Chapter 4

77 12 0
                                    


Ryujin menatap malas ponselnya karena Haechan tidak kunjung membalas pesannya sama sekali. Gadis itu berguling ke kiri-kanan ranjang untuk menghilangkan sikap overthinkingnya. Ia ingin percaya sepenuhnya pada Haechan tapi rasanya sulit.

Ting.

Haechan
Kamu jadi gadis manis dulu ya dirumah 😘 aku cuma pergi sebentaran doang ko disana. Janji.

Ryujin membaca pesannya sekali lagi dari orang yang ia pikirkan saat ini. Ia tidak percaya Haechan tidak membolehkan dirinya ikut menemaninya k6e Jakarta. Apa pria itu punya pacar selain dirinya disana?

Ryujin memukul bantal melampiaskan kekesalannya. Ia turun dari ranjang menatap dirinya dicermin. Apa ia kurang cantik sampai Haechan tidak mau mengajaknya? Huh. Kepalanya dengan cepat menggeleng, mengenyahkan pikiran laknat itu. Tidak mungkin Haechan yang mengejar ia selama lima tahun berpaling dengan mudah pada wanita lain.

Ryujin memilih keluar kamar menuruni tangga dengan hentakan kaki sebal. Pagi ini orang tuanya sudah pergi dan hanya ia sendiri. Jika ada Haechan ia bisa menghabiskan waktu seharian di dreamtheater milik keluarganya atau bertamasya seperti kemarin.

Ia melihat Bi Inah yang sedang mengolah bahan masakan didapur. Ia tersenyum karena hanya Bi Inah yang tidak pernah meninggalkannya. Perempuan paruh baya yang sudah berjasa merawatnya sampai menginjak bangku SMA.

"Bi inah, tolong buatin aku smoothies kaya biasanya yah. Buah naga dimix sama pisang."

"Siap Non,"

Ryujin merasa bosan karena tidak ada kegiatan. Ia memilih berselancar dilayar ponselnya membuka aplikasi instagram. Matanya menyipit saat Jaemin memposting sebuah foto yang dimana ada Haechan dan gadis cantik bersender disampingnya. Oh jadi ini alasan Haechan pergi tanpa mengikutsertakannya? Ia memegang dada yang berdenyut perih. Air matanya menyeluruh dipipi merah jambunya. Sakit.

"Non, ini smoothiesnya. Loh kenapa Non Ujin nangis?" Gadis itu terisak karena sakit memikirkan Haechan punya pacar selama ini. Kenapa ia harus memberikan rasa bahagia tiada tara jika ia punya gadis lain selain dirinya.

Bi Inah tidak banyak bicara. Ia paham Ryujin akan memendam kesedihannya sendiri dan jika ia tidak kuat semua rasa sedihnya akan meluap melalui cerita. Ia hanya menunggu sampai akhirnya sang majikan memberitahukan apa yang terjadi sampai ia menangis sedih sepert itu.

Ryujin mengirimkan balasan pada foto yang diposting Jaemin. Jarinya terasa lemas mengetikkan huruf demi huruf. Ia meyakinkan bahwa setelah ini akan baik-baik saja. Ia hanya perlu menguatkan dirinya agar tidak menyedihkan. Saat semua kata sudah tersusun air matanya meluruh sempurna menghantam dadanya begitu kuat.

Selamat ya Chan. Semoga langgeng😊

Disuasana yang berbeda Jaemin teriak heboh karena postingannya sudah membuat Ryujin salah paham terhadap Haechan. Pria itu jadi pening karena Jaemin harusnya tidak usah memaksanya selfie. Ryujin pasti sudah memikiran hal buruk tentangnya terlebih posisi Giselle menyenderkan kepala dilengannya.

"Anjrit Ryujin komen. Otw putus haha." Jaemin masih saja meledeki teman yang sudah pias ditempatnya. Sialan memang temannya yang satu ini.

"Si anjir. Harusnya lo hide postingannya dari Ryujin," Haechan mengacak rambutnya frustasi. Bisa putus kalau begini jadinya. Ia tidak mau hubungan dengan gadis itu sampai berakhir sia-sia.

"Tck kenapa? Lo takut?" Cemooh Jeno samanya dengan kembarannya-Jaemin. Mereka kompak dalam menghujat Haechan. Pria itu tersenyum miring memandang bodoh Haechan dari kaca yang tergantung ditengah mobil.

"Bukan masalahnya takut. Tapi Ryujin bisa salah paham nyet."

"Bagus dong jadi lo bisa putus sama dia." Mulut bangsat temannya itu minta diberi sianida sepertinya. Bunuh Jaemin dosa tidak sih? Kalau tidak dosa ayo sama-sama kita mutilasi pria itu.

"Brengsek. Gua susah buat dapetin dia dan lo malah ngomong seenak jidat lo. Lima tahun anjay gue perjuangin dia. Setelah dapetin dia ga mungkin juga gue putus dari dia." Emosinya sudah mencapai ubun-ubun. Mereka boleh meledeknya dalam hal lain tapi tidak dengan hubungannya dengan Ryujin. Mereka tidak tahu saja selama ini Haechan berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati gadis itu.

"Udah-udah lanjutkan berantemnya." Ujar Giselle menatap mereka. Jeno tersenyum puas karena Giselle bukannya minta maaf justru semakin membuat Haechan keki.

"Gis, tolong vc ke cewek gue dan jelasin ke dia kalau kita ga ada hubungan apa-apa." Haechan memohon memberikan ponselnya ke Giselle. Ia melakukan apapun untuk keberlangsungan hubungannya.

"Diemin dulu aja. Percuma lo ngomong kaya gitu tapi posisinya dia marah sama lo. Justru kalian malah semakin parah berantemnya." Haechan bingung antara mengiyakan atau menyangggah pesan Jeno. Masalahnya Jeno saja berantem terus dengan Karina. Bagaimana mungkin ia bisa percaya dengan pria itu.

"Tapi No, semakin didiemin Ryujin semakin liar pikiran buruknya tentang gue." Tubuhnya membungkuk dengan tangan menyiku bertumpu pada kedua pahanya. Ia mengerang frustasi tentu saja.

"Iya emang lo cowok buruk. Sana sini hayo." Mulut Jaemin berujar minta disambelin. Pria itu semakin senang saat temannya tersiksa.

"Bisa diem ga lo Taik."

"Aww atut haha."

"Bangsat!"

Haechan mencoba menelpon nomor Ryujin tapi operator yang menjawabnya. Jiwanya jadi tidak tenang karena gadis itu sengaja mematikan ponselnya. Ia jadi ingin pulang saja menemui gadis itu. Fix. Kalau ia putus dengan Ryujin semua ini adalah kesalahan Jaemin.

Malamnya Ryujin bingung banyak mawar putih didepan pintunya. Susunan mawar itu melingkar dengan bucket merah merekatkannya. Ada tulisan tersemat diatas mawar itu. Ia tahu tulisan itu adalah milik pria yang telah membuatnya menangis seharian ini.

Kalau aku berarti buat kamu aku tunggu ditaman tempat biasa. Aku tunggu kamu.

Ini sudah jam sepuluh malam dan apakah Haechan masih ada disana? Pasti laki-laki itu sudah pulang karena Haechan sangat lelah perjalanan Bandung-Jakarta. Tapi bagaimana jika Haechan masih ada ditaman? Ryujin jadi pusing sendiri memikirkannya.

Ryujin memutuskan untuk mendatangi taman tersebut. Ia hanya ingin memastikan bahwa Haechan masih ada disana atau tidak. Gadis itu merapatkan tangannya karena cuaca mulai dingin dan sepertinya akan turun hujan. Ia takut akan kehujanan jika tidak segera sampai. Oleh sebab itu Ryujin berlari walau sebenarnya ia payah dalam hal itu.

Lampu taman yang redup membuat pandangannya sedikit terganggu. Ia mendekati taman yang berisi permainan anak-anak. Seharusnya ia tahu bahwa Haechan pasti sudah pulang. Tapi kenapa ia berharap bisa menemui pria itu ditaman.

Tetesan hujan membuat Ryujin melangkahkan kaki untuk pulang. Gadis itu tidak ingin menyakiti hatinya lebih jauh untuk berharap lebih pada Haechan. Seharusnya ia marah karena merasa sudah dibohongi. Tapi hatinya lagi-lagi percaya bahwa prianya itu tidak mungkin mengkhianatinya.

Cewek bodoh.

Ryujin berbalik melihat Haechan keluar dari rumah-rumahan untuk anak TK yang sebenarnya itu tidak pantas untuk tubuh besarnya. Pria itu membuka jaket menyampirkannya ke bahu Ryujin. Ia menakup wajah Ryujin tidak peduli apakah hubungannya akan berlanjut setelah ini atau tidak.

Haechan menyatukan dahinya ke dahi Ryujin menatap gadis itu memuja. Ryujin dibuat tidak berdaya ditatap seintens itu. Gadis itu diam menggigit bibirnya karena Haechan tidak kunjung bicara.

"Maaf. Tapi aku ga akan nyesal." Dengan cepat ia melumat bibir manis milik Ryujin. Rasa kecewa, sedih, putus asa bercampur jadi satu. Ia tidak peduli dengan guyuran hujan yang semakin deras. Saat ini ia hanya ingin mencium Ryujin menyalurkan semua perasaan cintanya yang teramat dalam.

Bibir Ryujin terbuka, Haechan menggigit bibir mungilnya lagi dengan gemas. Tubuh Ryujin semakin menempel karena Haechan memeluk gadis itu. Tangannya dengan mudah menarik kaki Ryujin agar melingkar dipinggangnya. Suara lenguh dari bibir Ryujin membuatnya lupa bahwa mereka sekarang berada di taman.

Haechan segera melepaskan pagutan mereka karena Ryujin memukul dadanya berulang kali. Bibir Ryujin membengkak akibat ulahnya. Ia mengecup sekali lagi bibir gadis itu. Ryujin masih dalam posisi memeluk Haechan. Ia menyembunyikan wajahnya dari pandangan pria itu. Ia malu.

"Jangan tatap aku." Cicit Ryujin disamping telinga pria itu. Saat tubuh Ryujin sedikit menurun ia memegang bokong gadis itu menaikkannya lagi. Ia berjalan dengan tubuh Ryujin seperti koala. Haechan bersyukur karena tidak ditabok gadis itu.


Duh semakin meresahkan kamu chan 😂

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang