Tekan pojok kanannya kalau suka sama cerita ini ya 😩
Baca sampai bawah biar tahu keuwuan mereka gimana.
Semburat jingga sedikit lagi akan menghilang digantikan pekatnya malam. Haechan segera membantu Ryujin membereskan barang yang mereka bawa untuk tamasya dadakan. Pria itu melipat karpet yang ia jadikan alas sampai mengecil kemudian diletakkan dirinjing sepeda. Keranjang yang ia bawa dipegang oleh Ryujin.
"Sudah siap nona manis? Kemana kita hari ini?" Tanya Haechan menengok ke arah Ryujin. Senyum gadisnya terpatri membuat matanya menyipit. Lucu.
"Ke rumah dora haha." Gadis itu tertawa riang. Dada Haechan menghangat seketika karena sangat mudah membuat gadisnya bahagia. Diajak muter komplek pakai sepeda juga senang dia mah.
"Aku peta. Aku peta." Kata Haechan teriak-teriakan sambil mengayuh pedal sepeda. Pejalan kaki yang mendengarnya terkejut karena teriakan Haechan sangat keras. Beberapa orang melihatnya hanya tersenyum. Kaula muda sedang merajut asmara. Perasaan cinta masih mengobar dalam dada.
"Lo bukan peta." Kata Ryujin pelan. Gadis itu geleng-geleng kepala malu sama kelakuan Haechan yang astagfirullah untuk wajah imutnya yang subhanallah. Semoga saja pria itu tidak tahu bahwa gadisnya sedang memujinya saat ini.
"Terus apa dong?" Tanya Haechan sambil sesekali menyapa pejalan kaki. Satu tangannya memegang tangan Ryujin agar gadis itu mau memeluk perutnya yang sixpack, sevenpack, eightpack, ninepack, merekpek.
"Lo Swiper," Kata Ryujin menahan gugup mati-matian. Semoga saja Haechan masih bisa menahan kegilaannya. Haechan kan urat malunya sudah putus.
"Hah? Ko Swiper?" Tanya Haechan bingung. Padahal Swiper itu serigala aneh yang ga ada kerjaan nyuri peta terus.
"Iya kan lo udah curi hati gue." Bodoh Ryujin. Mudah sekali ia mengeluarkan kata ajaib itu. Ia jadi merinding sendiri dengan ucapannya. Ia jadi bingung saat Haechan tidak menjawab sama sekali
1 detik
2 detik
3 detik
"Auto KUA." Pria itu mengayuh pedalnya semakin cepat. Ryujin sampai sakit pantatnya karena pria itu menabrak polisi tidur yang berbaris rapih. Bayangkan jika kalian lewati polisi tidur yang lebih dari empat dan rem kalian tidak pakem. Nah, sesahdu itu kawan.
"Echan pelan-pelan. Polisi tidur mulu, pantat gue sakit anjay. Lo mau pantat gue ngilang digajuklan? Hah!" Haechan semakin semangat mengayuh sepedanya. Itu adalah balasan karena sudah membuat jantungnya jumpalitan.
"Nanti pantat lo gue tambal. Biar mon... tok." Seloroh Haechan mendapat tepukan mantap dipunggungnya. Menurut echan sih tidak sakit justru rileksasi baginya. Anggap saja tepukannya itu seperti pijitan.
"Lo pikir pantat gue ban apa."
"Haha yaudah gua kompa biar gelumbung lagi."
"Ish Echan. Pantat gue bukan balon aa yang lu tiup bisa gelembung." Bibir Ryujin semakin mengerucut. Kenapa sih dia dengan mudahnya mencintai pria nyebelin seperti dirinya. Apakah ia kualat karena dulu selalu mengejek Haechan yang lebih imut daripada dirinya.
"Iya terus apa? Yaudah gini aja deh. Pantat lo gue borgol aja dikamar biar ga ilang."
"Echan..." Teriak Ryujin membuat lelaki itu semakin tertawa. Baginya kekesalan Ryujin tontonan menarik dari serial apapun kecuali ehm. Baru Haechan akan berpaling ke ehm itu.
"Apa sih sayang? Emm? Mau nyusu? manggil-manggil mulu."
"Iya sini tapi dada lo gua bacok dulu."
"Kamu ko kasar sih mainnya bacok-bacokan. Kamu kan gadis kalem mending main masak-masakan atau bonekaan."
"Ckk mending main layangan,"
"Jangan, nanti kamu nyangkut dipohon."
"Chan ko lo gemesin banget sih."
"Terimakasih sama authornya yang buat gue gemesin gini haha."Skip
"Mau jajan dulu ga? Eh tapi udah mau maghrib harus cepet pulang. Nanti ketemu temen-temen lo lagi jam segini masih keluyuran,"
"Kenapa lo nawarin jajan kalau akhirnya nyuruh pulang. Dasar Samiun,"
"Hahaha aduh. Apa tadi lo bilang? Samiun? Itu ada kepanjangannya tau."
"Ckk jangan ngada-ngada,"
"Belum nikah aja udah PRT."
"KDRT sayang bukan PRT. Makannya jangan kebanyakan makan micin. Jadi pinter kan."
"Makasih loh tahu aja kalau aku pinter."
"Iya lo kan selalu jadi peringat ketiga paling bawah dikelas." Cibir Ryujin memgetahui pacarnya itu sangat sangat pintar dalam pendidikan. Haechan itu sebenarnya pintar tapi pria itu dengan sombongnya menjawab pertanyaan dengan salah sampai dapat peringkat tiga terbawah.
"Ckk lancar jasa ngehujadnya. Gini-gini gue pinter tau. Gubet einsten aja kalah."
"Albert einstein sayang. Gemes deh pengen nyentil ginjal kamu."
"Gemesin gini kan punya kamu seorang."
"Pengen muntah dengernya."
"Jin mah emang suka gitu kalau deket orang suci."
"Endasmu haha."Sepeda yang dikendarai Haechan berhenti disebuah toserba tak jauh dari rumah Ryujin. Gadis itu bingung saat Haechan tiba-tiba berhenti tanpa bicara dahulu. Apa yang akan pria itu beli? Padahal perut mereka sudah terisi dengan cemilan yang tadi dibelinya.
"Mau ngapain Chan?" Tanya Ryujin tidak turun dari sepeda. Ia diminta untuk tetap duduk dan menjaga sepeda milik Ryujin.
Haechan menoleh sebentar. "Beli kecebong." Haechan berlalu meninggalkan Ryujin. Jika bukan pacar sudah ia tendang bokong pria itu. Sabar Ryujin.
"Untung sayang." Gumam gadis itu mengelusi dadanya.
Setelah selesai berbelanja ia memberikan plastik berwarna hitam kepada gadis itu. Ryujin tersenyum saat pria itu memberikannya pembalut serta minyak kayu putih. Haechan memang hafal segala sesuatu dengan gadisnya itu. Pria itu tahu, sedikit lagi pacarnya akan mengalami menstruasi dan ia menyiapkan kebutuhannya tanpa diminta. Pacarable bukan?
"Chan. Gue pengen bilang terimakasih tapi nanti kepala lo gede kaya film jadu yang alien itu."
"Simpan aja makasihnya. Udah tugas gue jadi orang yang serba tahu apapun tentang lo. Tanggal lo dapet aja gue tahu bahkan sisa stok pembalut aja gue tahu." Pri itu seperti lupa akan sesuatu. Itu kembali lagi ke toserba.
"Ko beli ice creamnya cuma satu sih." Ryujin turun dari sepeda. Ia menghampiri Haechan yang sudah duduk dikursi depan toserba. Pria itu menepuk kursi panjang menyuruh Ryuji untuk ikut duduk disampingnya.
"Biar so sweet." Cup ice cream vanila tiga rasa itu dibuka dan ia menyedoknya dengan sendok plastik berukuran kecil. Ryujin tidak protes dengan akal-akalan Haechan yang ingin bermanis-manisan saat ini. Gadis itu justru semakin senang karena Haechan sangat perhatian sekecil apapun itu.
"Makannya yang bener." Ia mengusap sudut bibir Ryujin dengan ibu jarinya kemudian menghisap jarinya tanpa malu. Ryujin memalingkan wajah karena ia merasa malu. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Haechan itu sangat manis dan pria itu hanya miliknya saja. Kalian dilarang iri.
"Sini gue aja yang nyuapin." Haechan menjauhkan cup ice cream dari Ryujin. Kepalanya menggeleng dengan wajah datar tidak bisa dibantah.
"Gue aja." Ia kembali menyuapkan ice cream kemulut Ryujin setengah dan setengahnya lagi untuk dia. Padahal kan itu bekas bibirnya tapi Haechan tidak peduli. Ia senang melihat wajah Ryujin yang menggemaskan.
"Iyaudah." Ryujin mengalah. Ia tidak akan berdebat hanya karena ice cream bukan? Tapi masalahnya jantungnya tidak terkondisikan jika disuapi dan ditatap dengan dalam seperti itu. Haechan sengaja menyuapi sampai kena sudut bibir Ryujin. Pria itu dengan cepat mencium sudut bibir Ryujin.
"Echan." Ryujin menatap Haechan. Keberuntungan memihak Ryujin karena suasa yang menjelang malam membuat tidak ada orang yang melintas.
"Jangan kaya gitu lagi." Ryujin menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak berani menatap wajah Haechan. Ini pertama kalinya bibirnya bertemu selama mereka pacaran dua tahun. Apa setan sudah memasuki tubuh Haechan sampai pria itu berani melakukan hal tersebut.
"Maaf, kamu gemesin soalnya. Aku ga tahan pengen cium." Ia menarik bahu Ryujin mendekat. Mengecupi rambut Ryujin berulang kali. Semua diluar kendalinya saat menatap mata sayu Ryujin. Sial. Untung saja bukan dirumah atau apartemen
Echan ko kamu nakal sih 😂 duh udah main nyosor aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUS
Short StoryCerita tentang Haechan dan Ryujin. Pasangan yang memiliki tingkat humor diatas khayangan. Dua kepala yang sama-sama memiliki tingkat receh rendah. Tapi herannya mereka sama-sama menyukai obrolan aneh tiap mereka bertemu. "Ckk punya pacar gini amat...