[24] Dua Wanita

2.6K 290 58
                                    

Sabtu, menjelang sore hari.

Haein tiba di apartemen orang tuanya setelah menyelesaikan persiapan syutingnya minggu depan. Di pagi hari ia telah memangkas pendek rambutnya, dan setelahnya, lebih dari 2 jam waktu siangnya ia habiskan di pusat olahraga, tempatnya biasa berlatih bersama adiknya, Haejoon.

Sebelum Haein dan adiknya melangkah masuk ke apartemen keluarga mereka, Haejoon sudah mewanti-wanti Haein bahwa ibu mereka akan memasak jukkumi (varian gurita) untuk makan malam. Beberapa hari yang lalu, ibunya secara langsung memesan jukkumi itu dari Seocheon-gun, daerah pemasok terbesar gurita kuning di Korea Selatan. Jukkumi ini berukuran sedikit lebih kecil daripada varian gurita lainnya, walau ia bertekstur lebih kenyal daripada gurita yang pada umumnya berdaging lebih keras. 

"pagi ini paketnya datang—satu kotak besar. Dan saat aku pergi tadi, ibu belum membersihkannya. Mereka masih sesegar saat ditangkap pagi buta tadi di perairan Seocheon. Hyung pasti akan diminta ibu untuk membersihkannya nanti. Selamat."

Haejoon menyipitkan matanya licik ke arah Haein sembari membuka pintu depan apartemen keluarga mereka. Sementara, Haein membalas pandangan sang adik dengan ekspresi tak mampu berkata-kata. Ini pasti alasan kenapa Haejoon memintanya segera pulang ke apartemen keluarga mereka tanpa perlu sebelumnya mampir ke apartemennya sendiri untuk sekedar meletakkan kembali tas olahraga miliknya. Haejoon ingin mangkir dari tugas negaranya. Ibunya pasti akan lebih memilih Haein untuk mendapat kehormatan membersihkan jukkumi itu daripada dirinya.

"kamu memilih waktu yang sangat tepat."

Sembari tertawa kecil, Haein memukul pundak Haejoon dari arah belakang, tatkala keduanya melangkah masuk melalui pintu depan. Kalimat Haein terdengar datar namun penuh dengan muatan sarkasme.

Ketika keduanya memasuki apartemen, secara garis besar gradasi warna apartemen ini senada dengan apartemen milik Haein. Mereka terpisah 2 gedung berbeda, tetapi tetap berada di satu kompleks apartemen yang sama. Hanya, apartemen keluarga Haein memang berukuran lebih besar, dengan total enam kamar—di luar dua ruang keluarga, dapur dan ruang makan. Profesi kedua orang tuanya yang berkecimpung di dunia kesehatan, merubah tiga kamar di apartemen ini menjadi ruang kerja dan perpustakaan mereka.

Ibu Haein menyambut kedua anak laki-lakinya dengan senyuman lebar di muka dapur. Ia sedang sibuk dengan segala kegiatan memasak makan malamnya di sana. Dan, kedua anak laki-lakinya lah yang ia tunggu. Antara Haein atau Haejoon harus membantunya membersihkan jukkumi yang masih menunggu di kotak pendingin itu seharian penuh. Namun, Haejoon segera mengubah arah jalannya, menghindari sang ibu. Ia meninggalkan Haein di tempat, tak berdaya menjadi pilihan terakhir dan mustahil untuk menghindar. 

Sebelum Haein meletakkan tas olahraganya di sisi sofa, bersiap menghadapi takdirnya untuk mulai membersihkan jukkumi itu, Haein sempat melirik untuk terakhir kalinya kepada sang adik yang tampak tersenyum penuh kemenangan di belakang sang ibu. 'sudah aku wanti-wanti', ujar Haejoon dalam gerakan mulutnya yang tak bersuara. Si adikpun dengan langkah tegap berlalu menjauhi tempat kejadian perkara, menuju kamarnya.

"malam ini menu utama kita adalah jukkumi. Kamu tahu kan kalau jukkumi paling enak dimakan saat musim semi? Ibu sengaja pesan jauh-jauh hari dari Seocheon." si ibu menggiring pelan Haein bersamanya menuju dapur. "jadi, ibu butuh kamu untuk membersihkannya... mau, kan?"

Apakah itu pertanyaan pilihan? Apakah Haein masih bisa berkilah dan menjawab 'tidak'? Pada dasarnya, Haein berakhir tak banyak berkomentar dan menuruti permintaan si ibu. Kemudian, sementara ia memulai pekerjaannya, perhatian Haein kembali teralih kepada ibunya yang sudah sibuk pada persiapan memasak. Ucapan si ibu beberapa saat yang lalu, memang tak asing baginya.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang