[32] Azalea

3.2K 264 83
                                    

"ini..." Jisoo menyodorkan sepasang pakaian yang sudah terlipat rapi kepada Haein. Pakaian itu adalah pakaian yang dipakai Jisoo di hari terakhir ia menginap di apartemen Haein. Kala itu, tanpa berganti baju, Haein mengantarkan Jisoo pulang ke apartemennya, sebelum bergegas bersiap pergi ke Bucheon.

"aku berencana untuk membawanya ke apartemenku minggu depan... karena oppa akan menginap di sana," tambah Jisoo. Haein berjalan mendekat dari arah ruang tengah. Baru 10 menit yang lalu ketika keduanya sama-sama memasuki apartemen ini.

Benar, tidak ada siapapun di sini. Jennie dan Chaeyoung sudah pasti berada di apartemennya masing-masing. Sementara Lisa, belum ada kabar darinya sejak pagi tadi. Bahkan Dalgom pun... anjing semata wayang milik Jisoo telah beberapa hari ini tinggal di rumah keluarganya.

"ada apa?" tanya Haein. Tak segera mengambil pakaian yang disodorkan Jisoo, Haein lebih tertarik menanyakan keadaan Jisoo. Ia kembali mengusap sisi wajah perempuan itu dengan telapak tangan kanannya. Haein memperhatikan setiap perubahan ekspresi Jisoo. Sorot matanya terlihat meredup. Ini bukan sepasang mata yang biasa menatapnya. Perempuan ini sedang menyimpan sesuatu.

Jisoo tertawa pelan, lalu menggeleng. "ganti baju di kamarku, aku akan pakai kamar mandinya dulu."

Haein masih bergeming. Tak hentinya ia mengusap sisi wajah Jisoo. Ia tampak khawatir. Jisoo ini bukanlah Jisoo yang dua pekan lalu ia antarkan pulang sebelum Haein bertolak ke Bucheon. Jisoo ini memang tertawa, tapi tak ada kegembiraan yang tersirat dari matanya.

Haein meraih pakaian yang disodorkan Jisoo. Ia mengambilnya, lalu meletakkannya di atas meja. Laki-laki ini lantas menghela napas seraya menatapi Jisoo dalam. "sini..." Kemudian ia melangkah maju, mulai mendekap si perempuan—seperti apa yang ia lakukan Febuari lalu di depan pocha di dalam gang itu. 

"sudah aku bilang, jangan berpikir dua kali untuk menghubungiku jika sedang ada masalah." Haein menepuk-nepuk lembut punggung Jisoo. Sementara, wajah perempuan ini terbenam, tenggelam di sudut dada Haein. 

"kalau aku tidak pulang, siapa yang akan memelukmu seperti ini?" tanya Haein seraya membungkukkan badannya. Dagunya berada persis di bahu kiri Jisoo. 

Siapa yang akan memeluk Jisoo seperti ini jika Haein tak muncul di pelataran lobby apartemennya tadi? Jika tak ada Haein malam ini, apakah alih-alih kembali ke apartemennya, Jisoo mungkin akan segera bertolak ke kediaman keluarganya? Mungkin ia akan menginap semalam di sana. 

Namun, apa artinya? Kembali ke rumah keluarganya pun tak akan memberikan pengaruh berbeda jika Jisoo tidak berencana menceritakan segala rahasianya kepada ibu atau ayahnya. Jisoo yang kembali ke rumah keluarganya, adalah Jisoo dalam versi ceria. Ia tak akan memperlihatkan sedikitpun keresahan yang sedang menyelubunginya.

Pada akhir cerita, jika Jisoo tak pernah membagi ceritanya, maka tak akan ada satupun orang pula yang akan memberikannya pelukan. Jelas saja, karena mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Namun, tak satupun orang, kecuali Haein. Laki-laki ini dengan serta merta memeluknya tanpa Jisoo perlu mengucapkan satu patah kata pun dari rahasia yang dipendamnya. Obat pereda nyeri itu mungkin memang bisa menghilangkan rasa sakitnya, tetapi pelukan ini mampu memberikannya ketenangan.

"kalau oppa tidak datang, aku yang akan pergi ke Bucheon, mengetuk pintu kamar hotelmu, dan... oppa akan memelukku persis seperti ini."

Nyatanya, yang paling memberatkan Jisoo sepertinya bukanlah cedera yang dialaminya. Rahasianya lah yang menjadikannya terpuruk. Terlalu banyak hal yang telah disembunyikan Jisoo dari orang-orang terdekatnya. Ia memendamnya, seakan suatu saat nanti seluruh rahasia ini akan menguap dengan begitu saja.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang