Haein, seakan waktu terhenti untuknya, mungkin Jisoo memang juga telah memendam suatu perasaan khusus untuk laki-laki ini. Mungkin, karena pemikiran dapat segera bertemu dengan Haein kembali terus saja membuat dadanya berdebar-debar, mungkin inilah arti dari satu kalimat, 'Jisoo juga menyukai Haein.'

Tapi Jisoo segera menepisnya. Seluruhnya pasti muslihat. Karena Lisa, Chaeyoung dan Jennie mendoktrinnya dengan 'Haein pasti menyukaimu', maka secara tidak sadar Jisoo membuat dirinya seakan-akan juga memiliki perasaan yang sama untuk Haein. Jisoo... kamu harus mengendalikan dirimu sendiri, ujarnya dalam hati.

"oh ya... sepertinya memang begitu." ujar Jisoo kaku. Ia memaksakan senyumnya terkembang. Situasi ini pasti sangat memalukan. Ia mengutuk dirinya sendiri.

Jisoo pun kembali memutar tubuhnya, linglung ia dan mulai perlahan mendorong trolinya kembali. Ia meninggalkan Haein yang masih mematung di belakangnya, tatkala mendengarkan respon terakhir Jisoo. Haein menggaruk sudut dahinya pelan walau tak terasa gatal. Apa yang sebenarnya perempuan ini ingin katakan?

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak seperti jalanan di tengah kota Namyangju yang terasa sedikit asing bagi Haein, perjalanan keduanya ketika memasuki area Gapyeong tak seasing itu. Ada satu lokasi lapangan golf yang beberapa kali ia kunjungi bersama teman-temannya di daerah ini. Walaupun memang intensitasnya tak banyak, setidaknya Haein dengan mudah segera mengenali jalur yang ia tempuh.

Berbeda dengan Namyangju, Gapyeong lebih dipadati oleh perbukitan dan pegunungan, menjadinya lokasi yang tepat untuk bercamping. Sungai Bukhan turut mengalir di sisinya, membatasinya dari provinsi tetangga, Gangwon. Selain itu, anak-anak sungai juga mengalir membelah daerah ini. Lokasi camping yang dipilih oleh Haein, selain berlokasi tak jauh dari tempat biasa ia bermain golf, juga terletak persis di sisi salah satu anak sungai tersebut.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang