Chapter 9

72 11 0
                                    


Niatnya sih minggu ini sampai chapter ke 10 sebelum bulan puasa. Semoga aja terwujud. Oiya jangan lupa baca cerita gue yang lainnya ya  ada peony berisi cerita nct x aespa.

Mau tanya dong lagu mana yang kalian suka di album kedua nct dream; glitch mode? XD


Kata orang cinta itu buta. Tapi bagi Haechan cintanya tetap terlihat bersinar setiap hari. Layaknya lampu pijar ditengah gelapnya langit. Menuai rasa bahagia setiap waktu dan merengkuh kesetiaan tanpa jeda setiap detik.

Ia adalah satu dari jutaan pria yang beruntung bisa memiliki gadis seperti Ryujin. Gadis itu sederhana, tidak banyak neko-neko atau keinginan aneh yang membuat pasangannya pusing dan jantungan. Ryujin dan kesederhanaanya seakan magnet yang terus membuat dirinya tak bisa melepaskan diri.

Gadis itu selalu meneduhkan hati Haechan saat pria itu merasa gelisah. Setia menemani saat ia ada masalah. Bahunya tempat Favorite bagi Haechan untuk bersandar. Kadang ia bingung, sebenarnya yang cowok dirinya atau Ryujin, karena Ryujin lebih dominan bersikap pengertian daripada dia.

Jika wanita lain akan mendiamkan pasangannya beberapa hari saat marah atau kecewa, Ryujin hanya membutuhkan satu hari untuk berdiam diri; memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan untuk hubungannya, mencari solusi disetiap sumber masalah yang mereka hadapi, memberi waktu bagi pasangannya untuk menceritakan semua penjelasan dari permasalahan mereka.

Ryujin sosok sesempurna itu mampu menyeimbangkan sikap Haechan yang dinamis. Semarah apapun, ia akan meredamnya dengan diam. Karena kebanyakan orang selalu melontarkan apa yang ada dipikiran mereka terkadang bisa menyakiti perasaan orang lain tanpa disadari. Ia tidak ingin menyakiti Haechan hanya karena amarahnya yang sesaat. Ucapan bisa dimaafkan tapi luka hati tidak bisa disembuhkan hanya dengan kata maaf.

Contohnya saat ini; ia menahan semua pertanyaan yang bersarang dikepalanya saat Haechan membawa gadis lain dihadapannya sekarang. Wajah gadis itu tidak pernah telihat diruang lingkup pertemanan Haechan, tapi mampu membuat atmosfer kebersamaan mereka jelas terlihat. Ryujin tidak terlalu bodoh untuk memahami bahwa Haechan berbicara hangat dengan gadis itu.

"Dia teman aku saat SMP. Namanya Yeji." Ryujin berusaha memahami sikap Haechan yang mudah bergaul dengan orang lain. Pria itu merangkul bahu Yeji kemudian tersenyum hangat padanya. Wajah gadis itu membalas tersenyum samar tapi masih bisa dilihat oleh Ryujin. Apa mereka punya hubungan masalalu yang belum usai? Mereka terlalu dekat hanya untuk dikatakan teman.

"Sahabat." Ralat gadis itu menatap Haechan. Kenapa Ryujin tampak seperti orang bodoh yang hanya bisa diam melihat keakraban mereka. Gadis itu menggenggam tangan Haechan. Mereka seperti sepasang kekasih dan Ryujin lah orang lain.

"Oke. Take your time for her." Ryujin selalu berusaha untuk bersikap dewasa. Gadis itu menampilkan senyum kepada mereka. "Aku mau beli buku dulu buat tugas kuliah."

"Aku tunggu di starbuck yah. Kalau sudah selesai hubungi aku. Biar aku yang samperin kamu."

Ryujin hanya mengangguk saat mereka berjalan meninggalkannya sambil tertawa seperti pasangan yang baru bertemu lagi. Ia hanya bisa melihat punggung tegap Haechan dari jauh. Yeji sekilas menoleh ke belakang dan tersenyum kepadanya. Senyum yang diartikan cemooh bagi Ryujin. Kita lihat saja, akankah gadis itu mampu merebut Haechan dari dirinya?

Ryujin berjalan kearah pintu keluar karena sebenarnya ia ingin pulang saja. Semua ucapannya tadi hanya berisi kebohongan semata. Ia tidak ingin memulai keributan karena muak melihat wanita murahan seperti Yeji. Biarlah mereka berdua saat ini menghabiskan waktu dan ia memilih pulang tidak ingin mengganggunya.

Saat sudah sampai diluar mall ia dikejutkan oleh kehadiran Chenle dan Renjun. Mereka berdua merangkul Ryujin agar masuk lagi kedalam mall. Sial. Niatnya kan mau kabur tapi kenapa justru dibawa kembali masuk kesana.

"Jangan pulanglah. Temenin kita nongski dulu. Tenang, semua biayanyaa ditanggung sama bos." Kata Renjun melirik ke Chenle. Pria itu menarik lengan Ryujin menyamakan jalannya. Muka ceria Ryujin yang biasanya ditampilkan berubah menjadi redup.

"Kartu atm gue unlimited. Mall pun sanggup gue beli buat lo." Kelakar Chenle. Ia memberikan secara cuma-cuma kartu atmnya kepada Ryujin. Holang kaya sekalinya ngomong bikin pengen nimpuk.

"Anjay haha. kalau mode songongnya aktif ga kira-kira." Kata Renjun tersenyum miring. Pria itu menatap Chenle dengan tatapan sulit diartikan. Ia kemudian menatap Ryujin kembali. "Terima aja. Dia gak akan jatuh miskin sekali jajanin lo."

"Percaya. Sultan mah bebas." Secara formalitas Ryujin menerima kartu atm Chenle. Ia tahu kebiasaan pria itu yang selalu dijadikan ladang uang bagi temannya. Bukan sekali dua kali ia menerima kebaikan Chenle.

"Jelas. Pilih makanan termahal Jin. Duit gue kebanyakan. Bingung cara ngabisinnya." Mode songongnya kembali on. Ryujin menghela nafas lelah dengan semua sikap Chenle. Mau heran tapi masalahnya ia teman Haechan yang paling kaya. Plus paling nyebelin setelah Renjun.

"Kenapa Ryujin doang yang ditawarin? Ko gue engga." Sunggut Renjun sebal. Jiwa matrenya meronta ingin dibelai kekayaan Chenle. "Gantian sama gue nanti pakai atmnya ya." Bisiknya pada Ryujin.

Mereka berbisik "Deal," Kemudian melakukan jabat tangan tanda persetujuan.

"Lo mah air putih aja. Perut lo suka mulas kalau makan kudapan anak sultan." Mata Chenle mengedar. Ia menemukan objek sumber wajah sedih Ryujin hari ini. Temannya kelewat bodoh. Bisa-bisanya ia tidak mengetahui bahwa Ryujin berkeinginan untuk pulang sedangkan mereka sedang enak-enakan bicara di starbuck.

"Si anjim sekalinya ngomong minta dihujat." Ujar Renjun memutar bola mata. Pandangannya terkunci pada satu titik, berisi dua insan yang asik tertawa bersama. Pria itu berdecih karena Haechan mengabaikan berlian hanya untuk butiran semen. Sudah murah diberakin kucing pula. Ewwh.

Renjun menggenggam tangan Ryujin sengaja agar Haechan melihatnya nanti. Chenle mengikutinya dari belakang memasuki starbuck memilih tempat yang tidak sama dengan Haechan.

"Mau pesen apa sayang." Ucap Renjun sedikit keras. Ia sengaja melakukan itu agar Haechan tahu kehadiran mereka. Renjun definisi tukang julid yang diajak ngwar.

Haechan langsung mencari sumber suara yang tidak asing ditelinganya. Awalnya pria itu terkejut tapi beberapa detik kemudian ia kembali bersikap biasa karena Ryujin bersama dengan teman-temannya. Ia pikir Renjun dengan pacar barunya tapi justru bersama Ryujin.

"Mau kemana?" Tanya Yeji menahan Haechan menghampiri meja Ryujin dan teman-temannya.

"Gabung kesana yuk." Yeji menggelengkan kepala tidak setuju. Ia tahu Renjun menaruh dendam yang besar padanya sampai saat ini.

"Come on." Haechan menarik tangan Yeji membawanya bergabung dengan mereka. Setelahnya ia duduk disamping Ryujin. Yeji masih berdiri dibelakang Haechan karena kursinya hanya tersedia 4.

"Lo kan kaum murahan. Duduk dilantai aja cocok." Rasa suka Renjun entah kenapa selalu mengobar saat memandang Yeji. Ada dendam yang belum usai membuatnya malas berbaik hati dengan gadis itu.

"Hust. Gimanapun dia temen kita." Bela Haechan mempersilahkan Yeji duduk ditempatnya. Muka Yeji sudah matang karena mendengar ucapan Renjun yang tidak mengenakan.

"Sorry. Dia cuma temen lo. Bukan kita." Suasana semakin mencekam saat Chenle juga menolak kehadiran Yeji secara terang-terangan.

"Gausah sok drama ngeluarin air mata. Muak gue liatnya." Yeji menundukkan kepala tidak berani menatap lawan bicaranya.

"Kalian mau sampai kapan dendam sama Yeji sih." Haechan mengusap punggung Yeji. Ia melupakan fakta ada Ryujin disampingnya. Fokus pria itu hanya untuk Yeji semata. Ia merasa kasihan karena Yeji disudutkan oleh kedua temannya.

"Apa perlu gue ingatkan kalau dulu dia gunain cara kotor buat jebak Jeno? Lo pasti ga lupa sama sikap dia yang taroin obat perangsang keminuman teman kita- Jeno. Cewek baik mana yang ngelakuin hal buruk kaya gitu? Si ular ini juga lakukan hal yang sama ke lo Chan. Lo nya aja bego ga paham sama niatan dia." Renjun menahan diri tidak menggebrak meja untuk mengingatkan kebusukan Yeji.

"Semua itu udah lima tahun berlalu dan lo masih nyimpan aja." Chenle jadi gregetan sendiri dengan sikap Haechan yang kelewat bodoh.

"Ini bukan masalah waktu Chan. Tapi lebih ke sikap buruknya dia dulu dan sekarang. Ah, i see. Lo masih ada rasa kan sama Yeji makannya lo belain dia mati-matian?" Ujar Chenle membuat Ryujin diam tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.


Kalau kalian jadi Ryujin gimana perasaannya 😥

29.maret.2022

23.25

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang