[17] Kunjungan Malam

2.5K 286 58
                                    

"Aku saja yang yang buka pintunya. Itu pasti pesananku dari Diptyque. Mereka bilang barangnya akan diantar dalam empat hari ke hotel."

Jisoo bergegas meninggalkan ruang tengah kamar hotelnya. Semenjak ketibaannya di Paris akhir minggu lalu, Jisoo menempati satu kamar hotel mewah, dengan pemandangan jembatan tertua di kota Paris, Pont Neuf. Jembatan yang telah melintang di atas sungai Seine sejak tahun 1600-an. Dua teras di kamarnya, juga turut memiliki pemandangan langsung menara Eiffel di sisi kanan hotel. Memang tak dekat, tapi siluetnya di kala langit terang maupun temaram gelap, sama indahnya.

Jisoo sedang melakukan fitting terakhir untuk merek produk yang menjadikannya Global Ambassador di ruang tengah—ia akan memakainya untuk acara esok hari, ketika bel kamarnya terdengar berbunyi.

Perempuan ini lantas segera melebarkan matanya. Wajahnya cerah berseri-seri. Ia pun mengembalikan gantungan pakaian yang sedang dipegangnya kepada seorang staff, lalu bergegas berjalan menuju pintu kamar.

"Aku pikir akan datang besok." Ujar Jisoo dengan nada semangat.

Diptyque (baca=Diptik) yang dimaksud Jisoo, adalah satu merek wewangian mewah asal Perancis. Mereka memproduksi EDT, EDP, lilin aromaterapi serta minyak wewangian untuk diffuser. Lilin aromaterapi mereka khususnya, sangatlah berkelas. Dikenal sebagai yang terbaik dengan kualitas produk tanpa campuran bahan sintetis serta desainnya yang elegan.

Jisoo menyempatkan dirinya berkunjung ke satu toko Diptyque di hari pertamanya berada di Paris. Tokonya selalu tutup lebih awal. Ia bersikeras agar ia masih bisa berkunjung setelah jadwal kerjanya selesai. Satu pesanan khusus miliknya, butuh beberapa hari untuk dikerjakan.

"Mereka mengantarkannya sehari lebih cepat ternyata."

Ia memesan sepasang lilin aromaterapi kala itu. Bukan lilinnya yang membutuhkan waktu untuk dipersiapkan. Namun, pot porselennyalah yang merupakan buatan tangan. Jisoo memesan secara khusus agar sebuah pesan pendek turut terukir di dasar potnya.

Pintu kamarnya pun ia buka. Jisoo tak mengintip melalui lubang di pintu kamar hotelnya, karena sejak awal ia menyangka seorang staff hotel lah yang akan berdiri di sana, untuk mengantarkan pesanan lilinnya.

Namun, yang berdiri di depan kamarnya bukanlah si staff hotel. Seorang laki-laki berdiri di sana dengan sebuah karangan bunga. Jisoo terdiam.

"Selamat malam." Ujar si laki-laki. Ia tinggi menjulang. Rambut hitam pendeknya masih terlihat sangat rapi, hasil tataan sang staff perias pastinya.

Kemeja laki-laki ini berwarna putih dengan dua kancing teratasnya terbuka. Sementara, bawahannya adalah celana panjang berwarna biru tua.

Dan orang ini, sudah pasti bukanlah staff yang dikirim oleh Diptyque untuk mengantarkan pesanannya. Pertama-tama, dia bukan orang Perancis. Dan yang kedua, Jisoo tidak memesan bunga dari Diptyque.

Alih-alih demikian, sejujurnya Jisoo mengenali orang ini. Ia beberapa kali membalas pesan dari laki-laki ini melalui ponselnya tempo hari. Namun, ini pertama kalinya bagi Jisoo untuk benar-benar bertatap muka dengannya.

"Oh..."

Itu adalah reaksi pertama Jisoo.

"Apa kabar? Saya tidak tahu anda sedang ada di sini." Ujar Jisoo kepada laki-laki ini dengan sapaan sopan. Ia cukup kaget dengan kehadiran si laki-laki di depan kamar hotelnya. Kenapa orang ini berada di Paris? Tangan Jisoo masih setengah menahan pintu kamarnya agar tak seluruhnya terbuka.

"Di Paris?" Si laki-laki tertawa renyah. "Terakhir kali aku mengirimkanmu pesan, saat itu aku mengatakan semoga kita bisa segera bertemu—tentu karena jadwal kerjamu yang sangat padat. Dan jangan sapa aku dengan 'anda'. Itu pun sudah aku katakan di pesan tempo hari... itu terdengar kolot." Tambahnya. Karangan bunga yang ia bawa, sedikit ia turunkan sejajar pinggulnya.

The Journey To TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang