Hello guys. I am back. Do you miss haechan and ryujin?
Kalau tembus sampai 1k baru update lagi hihi
"Bagaimana keadaan ibuku, Lia?" tanyaku setelah sampai didepan pintu kamar rawat ibuku. Lia, sepupuku itu hanya diam dengan bahu bergetar. Aku tahu jawaban apa yang akan aku dengar. Tapi... bisakah aku berharap semuanya baik-baik saja?
"Tante mengalami kecelakaan hebat. Maafkan aku yang baru mengabarimu." Ku usap bahunya Lia dengan pelan. Bagaimanapun kita tidak bisa menghindari hal buruk, sebaik apapun kita menjalani hidup.
"Jangan berbicara seperti itu. Aku sedikit beruntung. Karena jika kamu tidak mengabariku. Mungkin aku menganggap bahwa dia baik-baik saja. Bahwa ibuku masih sehat seperti tadi pagi." jawabku memaksakan senyum.
Aku merasa tidak ada yang salah dengan ucapanku. Tapi kenapa justru membuat air mata Lia semakin deras. Aku pun melihat Haechan yang membuang pandangan sambil menghapus jejak air matanya.
"Lebih baik kau pulang dan tenangkan pikiranmu. Aku tahu bahwa kau tidak suka berada dirumah sakit terlalu lama."
"Tapi bagaimana dengan-"
Aku langsung mengusap lengannya sambil tersenyum. Aku tahu bahwa ia sangat khawatir dengan keadaan ibuku. Ia adalah keluarga yang paling dekat denganku dibandingkan yang lainnya. Sebagian hal dalam hidupku sudah diketahui dirinya.
"Tenang saja. Ada aku dan Haechan yang akan menjaga mamah," Ku lihat dirinya tidak rela meninggalkan ruang rawar ibuku. Ia memelukku kemudian menepuk punggungku memberikan semangat. Hal yang sama dilakukan orang lain untuk menyemangati sesamanya
"Chan, bolehkah aku meminjam kunci mobilmu? Aku akan mengantar Lia dan bisakah kau menjaga ibuku sebentar. Aku ingin mengambil baju ganti serta hal lainnya." Aku berubah pikiran. Aku ingin mengantar Lia sampai rumahnya.
"Aku saja yang mengantar Lia dan mengambil keperluanmu." Aku menolak Haechan dengan gelengan kepala. Aku tidak setuju dengan pendapatnya kali ini. Katakanlah aku keras kepala dan ia tidak sanggup membantahnya.
"Aku hanya sebentar. Aku janji." ucapku mencoba meyakinkan diri. Ia terlihat ragu tapi aku memeluknya untuk membuatnya percaya bahwa aku baik-baik saja.
"Hati-hati bawa mobilnya." Ia mengecup dahiku. Aku melambaikan tangan sebagai balasan. Lorong rumah sakit semakin membuat hatiku redup. Lia hanya diam karena tahu bahwa sebanyak apapun ia berucap aku tidak akan merasa baikan.
"Jangan sampai menyakiti dirimu kembali. Aku tidak ingin kehilanganmu," kata Lia saat kami sudah masuk didalam mobil. Ku anggukan kepala sambil menatap jalanan. Ia tahu bahwa kebiasaan burukku akan menjadi titik khawatir semua orang yang menyayangiku.
☆☆☆☆☆
Aku tahu yang ku lakukan saat ini adalah kesalahan. Dimana seorang anak menemani ibunya yang terbaring dirumah sakit. Aku justru berakhir dikamar dengan meminum cairan laknat yang membuatku melayang. Aku tidak bisa berpikir jernih kala kesedihan menghampiriku. Aku terlalu pengecut untuk menghadapinya kedua kali. Kehilangan ayahku membuat aku jadi selemah ini. Aku selalu melampiaskan ke minuman saat aku merasa sedih, kecewa dan takut secara bersamaan.
Selepas mengantar Lia aku melajukan mobil Haechan kerumahku. Aku ingin melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa sesak didadaku walau sebentar. Aku... hanya ingin mengeyahkan sedikit rasa sakit dengan sakit yang baru hasil karyaku sendiri. Menyayat pergelangan tanganku dengan cutter sampai rasa ssakit dihatiku sedikit berkurang. Aku sudah menyukai kegiatan ini kurang dari dua tahun lalu. Kegelisahan yang aku rasakan, hanya bisa aku redakan dengan rasa sakit juga. Kalian bisa menyebutku bodoh. Aku tidak akan marah. Karena sejatinya kalian tidak tahu bagaimana kehidupanku. Bercerita sedikit, aku adalah anak dari ibu tunggal. Ayahku meninggal karena kecelakaan saat aku berusia tiga belas tahun. Aku... saat itu hanya bisa menangis. Hingga akhirnya kabar datang membawa luka dihatiku dan ibuku. Ayah meninggal bersama dengan keluarga keduanya. Ayah selingkuh dengan wanita lain. Disitulah titik terendahku dalam hidup. Kenangan manis saat aku kecil hanya sebagai pelipur lara. Kebahagiaan yang ia ciptakan nyatanya hilang karena pengkhianatan.Hatiku... sakit. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan saat itu. Aku hanya bisa menangis dalam diam saat ibuku memandangi foto pernikahannya dengan ayahku. Cinta tulus yang ia beri tidak mampu menahan hasrat manusiawi ayahku untuk membagi perasaan dengan wanita lain. Kepada wanita yang menjadi teman ibuku berbagi keluh kesah. Ayahku membagi cintanya dengan sahabat ibuku sendiri. Gila... Betapa sakitnya perasaan ibuku kala itu. Apalagi kematiaan ayahku terjadi saat dirinya tengah hamil. Batin ibuku terguncang sampai ia jatuh dari tangga. Aku yang seharusnya memiliki adik, harus merelakannya sebelum melihatnya. Mungkin bayi itu lebih baik kembali kepada penciptanya daripada harus melihat ibunya tersiksa.
Kembali ke masa kini, aku meringis karena karena cutter sudah menyayat tiga kali pergelangan tanganku ditempat berbeda. Ah, rasanya.... aku lega dan sakit bersamaan. Aku menikmati rasa sakit ini. Sungguh. Rasanya....
Rasa sakit ini lebih baik daripada menerima kabar bahwa ibuku kritis dan sulit untuk bertahan lama. Ya. Aku mendengar kabar itu dari mulut seorang dokter sebelum aku meninggalkan rumah sakit. Ia menyatakan bahwa ibuku telat dibawa kerumah sakit dan kehidupannya tergantung belas kasih Tuhan.
Apa Tuhan akan mengambil orang yang ku sayang satu-satunya dimuka bumi ini? Apa aku akan merasakan kehilangan tanpa jeda untuk kedua kali? Akankah aku sanggup?
Aku hanya bisa tersenyum sambil menangis. Bayangan saja sudah membuatku hilang akal. Bagaimana jika itu terjadi? Apa aku masih memiliki sisa kewarasan jika itu terjadi?Arsh... perih. Alkohol yang ku minum tersenggol dan mengenai lukaku sendiri. Sensasinya membuatku menggila.
Hiks... air mataku mengalir tanpa henti. Aku benci keadaan tidak berdaya ini Tuhan. Aku benci menjadi lemah seperti ini. Cinta yang besar pada ibuku nyatanya menikamku sendiri. Aku hancur hanya karena melihatnya tidak berdaya di brankar rumah sakit.
Larut dalam kesedihan membuatku tidak sadar bahwa Haechan sudah berhasil mendobrak pintu kamar yang sudah ku kunci. Air mukanya keruh saat aku menatapnya.
"Jin...."
Aku hanya tersenyum saat Haechan berhasil menemukanku dikamar. Air matanya meluruh karena melihat diriku yang terlihat menyedihkan. Mungkin.
"Maafkan aku. Maaf karena aku tidak bisa membaca suasana hatimu dengan baik. Maafkan aku yang tidak tahu bahwa selama ini kamu menyimpan luka serapat ini. Maafkan aku karena menjadi pria bodoh dihidupmu." Ia dengan kasar menyeka air matanya sambil meraih tanganku. Tanganya bergetar karena perasaan sedih yang berkecamuk. Baru kali ini aku terlihat tidak berdaya dimatanya. Miris sekali diriku.
Aku tersenyum saat ia dengan hati-hati meniup lukaku. Ia seperti ayah yang melihat luka anaknya sendiri. Apa aku masih bisa hidup dengannya walau aku harus kehilangan sebagian hidupku?
Ku usap pipinya yang sudah banjir air mata. "Bagaimana keadaannya?" Aku tahu dalam kata itu ada harapan yang ingin terwujud. Aku ingin mendengar bahwa ibuku sudah kembali membuka mata.
Keterdiaman Haechan membuatku sadar bahwa hidup ibuku diambang hidup dan mati. Ia mungkin tidak sanggup memberitahu kabar itu. Aku pun cukup menerima saja walau hatiku tidak bisa menerimanya."Kita obati dulu lukamu." Ia berlari keluar kamarku. Tatapannya tadi membuatku remuk seketika. Aku sama terlukanya dengan dia. Bedanya, luka ini akan semakin dalam jiwa aku kehilangan mentariku.
Setiap orang pernah mengalami hal buruk. Ryujin terlihat tegar dimata Haechan ternyata ia sedang menyembunyikan rasa sakit yang amat dalam. Ada yang ngalamin hal pahit kaya Ryujin?
Doaku semoga kalian dikuatkan dalam menghadapi hal pahit itu. Kalian hebat bisa bertahan hingga detik ini ❤
5 november 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUS
Kısa HikayeCerita tentang Haechan dan Ryujin. Pasangan yang memiliki tingkat humor diatas khayangan. Dua kepala yang sama-sama memiliki tingkat receh rendah. Tapi herannya mereka sama-sama menyukai obrolan aneh tiap mereka bertemu. "Ckk punya pacar gini amat...