Skuuy ramaikan ceritaku lagi yawww 😙
Ku usap peluh yang sudah membanjiri wajah cantik gadisku. Wajah tenangnya saat tidur berbanding terbalik dengan jiwaku yang gusar. Genangan darah beberapa jam lalu nyatanya membuat jiwanya sedikit terguncang.
Ingatanku kembali saat Ryujin dengan santainya berkata 'ketahuan' setelah aku melihatnya sedang mengiris kulitnya dengan benda tajam. Bagaimana bisa dia mengatakan hal sesantai itu padaku? Apa ia tidak merasakan sedikit rasa sakit saat ia mengiris kulitnya sendiri. Aku saja tidak akan sanggup rasanya melakukan hal itu.
Hatiku masih bertanya-tanya hingga detik ini. Kenapa ia bisa menyembunyikan semua rasa 'sakitnya' dariku. Apa aku tidak berarti apa-apa untuknya? Apa selama ini ia tidak mengingatku saat menyakiti dirinya sendiri. Ketahuilah bahwa aku sangat hancur menyaksikan hal yang telah ia perbuat pada dirinya. Apa yang mendasari dirinya sampai seperti itu? Masa kelam seperti apa yang ia lewati sampai pandangan matanya kosong seperti tadi? Aku bahkan tidak melihat adanya kehidupan diair wajahnya.
Aku merasa gagal karena menutup hati akan semua perasaannya. Lima tahun bersama kenapa aku belum bisa membuatnya menyerahkan seluruh perasaannya padaku? Kenapa aku masih menerka-nerka tentang semua pikirannya? Apakah aku masih bisa dianggap sebagai seorang kekasih jika pada akhirnya aku tak dianggap? Apakah ini yang dinamakan hubungan? Jika ia, kenapa aku merasa dibohongi selama ini? Kenapa aku merasa seperti pria tolol selama ini.
"Mamah," lenguhan Ryujin mengusik lamunanku. Ia sedikit meringis saat lengannya tidak sengaja bersentuhan dengan jaketku.
"Jangan tinggalin Jinjin," Air matanya turun walau matanya masih terpejam. Hatiku rasanya sakit melihat gadis yang aku cintai menangis seperti ini. Dadaku berdenyut sakit melihatnya sekacau ini.
Aku mengelus rambutnya dengan sayang sambil menghapus air matanya. "Hiks... Jinjin gamau hidup sendirian." Air matanya kini turun lebih deras. Aku menepuk pipinya untuk segera membangunkan Ryujin. Aku tidak akan sanggup mendengar suara hatinya lebih pilu lagi.
"Sayang,"Berulang kali ku tepuk pipi Ryujin dengan pelan. Matanya yang dulu bercahaya kini seperti malam tanpa pelita. Aku mencoba membantunya untuk duduk dengan hati-hati.
"Chan. Aku mau keruangan mamah." pintanya dengan air mata yang sudah menggenang. Ku berikan pelukan hangat untuk mengusir rasa gelisahnya. Aku tahu saat ini dia sangat khawatir dengan keadaan ibunya. Tapi bagiku, jiwa dan kesehatan Ryujin juga tidak kala penting saat ini.
"Mamah kamu baik-baik saja. Aku sudah meminta Jaemin untuk bantu menjaganya,"
Ryujin yang pergi berjam-jam membuatnya tidak tenang selama menjaga ibunya diruang rawat. Aku takut hal buruk menimpa dirinya. Jadi ku putuskan untuk memanggil teman-temanku untuk menggantikan diriku menjaga ibunya Ryujin.
Lia sempat berpesan padaku untuk selalu menemani Ryujin saat ibunya tertimpa musibah. Mungkin ini adalah alasan dibalik pesannya itu. Ryujin bisa melakukan hal nekat dan diluar nalar saat hal buruk menimpa keluarganya.
Aku tidak tahu apa yang terjadi jika aku telat mendatangi rumahnya saat itu. Mungkin aku tidak bisa melihat tawanya, senyumnya bahkan suaranya lagi. Kehilangan mungkin lebih tepat jika aku tidak menemuinya.
Kejadian ini membuatku terpukul dan takut untuk meninggalkannya kembali. Aku takut ia pergi membawa penyesalan untukku. Andai saja aku tidak meninggalkannya. Andai saja aku masih bisa melihat senyumnya. Aku tidak sanggup bahkan sekedar membayangkannya.
Beruntungnya aku masih diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk melihatnya sekali lagi. Aku merasa ia masih berbaik hati padaku. Ia memberikanku kesempatan untuk membahagiakan wanita yang berada dalam dekapanku saat ini.
"Chan," Ryujin berujar kembali. Aku menggelengkan kepala untuk menjawab semua permintaannya. Aku mengambil ponsel dalam sakuku dan melakukan video call pada Jaemin yang sedang berada dikantin.
"Lo dimana? Semua aman kan?" seru Jaemin terlihat panik. Aku mengabarinya bahwa Ryujin kehabisan darah saat aku dengan bodohnya mengambil kotak p3k kelantai satu. Spontan mereka memberikanku umpatan-umpatan sarkas karena semua kebodohanku.
"Anjrit dia malah pelukan," kata Jeno setelah mengambil ponselnya Jaemin secara paksa. Aku langsung memberinya pelototan agar ia paham. Sialnya pria itu malah menertawaiku.
"Kamu mau lihat mamah?" tanyaku mengurai pelukan. Ryujin menganggukan kepalanya dengan wajah yang tertekuk. Ku apit hidungnya yang sudah penuh dengan cairan bening."Jorok," katanya. Aku tidak peduli.
"Tolong keruangan ibunya Ryujin," suruhku pada Jaemin. Pria itu menyeruput kopi sebentar kemudian menganggukan kepalanya. Aku memintanya untuk tidak mematikan sambungan video call.
Aku mengusap sisi kiri wajah Ryujin dengan ibu jariku. "Kamu munduran sebentar Jin,"
"Oh sorry," katanya beringsut mundur.
"Maksud aku, cantik kamu munduran sedikit," Ia menepuk lenganku dengan pelan. Haha aku senang sekali menggodanya dipagi hari seperti ini. Aku jadi membayangkan suasana pagi yang damai ditemani dengan tawa dan senyumnya.
"Chan," kata Jaemin memanggilku disambungan video. Aku langsung memberikan ponselku pada Ryujin dan duduk disampingnya.
"Jin," kata ibunya Ryujin dengan pelan.
Air mata Ryujin sudah tumpah. Ada rasa lega dalam tangisnya melihat ibunya sudah siuman. Aku dapat kabar bahwa sebelumnya ibu Ryujin kritis dan hampir tidak tertolong. Tapi kembali lagi semua tergantung sang maha pencipta. Ia bisa mengembalikan nafas orang yang paling disayangi wanitaku lagi.
"Kamu pasti melakukan itu lagi,"
"Aku... maaf Mah." Ryujin menundukkan kepala karena tidak berani menatap wajah sendu sang ibu.
"Mamah baik-baik saja Jin. Tuhan tidak mungkin mengambil mamah dengan mudah. Karena mamah belum melihat kamu bahagia dan punya anak dua puluh."
Aku tertawa. Sisi humor sang bunda memang tidak berubah walau ia sedang sakit saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUS
Short StoryCerita tentang Haechan dan Ryujin. Pasangan yang memiliki tingkat humor diatas khayangan. Dua kepala yang sama-sama memiliki tingkat receh rendah. Tapi herannya mereka sama-sama menyukai obrolan aneh tiap mereka bertemu. "Ckk punya pacar gini amat...