44

1.7K 194 15
                                    

Dongsheng meng anggukan kepalanya dan tersenyum.

"Makasih bu"

Cklek

Pintu ruang tabib terbuka,dan tabib berjalan ke arah orang penting di istana itu,lalu dia membungkuk.

Dongsheng langsung menghampiri tabib.

"Anakku? Bagaimana dengan anakku?"

"Semua baik baik saja ratu, pangeran tadi sempat kritis tapi sekarang dia baik baik saja"

"Oh tuhan terimakasih"

Seorang pengawal menggendong dongjun ke kamar dongsheng.

"Sayang kamu istirahat lah hari sudah sore"

Dongsheng pergi ke kamarnya, dia melihat dongjun lalu duduk di atas kasur.

Dongsheng mengelus kepala dongjun, terdapat parban di sana, tidak sadar air mata kembali menetes.

"Aku benci ayah"

Dongsheng tertegun dan melihat mata sang putra, mata itu masih tertutup, anaknya mengigau.

"Aku anak bunda bukan anak sialan"

Dongsheng menutup mulutnya agar sura isakan itu tidak keluar bahunya berguncang seiringan dengan tangisan nya.

Dengan tangan yang gemetar dia mengusap lembut rambut sang putra.

"Ssstt kamu anak bunda,kamu kesayangan bunda,kelahiran kamu adalah hadiah terindah bukan kesialan"
Dia mengusap kepala sang anak, dengan air mata terus menetes.

"Kamu tenang saja,bunda akan membawa kamu pergi dari penderita an ini"
Cup
Dia mencium kening sang anak pelan.

Lalu bangkit dan berjalan ke ruang tulis. Dia mengambil kertas dan mulai menulis surat.

Setiap tulisan dia tulis dengan lelehan air mata.

Tangannya bergemetar memegang pena, dia tersenyum dengan air mata jatuh ke bibirnya.

"Hiks dengam surat ini aku menyerah, selamat tinggal kenangan yang sangat menyakitkan,hiks hiks oh tuhan hiks aku hiks tidak hiks tau akan berakhir seperti ini hiks hiks merka jahat tuhan hiks mereka jahat hiks hiks hiks,tuhan kenapa? Kenapa harus aku dan putraku yang mengalami ini tuhan? Hiks hiks kenapa? Hiks aku capek hiks hiks"

dongsheng menghapus air matanya. Lalu membereskan semua baju dan perhiasan nya, perhiasan ini bukan milik cen, ini punya bundanya, karena itu dia membawanya.

"Bibi yen"
Bibi yen masuk kedalam dan menghampiri nonanya.

"Bibi, tolong bereskan beberapa pakaian dongjun"

Bibi yen menutup mulutnya, air mata menetes dari mata kriput itu.

"Nona ini?"bibi yen menggeleng dengan tatapan tidak percaya.

Dongsheng tersenyum.

"Iya bibi,aku sudah sampai di titik terakhir aku, sudah cukup aku berjuang sendiri untuk mempertahankan pernikahan ini, pernikahan tidak akan bertahan,jika hanya satu orang saja yg berjuang, aku capek bi. Aku tidak sanggup lagi, semua siksaan yang dia berikan sangat sangat membekas di hatiku, aku tidak yakin bekas itu akan hilang"

Bibi yen menangis dan memeluk dongsheng.

"Hiks bibi akan mendukung kamu, berbahagia lah"

Dongsheng meng anggukan kepalanya. Bibi yen membereskan beberapa pakaian dongjun, dengan tangan gemetar dia memasukkan semua pakaian itu kedalam tas.

Dia mengusap salah satu pakaian itu lalu menangis lagi.

"Nona semua baju pangeran sudah siap saya kemas."

Dongsheng menghampiri bibi yen,dan memeluk bibi yen sambil tersenyum.

Dia menyerahkan dua surat kepada bibi yen,bibi yen memandang bingung kedua surat itu.

"Di saat aku sudah pergi dari sini,aku ingin bibi memeberikan surat ini kepada ayah dan chen, ah iya ini kota ini juga berikan kepada mereka yah bibi"

Bibi yen menggeleng dengan tampang tidak percaya.

"NONA? tidak saya ingin ikut nonaa, saya mohon, biarkan saya ikut nona hiks saya mohon hiks saya tidak bisa pisah dengan anda nona hiks"

Donghseng memeluk bibi yen dengan erat,dia menangis lagi, dia juga tidak ingin meninggalkan bibi yen, tetapi dia juga tidak bisa membawa bibi yen begitu saja.

"Bibi,tolong jangan menangis,aku mohon berikan surat dan kotak ini kepada mereka berdua,aku tidak punya banyak waktu lagi bi"

"Hiks hiks anda tega sekali nona hiks hiks saya mau ikut nona hiks"

Dongsheng menggeleng kan kepalanya, lalu melepaskan pelukan bibi yen secara perlahan lalu melangkah pergi dengan dongjun di gendongan nya,dan pengawal membawa semua barang mereka berdua.

Di saat dongsheng sudah keluar dari kamar itu, bibi yen langsung terduduk di atas lantai, dia menangis tersedu sedu.

"Hiks bagaimana aku bisa tenang hiks hiks dia masih muda dan hiks membawa anak kecil, hiks hiks bagaimana jika ada yang menyulik mereka hiks hiks oh tuhan hiks jangan ada air mata lagi di mata dongsheng hiks kasian dia hiks sudah menderita selama ini hiks"

dunia apa ini?(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang