Chapter 22

67 8 5
                                    



Aku bukannya selalu baik-baik saja. Aku hanya pintar menyembunyikan luka.


"Yakin. Karena tidak ada hal yang bisa dipersatukan kembali."

Ryujin langsung berdiri, berjalan meninggalkan Haechan yang masih ingin berbicara dengannya. Wajahnya sangat datar saat menatap Haechan.

Haechan mencekal tangan Ryujin, menahan gadis itu untuk tidak jauh darinya lagi."Tidak. Hubungan kita masih bisa dipertahankan Jin." Pria itu tetap kekeh ingin mempertahankan Ryujin agar terus berdiri disampingnya sekali lagi.

"Apa yang harus dipertahankan dari perasaan yang sudah mati, hemm?" Sorot mata Ryujin sangat rapuh dengan suara yang terdengar lirih.

"Kamu bohong. Perasaan cintamu masih bisa aku rasakan dari setiap tatapan matamu Jin."

"Dulu memang aku mencintaimu. Tapi semua itu hanya ilusi sesaat. Kamu hanya bagian dari ilusiku. Saat ilusi itu pergi, maka perasaan cintaku juga pergi."

Haechan memegang kedua bahu Ryujin, "Aku nyata Jin. Cinta kita nyata. Bagaimana bisa kamu menduga bahwa aku hanya ilusi sesaatmu."

Perlahan, Ryujin menjauhkan tangan Haechan dari bahunya. Ia menatap pria itu dengan wajah terluka. "Kalau cinta kita nyata. Kenapa kamu menghancurkan semua harapan yang kita buat? Kenapa kamu tega menyakiti aku, Chan. Kenapa kamu bisa menjalin hubungan denganku saat cintamu sebenarnya untuk gadis lain. Kamu serakah, Chan. Kamu berengsek,"

"Aku benar-benar ga ngerti sama jalan pikiran kamu. Aku perjuangin kamu bertahun-tahun lamanya. Kenapa bisa kamu berkata bahwa aku mencintai orang lain Jin? Kamu percaya kata-kata Chenle bahwa aku pernah mencintai Yeji? Kamu berpikir bahwa aku masih ada rasa yang besar untuknya? Seperti itu kan pikiran konyol yang ada di otakmu?"

"Awalnya memang aku tidak percaya dengan ucapan mereka. Tapi setelah melihat kamu berciuman dengan Yeji didepan mata aku sendiri. Menurutmu, apakah aku masih bisa menahan semua logikaku untuk terus mempercayaimu? Apa aku masih bisa berpikir rasional?"

"Kapan? Kapan aku berciuman dengan dia? Aku tidak mungkin melalukan hal segila itu jika dalam fantasi liarku saja hanya ada dirimu."

"Haechan!" Ryujin membentak pria itu dengan keras. Pipinya sudah seperti tomat merah. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan saat orang lain memperhatikan mereka. Ish Haechan suka sekali mengundang hawa penasaran orang lain.

"Kenapa? Lebih baik menjadikan pacar sendiri menjadi fantasiku daripada orang lain kan?" tanya pria itu memastikan. Ucapannya sangat vulgar sekali epribadeh.

"Dasar gila! Kita lagi serius." Sabar Ryujin. Batin gadis itu.

"Nanti diseriusin nanges...." Pria itu mencubit pipi Ryujin. Sepertinya tubuh Ryujin menyusut, terlihat dari tulang jemari tangannya yang sangat kentara.

"Tau ah." Ryujin menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia berjalan seperti robot, sangat cepat daripada biasanya.

"Aku menyatakan dengan keras jika aku tidak pernah berciuman dengan Yeji. Hanya kamu yang aku cinta," Teriak pria itu dengan keras.

"Aku melihatnya sendiri dikamarmu Chan." balas Ryujin dengan teriakan tidak kalah keras. Gadis itu menghirup oksigen- menyerapnya dengan serakah.

"Jangan menjadikan semua pradugamu jadi kesimpulan, Jin. Apa aku harus nikahin kamu biar kamu percaya kalau aku mau menuanya dengan kamu?" Haechan menarik tangan Ryujin dengan hati-hati, seakan ia gadis yang sangat rapuh.

"Ish... Kita sudah putus! Jadi ga mungkin bisa menikah."

Haechan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Jin... Jin... hubungan kita memang usai. Tapi aku ga akan biarin perasaan kamu usai juga."

Haechan mencium telunjuknya sendiri kemudian mengarahkan jarinya ke bibir Ryujin. "Aku menahan diri untuk mencium kamu saat pertama kali bertemu." bisik Haechan.

"Dasar gila," Ryujin menginjak kaki Haechan dengan kencang. Pria itu sepertinya harus dibawa kerumah sakit jiwa secepatnya.

"Dan orang gila ini mencinta kamu," Haechan mengejar Ryujin yang sudah menjauh. Cepat sekali gadis itu berjalan. Apakah Ryujin mempunyai jurus seribu bayangan?

"Happy anniversarry empat tahun sayang,"
Haechan makan apa sih? Kenapa hari ini pria itu aneh sekali. Ia seakan tidak punya muka saat mengatakan hal konyol itu. Anniversarry apanya coba. Mereka kan sudah putus.

"Gila ya kamu. Aku bukan pacar kamu lagi." Ryujin menggerutu sambil mencari kunci didalam jaketnya. Ia sangat kesal karena kunci rumahnya tak kunjung ditemukan.

"Kamu belum tahu segila apa aku kalau sudah menyangkut tentang kamu Jin." Haechan menyelusupkan tangan ke saku jaket Ryujin. Pria itu seperti sedang memeluk Ryujin dari belakang.

"Ke KUA yuk besok. Aku mau resmiin kamu sebagai istri aku." bisik pria itu semakin mendekat. Demi apapun Ryujin setengah mati menahan kesal dengan Haechan saat ini.

"Dasar sinting," kata Ryujin ingin melepaskan diri dari pria itu. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak membawa ponsel saat keluar. Jika tahu Haechan akan mengikutinya, mungkin Ryujin lebih memilih ikut dengan Yoona.

"Aku denger loh sayang,"

"Besok kita nikah. Persiapkan diri kamu jadi Nyonya Lee Donghyuck."

"Sayang, kamu denger kan?"

Lidah Ryujin sangat gatal untuk membalas semua ucapan pria itu. "Apa sih Chan. Kamu ga capek jadi orang halu,"

"Halu itu menyenangkan. Apalagi haluin aku jadi suami kamu." Haechan melepaskan diri mengambil kunci rumah Ryujin dari saku celananya.

"Pede."

"Iya aku sayang banget sama kamu. Selamanya." Ryujin ingin sekali melempar Haechan ke matahari. Ia kesal, sebal dan ingin memarahi Haechan habis-habisan.

Ryujin menarik nafas sebelum berbicara, "Aku sangat berterimakasih dengan hal indah yang kamu berikan selama tiga tahun terakhir. Aku bahagia pernah menjadi bagian dari kehidupanmu. Tapi biarkan semuanya usai Chan. Aku tidak ingin menjadi egois hanya untuk mempertahankan kamu agar terus bersamaku. Aku lega kalau semua pikiran rumit tentangmu ternyata salah. Tapi maaf, berpisah dengan wanita egois dan posesif seperti aku adalah jalan terbaik."

"Hubungan dimulai oleh dua belah pihak. Jadi harus diakhir oleh keduanya juga. Aku akan memperjuangkan kamu dan membuktikan siapa Haechan sebenarnya."

"Chan... sudah terlalu malam untuk kita berdebat. Kamu pulang ya. Ok." Ryujin ingin menarik kunci pintu dan sayangnya Haechan lebih dulu menarik kembali kuncinya.

"Selama mamah kamu masih di luar negeri, aku akan menemani kamu dirumah." Haechan mendorong Ryujin kedalam rumah. Pria itu sudah mengunci rumah Ryujin kembali.

"No... aku bisa jaga diri aku sendiri. Kamu jangan seenaknya ngatur aku gini dong, Chan." Ryujin mengacak rambutnya frustasi.

Haechan menarik tangan Ryujin sampai kedepan kamarnya. "Sekarang, kamu hanya perlu tidur. Kamu pasti capek ngadepin Yoona seharian ini."

"Aku lebih capek ngadepin kamu." Diam-diam Ryujin menaruh waspada pada pria itu. Kenapa ia harus repot-repot melakukan semua hal ini padanya.

Bola mata Ryujin hampir keluar saat Haechan masuk kedalam kamarnya. "Loh... kamu ngapain ke kamar aku. Haechan!"

"Trial jadi suami kamu."

"Apasih! Keluar!"

"Kamu, Yoona dan ibu aku adalah hal yang selalu aku jaga. Aku tidak mungkin sampai merusak kamu dengan tanganku sendiri."

"Night sayang," Haechan mendekat. Pria itu mencium kening Ryujin. Aish. Kenapa suka sekali menbuat Ryujin deg-degan seperti ini sih.

Ryujin menepuk lengan Haechan dengan keras. "Jangan cium-cium sembarangan."

"Kamu mau aku cium pada tempatnya?"

"Bukan gitu. Tau ah,"

"Kamu gemesin kalau lagi cat cat shy." Gemas. Haechan langsung mencubiti pipi Ryujin.

"Ga jelas. Sumpah," Ryujin menyerah. Ia membiarkan Haechan melalukan apapun sesuka hatinya. Ryujin bukannya murahan terhadap Haechan. Membiarkan lelaki itu masuk ke kamarnya. Tapi itu karena Ryujin sangat mengenal Haechan laki-laki seperti apa. Pria itu tidak pernah sedikitpun berani menyentuh dirinya.

Saku kiri Haechan bergetar tanda pesan masuk diponselnya. Ia membuka pesan dari Yoona yang menanyakan keadaannya.

"Kak? Kakak dimana? Kakak ga pulang?

"Dikamar Ryujin. Kenapa?"

"Astaga. Kakak ngapain dikamar Kak Ryujin."

"Lagi project buat keponakan untuk kamu."

"Kakak jangan becanda terus ih."

"Kakak nenenin Ryujin,"

"What!😲"

"Nemenin Ryujin."

"Ohahaa 😂 otak aku udah travelling kemana-mana padahal."

"Tidur sana. Jangan mikir yang iya iya kamu."

"Siap kapten. Inget, tahan iman jangan sampai bulan depan, aku denger kabar kak Ryujin berbadan sembilan."

"Dasar rubah kecil."


Seminggu ini kerjaan numpuk sampai pulang malem. Alhasil badan jadi drop. Tapi karena aku suka sama cerita ini makannya dilanjutin ngetiknya. Revisinya nanti aja setelah selesai.

Bagaimana kabarnya hari ini? Jangan lupa jaga kesehatannya ya. Minum vitamin dan makan teratur biar ga sakit kaya diriku huhu. Sakit gaenak banget sumpah!

2juli22

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang