EDREA memilih untuk keluar dari biliknya ditemani oleh bakal suaminya. Walaupun Edrea tahu dirinya belum sembuh sepenuhnya tapi berada di bilik ini membuat dirinya sesak dan bosan. Padahal belum sampai satu hari Edrea di sini rasa bosan mulai menguasa dirinya.
Ezhar mengenggam tangan Edrea hal itu membuat Edrea senyum.
Langkah Edrea terhenti ketika matanya melihat sosok Hardin yang duduk di sana. Ezhar menoleh ke belakang.
"Ada apa?" Tanya Ezhar."
"Itu Hardin kan? Ayo kita ke sana aku belum ucap terima kasih padanya." Ezhar menggangguk lalu membawa tubuh Edrea dengan hati-hati ke arah Hardin.
"Hardin." Panggil Edrea. Rania dan Syah pun menatap gadis yang memanggil Hardin dengan pakaian pesakit itu.
"Edrea. Kamu sudah sedar?" Tanya Hardin.
Edrea mengangguk." Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Edrea.
"Drizella mengalami pendarahan."
"Zella mengandung?" Tanya Edrea. Hardin menggangguk.
"Jadi dia macam mana sekarang?" Tanya Edrea risau. Walaupun Edrea dan Zella tidak searah selalu bergaduh kalau ketemu tapi mendengar hal ini membuat Edrea kasihan pada Drizella.
"Dia masih di dalam masih ditangani"
Tiba-tiba kedua bahu Edrea dipegang oleh Rania. Rania menatap anak mata Edrea yang begitu sama dengan anak mata dan Drizella. Airmata Rania mengalir.
"Kamu Diandra?" Edrea senyum canggung.
"Saya bukan Diandra..saya...."
"Kamu Diandra. Anak saya...anak saya yang hilang 21 tahun lalu..." Edrea melarikan tangan Rania dari bahunya.
Hadid, Ezhar dan Syah jadi hairan.
"Kamu anak saya. Lihat warna anak mata kamu.. sama dengan saya dan kakak kamu Drizella.."
Hadid baru teringat akan darah yang diderma pada Edrea.
"Golongan darah kamu dan Drizella juga sama, Edrea."
"Jadi yang derma darah pada aku..Drizella.." Hardin mengangguk.
Rania memeluk Edrea.
"Akhirnya ibu menemukan kamu nak. Ibu rindu padamu." Ucapnya Rania.
Edrea menutup matanya. Kenapa pelukan Rania begitu nyaman baginya. Kenapa pelukan Rania membuat Edrea berasa selamat. Apa ini namanya ada ikatan pertalian darah antara ibu dan anak.
Edrea membalas pelukan Rania.
Pintu ICU terbuka. Hardin dengan langkah cepat menuju ke arah doktor itu. Begitu juga dengan Syah, Rania, Edrea dan Ezhar mengikuti langkah Hardin.
"Kami sudah melakukan yang terbaik. Maaf anak dalam perut puan Drizella tidak dapat diselamatkan."
Bagai disambar petir Hardin ketika mendengar laporan itu. Hardin lemah hingga lututnya mencapai mozic.
"Ini semua salah ku...ini semua salah ku." Tangis Hardin. Ezhar ikut bersimpuh lalu membelai bahu Hardin agar lelaki itu sabar.
Rania juga ikut syok. Lalu Rania memeluk tubuh sang suami.
"Macam mana dengan Drizella, Syah? Dia pasti syok menerima ini...aku tidak mahu anak ku merasakan apa yang aku rasa...."
Edrea juga airmatanya mengalir. Lalu bergabung memeluk ibu dan ayahnya.