TIDAK memakan waktu yang lama untuk sampai di rumah Edrea. Mawar, Dania dan Fania pun turun perut kereta lalu tanpa basa basi Mawar pun menekan tombol loceng yang berada di sebelah kanan pagar warna emas.
Boleh dikatakan sudah lama mereka tidak datang ke rumah Edrea. Baru kali ini mereka menginjak kaki mereka ke sini. Bukan la apakan tapi mereka semua fokus pada kuliah dan assignment yang diberi.
Banyak kali mereka menekan loceng itu tapi tidak ada membukanya.
Mereka ingin pergi tapi teriakan bibik dalam rumah itu mengendala kan niat mereka untuk berambus.
"Maaf. Kalian teman nya cik Edrea kan?" Tanya bibik.
"Iya. Edrea ada?" Jawab Mawar lalu mengajukan soalan.
"Non Edrea tidak ada di rumah. Baru saja tadi pagi non Edrea dan Den Ezhar pergi."
"Bibik tahu mereka ke mana?" Tanya Dania.
"Saya juga tidak pasti non. Mereka kelam kabut perginya hingga bibik tidak sempat bertanya." Jelas bibik.
Ketiga gadis itu saling pandang.
"Kalau begitu kami pergi dulu bik."
"Iya non hati-hati..."
🦋🦋🦋
Edrea melihat jam tangannya sudah satu jam kereta berwarna hitam itu berada di sana. Edrea curiga apa mereka datang ke sini berbuat jahat? Atau ada yang disembunyikan.
Sebuah tangan mendarat di bahu kanan Edrea hal itu sukses membuat Edrea terkejut. Gadis cantik itu manatap tajam Ezhar yang berani-beraninya menganggu ketenangannya dan fikirannya.
"Kau buat apa di sini? Bukannya kau sedang berpeluk mesra dengan budak tu!" Ada nada sinis dalam pertuturan Edrea.
Edrea terkekeh tanpa suara.
"Awak cemburu?"
"Idih siapa juga yang cemburu...tak kuasa aku."
"Kalau cemburu bilang tak usah nak malu"
"Ishh sinting."
Mereka berdua diam.
"Awak tak lapar?" Tanya Ezhar setelah beberapa minit saling diam.
"Tak." Jawab Edrea ketus.
"Saya nak tanya. Dah berapa lama kau kenal dengan ibu Hanis tu?"
"Kenapa awak tanya?"
"Cih boleh tak kau jawab saja. Tak perlu nak banyak tanya." Tegas Edrea.
"Saya dah kenal dengan ibu Hanis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini."
"Kenapa aku tak tahu?"
"Dah awak tak nak ambil tahu." Edrea memutar bijinya matanya malas.
"Kau percaya ibu Hanis tu?"
"Iya saya percaya. Saya dah anggap ibu Hanis macam umi saya sendiri. Saya dah anggap budak-budak tu macam adik saya sendiri"
"Siapa budak lebam-lebam tu?"
Ezhar terkekeh dirinya tahu Edrea cemburu tapi ego gadis itu tinggi macam gunung Kinabalu.