[27] Sahabat

2.6K 284 94
                                    

Persahabatan itu bersifat mutualisme. Terdiri setidaknya dari dua orang individu, terikat dalam satu hubungan personal yang dipicu oleh rasa saling membutuhkan dan kehadiran satu sama lainnya akan selalu saling menguntungkan.

Sahabat, memiliki hubungan lebih mendalam daripada seorang teman. Ada kalanya teman pergi, tapi sahabat akan tetap tinggal. Teman pun terkadang tak memahami bahwa dalam satu keterikatan ini, selalu ada kode etik tak tertulis yang dipegang teguh oleh sepasang sahabat. Dua orang sahabat, tak perlu mengatakannya dengan lantang. Mereka sudah cukup memahami dengan hati.

Sebut saja bahwa privasi adalah satu hal yang sangat esensial. Privasi sahabatmu bukan untuk didominasi, namun untuk dijaga. Batasan itu tidak untuk menjarakkan, tapi untuk mengikat keduanya semakin satu.

Jennie, Lisa dan Chaeyoung tidak pernah menghalangi bagaimana Jisoo menjalani hidupnya. Mereka akan memberikan pandangan, masukan. Namun, mereka tidak akan pernah memaksakan bagaimana Jisoo harus menentukan jawabannya.

Sama halnya beberapa tahun lalu, ketika Lisa memutuskan untuk memulai rencana investasinya di Korea Selatan. Tidak akan pernah mudah bagi orang asing memulai investasi di negara yang bukan asalnya. Satu hal ini yang sudah ditekankan oleh Chaeyoung sedari awal. Latar belakang keluarganya di dunia hukum membuatnya memiliki satu pengetahuan yang jauh lebih luas untuk mampu memberikan pandangan berbeda. Namun, pada akhirnya, hanya Lisa lah yang mampu memutuskan jawabannya sendiri. Dan, apapun hasil dari keputusan itu, baik Jennie, Jisoo ataupun Chaeyoung tidak akan pernah menghakimi.

Di hadapan Jennie, Lisa dan Chaeyoung kini, layaknya Lisa dan keputusan yang pernah ia buat, Haein pun adalah jawaban yang dipilih oleh Jisoo.

Sebesar apapun suka cita Lisa dan Chaeyoung ketika mengetahui kepergian Haein dan Jisoo ke Namyangju bulan lalu, sekeras apapun Jennie berusaha membuka pintu hati Jisoo untuk memahami perasaannya sendiri, ketiganya tidak pernah memaksakan Jisoo untuk mulai menjalin hubungan dengan Haein. Jisoo menentukan langkahnya sendiri.

Dan, bagi ketiganya, Haein mungkin memang jawaban yang tepat. Sahabat, akan dengan sungguh-sungguh mampu merasai kebahagiaan yang sama ketika satu di antara mereka pun sedang berbahagia.

Walau mungkin pula, kesan pertama memang tidak akan pernah cukup. Tidak setiap orang mampu menangkap persona satu individu dalam sekali pertemuan saja. Namun, bukankah Jisoo sudah cukup lama mengenal laki-laki ini? Jika Jisoo telah mengatakan 'ya', jawaban itu pastinya telah menempuh banyak sekali pertimbangan. Jisoo sudah menemukan kebahagiaannya itu pada diri Haein.

Ketika acara makan malam terus bergulir, Lisa yang sempat pergi meninggalkan meja makan, datang kembali dengan sebotol wine ginseng di tangannya. Setelah melakukan sedikit riset di internet, memakan semangkok samgyetang akan lebih baik jika ditemani oleh segelas wine ginseng. Lisa pun berakhir memberi satu botol wine ginseng melalui toko online akhir minggu lalu.

"kalian sampai membeli wine ginseng juga..." Haein menggaruk kepalanya pelan. Ia masih memandangi bagaimana Lisa menuangkan wine ginsengnya ke dalam sloki dengan tatapan tak percaya. 

Restoran khusus samgyetang biasanya akan menyediakan minuman beralkohol itu secara cuma-cuma. Haein, khususnya, tidak pernah terpikir untuk bisa meminum wine ginseng bersama samgyetang bila tak pergi ke restoran. 

"Jisooni cerita oppa suka minum bir." ucapan Jennie mengalihkan konsentrasi Haein pada sloki di atas meja yang sudah terisi penuh wine.

"ya..." Haein mengangguk pelan, mengiyakan. Kedua telapak tangannya ia tepuk-tepukkan di atas pahanya. "tapi, saya mulai berpikir untuk sedikit demi sedikit menguranginya."

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang