Chapter 30

72 10 0
                                    

Terimakasih untuk 13 pembaca Haejin yang masih stay dicerita ini. Dulu tuh cerita ini hanya satu dua yang baca dan vote. Tapi sekarang nambah dan rasanya senang banget.

Yok gas votenya lagi. Jangan sampai kendor kaya kolor 😂 akumulasi vote dari bab 1-30 kalau sampai 150 bakalan aku double up hari ini. I am promise.


Manusia pasti pernah merasakan sedih, kecewa, bahagia atau terkurung dalam derita. Perasaan itu silih berganti dalam hitungan detik, menit, jam dan hari. Layaknya roda, ia terus berputar tanpa henti. Seperti saat ini, Haechan merasakan senang tiada tara. Pria itu mengembangkan senyum seperti orang kehilangan akal. Perasaan bahagianya tergambar jelas dari wajahnya yang berseri-seri.

"Jangan senyum terus dong Chan," suara lembut Ryujin menyapa ditelinganya. Pria itu tetap saja tersenyum sambil bertopang wajah memperhatikan Ryujin.

"Kenapa?"

"Takut aku makin cinta. Ahay...." Ryujin menundukkan kepala sambil tertawa. Gadis itu tertawa karena guyonan anehnya sendiri.

"Dari kecil aku sudah nandain kamu," kata Haechan semakin membuat Ryujin malu. Kata mamahnya, tetangganya ini memang selalu mengatakan bahwa ia menyukai Ryujin. Ia tidak menyangka bahwa perasaan itu masih ada dan semakin membesar sampai sekarang.

"Jadi ibu dari anak-anakmu ya," pede Ryujin. Gadis itu senang sekali dengan kejujuran Haechan.

Haechan mengambil dua tangan Ryujin, menggenggamnya. "Bukan hanya itu. Aku mau kamu jadi istri, sahabat dan orang yang bersedia disamping aku sampai kita menua. Aku mau hari kita dihabiskan dengan perdebatan- perdebatan kecil. Aku mau dengar kamu memarahi anak-anak kita. Aku mau lihat bagaimana kamu mengurus anak sampai mereka dewasa. Aku menantikan hal itu dari dulu. Semua hal itu ingin aku lakukan dengan kamu. Hanya kamu,"

Ryujin tanpa sadar meneteskan air mata. Ia tersentuh oleh kata-kata dan tatapan Haechan yan penuh harap. Ia juga ingin sekali menghabiskan waktu dengan Haechan. Menua bersama dengan orang yang ia cintai adalah harapan terbesarnya dalam hidup.

"Hayang nikah hua...." Ryujin terisak kencang. Haechan gelagapan sampai duduk disamping Ryujin menenangkan gadisnya.

"Iya besok kita nikah. Cup cup cup anak manis," Haechan menepuk-nepuk kepala Ryujin, menempelkan kepala gadis itu didadanya.

"Nikah beneran. Bukan nikah-nikahan," sunggut Ryujin kesal. Mudah sekali pria itu bilang akan menikah besok.

"Iya. Kita nikah senin malam sabtu," Ryujin langsung melintir pinggang Haechan. Suka sekali becanda.

"Chan,"

"Kenapa hemm?"

"I wanna kiss you,"

"Aku tidak bisa berhenti jika sudah memulai. Jadi, nanti saja kalau kita sudah sah suami istri," Ryujin tersenyum senang. Ia hanya mengetes Haechan untuk menciumnya. Padahal dulu main sosor saja kaya hewan. Tapi sekarang pria itu menjaga dirinya dengan baik. Ia bahkan menolak untuk dicium. Suatu pembuktiian yang nyata dari Haechan.

"Sayang Echan banyak-banyak,"

Haechan mengambil tas Ryujin dan memakainya. Pria itu tidak malu saat mereka berjalan kearah pedagang kaki lima sambil mengenakan tas cewek. Ia memang selalu melakukan hal itu takut punggung Ryujin encok. Katanya.

"Good siang Akang Ujang. Dua porsi mie ayam kaya biasa yah," Ryujin dengan suara anak kecilnya berceloteh. Para pengunjung ada yang tertawa mendengar suara ajaib Ryujin yang sangat mirip dua kartun anak kembar.

"Siap Neng geulis," kata pedagang itu.

"Kamu mau kemana?" tanya Ryujin saat melihat Haechan bangkit dari kursi.

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang