Chapter 24

62 9 0
                                    



Jangan terlalu banyak berharap dari cerita flat ini ya. Masalahnya ringan no drama-drama yang berat. Jadi dibawa santuy aja ya. Kalian suka lanjutin bacanya, kalau engga tinggalin ceritanya. Sesimple itu. Kecuali sih kalau kalian suka kecot amuk sana sini. Tapi saya harap pembaca cerita ini bukan manusia seperti itu.




Setibanya dirumah Ryujin, Haechan langsung melesat kekamar gadis itu. Ia mengetuk pintu berwarna coklat didepannya beberapa kali. Haechan tidak mendapatkan jawaban apapun dari dalam sana.

Deg.

Apakah Ryujin akan meninggalkannya untuk kedua kalinya? Haechan langsung membuka pintu kamar Ryujin yang tidak terkunci. Pria itu mencari keberadaan Ryujin disetiap sudut ruangan. Kemana perginya gadis manis yang sibuk bergelung dengan selimut beberapa menit yang lalu?

"Ryujin...." Teriakan Haechan memenuhi seisi rumahnya Ryujin. Ia berlari tergesa-gesa mengitari semua ruangan. Jantungnya berdegup dengan cepat, takut apa yang ada dipikirannya jadi kenyataannya.

"Jin... kamu dimana?" Haechan sangat gelisah. Ia sudah berusaha mencari keberadaan Ryujin diseisi rumahnya. Haechan terlalu panik sampai lupa mendatangi ruang olahraga yang berada dilantai dua. Ia langsung berlari dengan kencang, memastikan keberadaan Ryujin disana. Nafasnya langsung teratur saat matanya melihat Ryujin yang berlari dimesin threadmill. Pantas saja Ryujin tidak mendengarkan teriakan Haechan. Gadis itu menyumpal telinganya dengan earphone.

Haechan menggelengkan kepala melihat setelan olahraganya. Gadis itu hanya mengenakan bra sport yang hanya membungkus bagian dadanya saja. Selain itu Ryujin juga memakai celana sialan yang tentu saja pendek. Cobaan macam apa ini Tuhan?

Haechan berjalan mendekati Ryujin sambil menahan hasrat jiwa penyerangnya. Jika sudah menikah mungkin ia akan menerkam gadis itu diruang olahraga ini. Tapi nyatanya mereka sudah berpisah dan Haechan juga tidak mungkin memanfaatkan kelemahan wanita untuk memuaskan hasratnya.

Jika brengsek, ia bisa saja membuat Ryujin menuntutnya untuk melakukan apa yang Haechan mau. Sayangnya rasa cinta Haechan mengalahkan semua sisi brengseknya. Ia lebih memilih menutup dada Ryujin dengan jaket yang ia kenakan.

"Kamu apa-apaan sih Chan." Ryujin menajamkan mata. Ia sedang olahraga dan kenapa harus mengenakan jaket sih. Tubuhnya saja sudah mengeluarkan banyak keringat akibat aktivitasnya pagi ini.

"Aku takut tumpah," kata Haechan. Ryujin tidak mengerti maksud pria itu. Ia melepaskan jaket Haechan dan mulai berlari lagi diatas mesin threadmill. Ia tidak peduli dengan Haechan yang ikut berlari dibelakangnya. Ia akan menawakan pria itu jika sampai Haechan terjatuh.

"Kurang kerjaan," kata Ryujin sedikit mendekat kearah kepala mesin itu. Ia tidak suka dengan keras kepalanya Haechan. Mereka sudah berpisah dan sudah seharusnya ia menjaga jarak bukan? Tapi berbanding terbalik dengan sikapnya yang terus memepet Řyujin.

"Iya kerjaan aku kan cuma ganggu kamu," Haechan mengambil handuk kecil yang tersampir dipundak Ryujin. Ia mengusak rambut pendek Ryujin dengan benda tersebut. Sikap jahilnya memunculkan decakan dari bibir Ryujin.

"Sadar diri dong Chan. Mesin ini harusnya untuk satu orang." Ryujin ingin mencakar wajah pria yang pernah ia sukai itu. Ia tidak leluasa karena tubuh Haechan sangat dekat dengan dirinya. Mau berhenti berlari pun rasanya Ryujin malas. Ia baru menghabiskan dua puluh menit dan masih ada empat puluh menit lagi.

Gadis itu sangat suka olahraga dan jangan heran jika ia marah saat waktu olahraganya diganggu.

"Mau sampai kapan kamu ganggu aku terus sih, Chan." Ryujin mematikan mesin threadmillnya. Ia terisak pelan dengan wajah yang malas menatap pria itu. Efek ingin period membuatnya jadi cepat marah-marah dan menangis tidak jelas.

"Duduk dulu yuk. Kamu pasti capek habis lari diatas mesin threadmill." Ryujin kali ini menolak tegas Haechan yang ingin meraih tangannya. Gadis itu tidak mau berurusan kembali dengan Haechan. Melihat wajahnya saja ia sudah malas.

"Keluar dari rumah gue!" teriak Ryujin frustasi. Ia mendorong punggung Haechan dengan nafas yang masih terengah. Tenaganya memang tidak seberapa dibandingkan Haechan.

Bermodalkan nekat, Ryujin memberanikan diri untuk mengusir si kepala batu itu. Ia sedikit kesulitan karena Haechan menjahili dirinya. Pria itu menahan dorongan Ryujin dengan tenaga yang dipusatkan ke kaki. Gesekan demi gesekan antara kaki dan lantai tidak menghasilkan apapun. Saat Ryujin lengah Haechan mundur teratur kebelakang. Tindakan itu terus berlanjut sampai Ryujin lelah sendiri.

"Lo sengaja kan nahan dorongan gue?" tanya Ryujin meyeka keringatnya. Jika tidak berolahraga mungkin ia bisa mendorong pria itu sampai ke lantai satu.

Haechan tertawa geli melihat muka Ryujin yang merah akibat menahan kesal. Ia ingin sekali mengelus pipi Ryujin dengan ibu jarinya. "Coba dorong lebih kuat lagi," Haechan membalikkan tubuh menghadap Ryujin. Ia menantang gadis manis yang sudah berubah menjadi banteng matador.

"Oke," Ryujin mengumpulkan tenaga agar Haechan tumbang dengan sekali dorongan. Ia melakukan aba-aba dengan tangan yang sudah lurus ke dada Haechan.

Ryujin mulai mengitung mundur untuk melakukan aksinya.

Satu

Dua

Tiga

"Haechan gila...." Haechan berlari dengan cepat. Ia menghindari amukan Ryujin yang ingin memukul wajahnya. Bagaimana ia tidak kesal jika pria itu sangat jorok, membawa kepala Ryujin mendekat ke ketiaknya. Ia juga mengambil telunjuk Ryujin untuk dimasukkan kedalam lubang hidungnya.

"Argh... Haechan! Berhenti ga lo!" Ryujin mengejarnya sampai ke kolam renang. Ia mengitari kotakan yang penuh dengan air itu. Kepalanya sudah berasap ingin menceburkan Haechan kedalam kolam renang.

Haechan tertawa senang sudah menjaili Ryujin dipagi hari ini. Misinya berhasil membuat Ryujin yang lupa dengan status mereka. Ia tidak ingin Ryujin mengingatkan jika mereka sudah putus. Oleh sebab itu, Haechan memilih jalan pintas untuk mengerjai gadis kecil itu habis-habisan.

Haechan berhenti dadakan dan berakhirlah mereka dikolam renang. Haechan sengaja menarik tangan Ryujin dan menceburkan diri mereka ketempat tersebut. Ryujin ingin mendekat kearah pinggir kolam. Sialnya Haechan menarik pinggangnya, memeluk Ryujin sambil berenang.

"I love you. Now and then." kata Haechan ditengah pelukan mereka. Ia meletakkan dagunya dipundak Ryujin.

"Satu hal yang aku takutin. Aku takut kehilangan. Terutama kehilangan kamu."

"Sebulan tanpa kamu membuat aku sadar. Bahwa selama ini kamu yang paling mengerti aku. Maafin aku Jin. Maafin cowok egois ini. Maafin aku yang belum bisa menjadi pasangan yang baik untuk kamu. Maafin aku yang terlalu bodoh tidak bisa mengerti bahasa kecemburuan kamu."


Haechan doang kayanya deh ngungkapin kesalahan sambil pelukan dikolam renang 😂

Gimana part ini? Seru ga? Kejahilan Haechan ini kaya sikap mantan saya wkwk. Isengnya masukin jari ke lubang hidung 😤

Tapi jadi memori banget sih sampe skrg wkwk.

5 juli 2022

22.11

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang