MAWAR turun tangga menuju ke parking car. Di sana terlihat Ezhar dan Andri yang berdiri tepat di samping keretanya.
Mawar berjalan anggun menuju ke arah Ezhar dan Andri.
Ezhar dan Andri yang melihat Mawar datang ke arah mereka segera berdiri tegak.
Mawar berhenti tepat di depan mereka.
"Ingat aku cuma bantu kau pertemukan Dia, si bisu ni dengan Queen. Selebihnya aku tak nak bertanggungjawab. Kalau Queen tanya siapa yang bawa korang berdua ke apartemen ku, kau cari alasan sendiri." Ujar Mawar.
Ezhar dan Andri mengangguk.
Tidak sampai setengah jam akhirnya mereka pun sampai di tempat tinggal Mawar."Lantai dua, nombor 1457." Ujar Mawar setelah berjaya memarkir cantik keretanya.
Ezhar mengangguk.
Kini hanya Mawar dan Andri berdua di dalam kereta.
"Aku nak kau cari kan aku steak yang paling sedap."
Andri mengangguk.
Ingin keluar tapi suara Mawar membuat langkah Andri berhenti.
"Kau ada duit tak?" Tanya Mawar.
Andri mengangguk.
"Kau yakin. Aku rasa rakyat jelata semacam kau ni tak mampu nak beli steak mahal di hotel lima bintang tu. Ni."
Mawar melempar kad kreditnya pada Andri.
"Pakai."
Andri mengangguk.
🦋🦋🦋
Mata Ezhar sangat saksama mencari nombor 1457.
Senyum terbit ketika nombor yang dari tadi di cari kini di depan matanya. Ezhar menekan loceng apartemen milik Mawar itu.
"Apa Mawar tidak bawa kunci?"
Edrea melangkah menuju ke pintu utama.
Memegang gagang pintu.
Suprise.......
Edrea berdiri mematung di muka pintu melihat sosok yang dihindar selama dua minggu ini.
Edrea ingin menutup kembali pintu apartemen Mawar, tapi kalah cepat kerna Ezhar menolak pintu itu hingga berdentum.
"Kau buat apa di sini?!" Tanya Edrea dengan tatapan tajam.
"Saya nak jumpa dengan awak."
"Lebih kau baik keluar! Jangan pernah datang ke sini lagi!"
Edrea melangkah meninggalkan Ezhar tapi dengan pantas Ezhar menghentikan langkah Edrea dengan memegang pergelangan tangan gadis itu.
"Kau nak apa?!" Seru Edrea marah.
"Kita kena bicara Edrea. Lari dari masalah tidak akan menyelesaikan apa-apa. Malah memperumitkan keadaan."
"Apa lagi yang perlu dibicarakan. Semuanya sudah jelas kan."
Airmata Edrea bertakung di kantung mata.
Mata mereka saling bertatapan.
"Kita harus tunggu Abi bicara soal ini Drea. Kita tidak boleh menyimpulkan ini dengan cepat. Mungkin ada kesalahfahaman yang berlaku."