Chapter 31

66 8 0
                                    

Banyak hal yang tertulis dalam pikiran. Menyabotase kesadaran. Merengkuh jiwa dengan kehampaan.

Hai haaaaai wkwk. Aku mau ngerusuh lagi dicerita ini. Kangen sama pasangan absurdku tidak? Kalau kangen, ayok ramaikan kembali bintang dinotifku. Ditunggu yaaaa 💚


"Chan. Ayo pulang,"

Ryujin langsung menarik tangan Haechan, menjauhi manusia tidak tahu diri seperti Yuna. Ia malas berdebat, memperebutkan satu pria. Memalukan. Seperti tidak aja pejantan lainnya saja.

"Kirain aku, kamu mau main jambak-jambakan sama dia," Haechan tersenyum. Ia merasa konyol dengan pikirannya sendiri. Adegan anarkis Ryujin yang bar-bar dalam otaknya lenyap sudah.

"Dia bukan level aku," kata Ryujin menatap Yuna dengan tatapan rendah. Ia malas sekali menghabiskan energi untuk menyerang gadis itu. Sekali tendang pasti juga langsung K.O.

Haechan dan Ryujin berjalan bersama dengan tangan yang masih tertaut. Ia tidak memperdulikan tatapan oran lain. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Lagipula itu urusan mereka mau percaya atau tidak dengan Haechan dan Ryujin.

"Chan. Kamu lupa kalau kita pernah tidur bareng!"

Gila! Perempuan itu sudah gila! Teriakan Yuna membuat kaki Ryujin terhenti. Ia menatap Haechan dengan tajam. Tidur bareng? Haha. Apakah pria itu sudah bermain dengan Yuna? Kalimat itu tentu saja memancing jiwa bar-bar Ryujin.

"Cuma tidur kan? Belum icip-icip?" Ryujin menyilangkan tangannya didada sambil memandangan lawan bicaranya. Sampai sejauh mana sih gadis itu memalukan dirinya sendiri? Ia jadi tertarik dengan semua ucapan bodoh Yuna. Bukankah itu hanya aib yang seharusnya ia simpan.

Bisik-bisik mulai terdengar kembali. Ryujin rasanya ingin melempar gadis itu ke panci tukang mie ayam. Biar gilanya melebur dengan kuah panas kaldu mie.

"Menurut kamu apa yang dilakukan perempuan dan pria jika sudah disatu kamar yang sama?" tanya Yuna. Wajahnya sangat puas melihat rahang Ryujin yang mengeras. Gadis itu ternyata sangat mudah untuk dikelabui. Ia akan melakukan apapun agar hubungan Haechan dan Ryujin putus. Ia tidak suka dengan Ryujin. Siapa pun yang mengambil Haechan akan menjadi lawannya.

Sambil memainkan telunjuk dipipi Ryujin pun berkata, "Apa ya? Kalau versi gue sih luas. Setiap hari gue selalu berdua dikamar sama Haechan. Kita tidur bareng sambil pelukan. Ciuman. Bahkan Haechan selalu gigit bahu sama telinga gue... Atau... lo mau denger hal lebih hebat lainnya yang gue lakuin sama Haechan? Tapi lo sanggup dengernya? Yakin? Nanti nanges...."

Haechan terkekeh lucu. Ia bukannya malu tapi gemas dengan jawaban Ryujin. Ucapannya memang tidak meleset. Tapi mereka tidak tidur bersama setiap hari juga. Haechan hanya akan menemani Ryujin saat ia sendirian dirumah. Kalaupun mereka satu kamar, pria itu memilih tidur disofa yang disediakan dikamar Ryujin.

"Dasar jalang!" Yuna maju, menarik rambut Ryujin dengan kencang. Hei! Jalang teriak jalang! Ryujin bisa saja mematahkan kaki dan tangan gadis itu saat ini. Tapi ia tidak mungkin menyakiti wanita. Ia hanya akan menggunakan kemampuannya untuk menghajar para pria kurang ajar dan brengsek.

"Lepasin tangan lo bangsat!" Ryujin merasa rambutnya akan terlepas semua dari kepalanya. Kuku Yuna menancap dikepalanya, menciptakan luka disana. Perih. Sakit. Dan tak tertolong.

"Seharusnya gue yang ada diposisi lo saat ini!" Yuna seperti orang kerasukan. Tenaganya begitu kencang sampai beberapa orang merasa kualahan menghadapi gadis itu. Ia mengerahkan semua kekuatannya untuk menyiksa Ryujin dengan jambakannya.

"Lepasin Ryujin!" Haechan berusaha memisahkan tangan Yuna dari kepala Ryujin. Gadis itu sepertinya sudah melewati batas. Ia tidak suka melihat wajah kesakitan dari Ryujin. Jika bukan wanita sudah habis ditangannya Haechan.

"Astaga Mba. Eling mba eling! Kasian Mbak Ryujinnya kesakitan itu," Beberapa orang turun tangan untuk memisahkan mereka. Ryujin hanya diam tidak melakukan perlawanan apapun. Ia justru semakin senang saat Yuna menyiksanya. Awas saja. Ia akan membalas semua perilaku gadis itu. Jangan harap Ryujin tidak bisa melawannya. Ia akan memberikan hadiah yang tidak akan disangka oleh Yuna.

"Haechan sakit... hiks..." Sakit juga tarikan ngebor nih cewek. Batin Ryujin. Gadis itu mengeluarkan air mata pura-pura karena Yuna masih saja menarik rambut Ryujin. Demi apapun. Ia malas berdrama seperti ini.

"Yuna!" Wajah Haechan sudah memerah. Ia berteriak dengan kencang didepan gadis itu. Orang disekitar pun terkesiap karena teriak Haechan bukan main-main. Yuna langsung melepaskan tangannya karena takut melihat muka Haechan. Tangannya gemetar hebat karena baru kali ini pria humble seperti Haechan sangat mengerikan.

Mamam tuh. Batin Ryujin tertawa puas.

"Lo sudah melewati batas," desis Haechan. Pria itu segera membawa Ryujin menjauh dari kerumunan. Ryujin membalikkan badan dan meledek gadis itu dengan menjulurkan lidah. Ia jamin kedepannya Haechan tidak akan mau menemui Yuna kembali. Poor Yuna.

"See? Cara gue ampuh buat lo dijauhi Haechan." kata Ryujin dalam hati. Ia sangat bahagia membuat Yuna dimarahi Haechan.

"Pasti sakit ya kepala kamu," tanya Haechan saat mereka sudah tiba didepan mobil Ryujin. Ia membuka kan pintu mobil untuk gadis itu.

"Rasanya kepala aku tuh kaya kepala boneka barbie yang bisa lepas cuma sekali tarik. Gila ya itu anak. Kesurupan tuyul kali jadi childish gitu."

"Pfttt ahaha,"

"Benar kan? Kepalanya tadi berubah jadi botak dengan lingkaran mata hitam kaya tuyul. Amit amit aku ketemu cewek kaya gitu,"

"Iya iya kamu benar." kata Haechan mengacak rambut Ryujin. Ia segera masuk ke mobil untuk membawa gadis itu pulang kerumah. Mereka sudah terlalu lama menghabiskan waktu diluar.

"Kamu jadi pergi kerumah Jeno?" tanya Ryujin membenarkan rambutnya. Ia sedikit meringis karena luka dikepalanya tersentuh oleh sisir. Dasar Yuna macan garong.

"Aku dirumah kamu aja," Ryujin menaikkan satu alisnya. Apa ia tidak bosan bertemu dengan Ryujin setiap hari?

"Loh? Kenapa? Bukannya kamu mau main sama mereka?"

"Bosen. Lebih baik aku kekepin kamu dirumah,"

"Ayam kali dikekepin,"

°°°°

Haechan langsung membuka pintu bagasi mobil Ryujin, membawa beberapa kantung plastik yang sudah penuh berisi bahan makanan. Ia menelan ludah dengan kasar saat ibu Ryujin sudah berkacak pinggang didepan pintu. Apakah ia akan menelan Haechan dengan hidup-hidup?

"Kamu lupa hari ini jadwal kepulangan Mamah?" tanya Bunda Ryujin pada anak semata wayangnya. Ia melihat banyak sekali kantung plastik ditangan Ryujin dan Haechan.

"Maaf lupa," Ryujin tidak sadar aura mencekam antara ibu dan pasangannya. Ia meletakkan kantung plastik dilantai dan mulai mencari kunci rumahnya.

"Malam Bun," sapa Haechan. Ia ingin bersalim kepada ibu Ryujin. Tangannya terulur tanpa balasan. Nyesek cuy.

"Kamu siapa? Kenal dengan saya?" tanya wanita paruh baya itu. Ia langsung mengambil kantung plastik yang tergeletak dilantai dan menyuruh Ryujin untuk segera mengunci pintu. Ia malas sekali bertemu dengan pria yang sudah menghancurkan anak gadisnya.

Tantangan untuk mendapatkan Ryujin sepertinya masih sangat jauh. Wanita yang dulunya menghangat kini berubah menjadi dingin. Tidak ada senyum sapa serta candaan untuk Haechan. Ia bahkan terang-terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya untuk Haechan.



Duh Haechan baru aja balikan. Udah ketemu camer yang sinisnya minta ampun 😂

31juli2022

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang