[49] Malam Milik Jisoo

2.4K 220 24
                                    

"Mana mungkin..."

Suara Jisoo menggema. Mana mungkin Jisoo merubah pikirannya. Saat ia mendengar bagaimana Haein mengucapkan satu kalimat tersebut--meminta Jisoo untuk menikah dengannya, seakan Jisoo tersadar memang untuk hari ini lah dirinya dilahirkan. Untuk bersama Haein, ia berada di dunia ini.

Cincin pertunangan yang disematkan Haein masih menghiasi jari manisnya.
Dan, seperti beberapa saat lalu, jemari Jisoo pun, masih mengusap lembut wajah laki-laki ini. Haein tersenyum. Jisoo melihat sang laki-laki tersenyum kepadanya.

Senyumannya, selayaknya cercahan sinar matahari yang menyilaukan mata. Matahari awal musim semi yang menerpa seluruh permukaan kulitnya. Ini adalah keindahan. Kebahagiaan. Seluruh rasa beradu menjadi kesatuan.

Namun kemudian, perlahan ia memutar balik arahnya. Kini cercahan itu menyesakkan.

Sinar matahari mendera terlampau terik. Setiap detik pancarannya, menerobos, menyeruak memaksa memasuki kornea mata Jisoo. Ia mengerjap, merapatkan pelupuk matanya.

Jemarinya tak lagi mengusap sisi wajah Haein. Sosok Haein perlahan membias, menghilang. Jisoo tak mampu lagi menyentuhnya. Waktu pun lantas terpukul mundur, menariknya kembali menjauhi akhir dari cerita. Kebahagiaan itu memang akan datang. Nanti. Tapi, tidak kali ini.

Jisoo mampu mendengar tarikan napasnya yang parau. Suasana halaman rumah yang begitu senyap menenangkan, tanpa bising yang mengganggu, kini berubah menjadi suara riuh rendah. Teriakan silih berganti mengalun tanpa henti. Hentakan musik merancau. Di sekelilingnya, seketika berubah menjadi kemeriahan.

Semburat cahaya matahari yang membentuk bayangan di balik dahan-dahan pohon yang merindang, kini berganti menjadi lampu-lampu sorot. Cahaya gemerlapan menghiasi area luas di hadapan Jisoo.

Ia dihadapkan oleh perasaan yang bercampur tak terbendung. Kepalanya terasa berputar tatkala setiap suara dan derai cahaya tak mampu seluruhnya ia tampung menjadi satu. Untuk satu detik berikutnya, Jisoo menghentikan segala pergerakannya. Ia, terhenyak.

Oktober, 2022. Konser Blackpink.

Jisoo menarik napasnya dalam-dalam. Konser hari pertamanya telah menuju akhir. Jantungnya menderu.

Sudah lama ia tak melihat pemandangan ini. Konser pertama Blackpink semenjak dua tahun yang lalu.

Ini adalah hidupnya. Melihat riuh rendah ini, semua ini adalah bagian dari hidupnya. Jisoo tidak akan pernah ada di sini tanpa setiap individu yang mendukungnya.

Keluarganya, penggemarnya, agensi dan seluruh tim yang menyokongnya, dan bahkan ketiga perempuan ini... Jisoo melemparkan pandangannya kepada Jennie, Lisa dan Chaeyoung yang sedang berada di posisinya masing-masing. Ketiganya sedang tersenyum lepas, melambaikan tangannya tinggi-tinggi kepada semua penggemar yang memadati konser hari pertama Blackpink. Jisoo yang ada di saat ini, bukan hanya karena jerih payahnya, tapi mereka pun, mereka memiliki andil yang sama besarnya.

Jisoo tersenyum. Matanya nanar, tetapi ia tersenyum lebar seraya turut melambaikan tangannya kepada ribuan penggemar yang hadir.

Setiap peluh, air mata, rintihan yang mengiris hatinya, seluruhnya terbayarkan di momen ini. Di satu waktu ini.

Blackpink membuka rangkaian tur dunia melalui konser pertama yang digelar pada akhir pekan ini. Diestimasikan, sebanyak 30,000 penggemar akan menjadi saksi mata pertama perhelatan yang bertajuk BORN PINK WORLD TOUR.

Digadangkan akan melampaui kesuksesan tur dunia sebelumnya, IN YOUR ARE WORLD TOUR tercatat telah meraup pendapatan kurang lebih sebesar 54 milyar won dengan harga tiket terjual per lembarnya di kisaran 200 ribu won.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang