Chapter 3

92 13 0
                                    

Echan balik nih wkwkw.

Tenang cerita ini engga berat karena gue tahu beban hidup kita udah berat 😑

Tetap semangat yaaaa. Hidup cuma sekali bawa enjoy aja. Syukuri apa yang dimiliki dan terima apa yang terjadi.

Yok semangat 😆


Ryujin dan Haechan memasuki pekarangan rumah sambil bergandengan tangan. Kejadian dimana pria itu mencium sudut bibirnya membuat gadis yang biasanya cerewet jadi lebih kalem. Ryujin mati-matian menahan diri untuk berteriak. Sial. Haechan manis sekali sore ini.

"Gue langsung balik aja yah. Salam buat bunda." Haechan sebenarnya ingin mengecup dahi Ryujin. Tapi ia kepalang malu karena sikap kurang ajarnya tadi mencium gadisnya. Pria itu menggaruk pipinya dengan telunjuk.

"Iya. Emm makasih buat hari ini." Ryujin memalingkan wajah tidak menghadap ke arah Haechan. Ia tersipu malu melihat Haechan yang tampak salah tingkah. Gemes. Tapi ingat Ryujin itu gadis yang tidak mudah mengucapkan itu.

Pria itu masih menggenggam tangan Ryujin tidak rela melepaskan tangan gadisnya. "Besok gue mau ke Jakarta beberapa hari." Ia menghela nafas gusar. Berjauhan dengan Ryujin adalah hal yang sulit dilakukan karena sudah terbiasa dengan gadis itu setiap hari.

Ryujin langsung menatap Haechan dengan dahi berkerut. Apa dia ada urusan disana? Tapi urusan apa? "Mau ngapain kesana?" Nada bicara Ryujin sedikit menaik. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Haechan bisa salah paham jika mendengar nada bicaranya yang tidak bersahabat tadi.

"Mau ketemu sama Karina dan Winter. Kesana perginya bareng sama Jaemin dan Jeno.

"Siapa Karina dan Winter?" Tanya Ryujin menyelidik. Ia tidak pernah mendengar nama gadis itu. Sejauh ini ia tahu semua nama teman Haechan baik cewek maupun cowok.

"Karina gebetannya Jeno dan Winter pacarnya Jaemin."

"Oh yaudah nanti kabarin kalau udah sampai sana."

"Udah gitu doang?"

"Iya terus mau apa?"

"Aku besok pergi loh, kamu engga mau peluk sebelum aku pergi? Emangnya ga mau kangen-kangenan?"

"Jakarta ke bandung cuma beberapa jam. Kalau kangen ya tinggal aku, emm maksud gue tinggal nyusul kesana."

"Tapi aku maunya peluk dulu."

"Ish." Haechan langsung memeluk tubuh kecil Ryujin yang pas dipelukannya. Ia mengecupi surai lembut milik gadisnya. Harum wanginya membuat perasaan Haechan tenang. Ia selalu suka dengan Ryujin. Apapun tentang Ryujin.

"Adaw...aww ampun bunda." Telinga Haechan rasanya mau putus karena ditarik ke atas oleh ibu Ryujin. Bunda Ryujin langsung memasang wajah galak saat anaknya dipeluk oleh pria lain walau itu Haechan pacar anaknya sendiri. Masalahnya ini diluar rumah dan apa kata tetangga nanti. Ia hanya tidak ingin membuat citra anak matanya jelek dipandang orang lain.

"Bagus yah kamu. Udah culik anak bunda sampai malam dan malah peluk-pelukan didepan rumahnya." Haechan meringis karena telinganye perih. Jeweran maut bunda memang bukan main sakitnya.

"Iya maaf bun. Kan lagi kangen-kangenan karena besok aku tinggal anaknya bunda." Haechan mengusap telinganya berulang kali. Mata wanita paruh baya itu terus menatap wajah Haechan.

"Ckk masih pacaran aja udah ninggalin. Tak patut kamu jadi mantu saya." Dengusnya. Haechan melotot kaget. Apakah ia gagal menjadi kandidat bunda - calon ibu mertuanya nanti.

"Astagadragon bun. Kan ninggalin ke jakarta doang bukan ninggalin Ryujin selamanya." Sabar. Ia harus menjaga tatakrama saat berbicara dengan orang tua. Walau ibu Ryujin sedikit membuatnya meringis karena secara tidak langsung ia menolaknya sebagai mantu.

"Harusnya kamu bawa dia kesana juga. Kamu mau emang liat muka Ryujin kaya mayat mati?"

"Engga gitu ya Mah. Mamah berlebihan." Ryujin langsung pergi dari hadapan Haechan dan ibunya. Efek mau period membuatnya cepat marah. Sebenarnya ia malu jika Haechan tahu kebenaran dari mulut julid ibunya.

"Siapa yang kemarin berantem sama doi ga mau makan. Nangis ga jelas sambil ngomong sama boneka kodok?" Teriak ibunya sengaja. Diam-diam Haechan menahan geli melihat interaksi antara anak dan ibu di depannya. Pawangnya Ryujin sudah turun tangan.

"Mamah ih..." Teriak Ryujin dari dalam rumah. Langkahnya terhenti karena olokan ibunya sendiri. Anak kandungnya itu Haechan atau dirinya sih? Kenapa ibu justru merasa senang mengolok-olok kelakuannya saat galau berantem dengan pacarnya.

"Bener Bun?" Sudut bibir Haechan menaik. Ia tersenyum saat matanya bertemu dengan mata jernih milik Ryujin. Gadis itu merengut seperti anak kecil. Haechan sama ibunya sama saja. Senang meledeknya.

"Iya bener. Mulut Ryujin memang suka nyelekit kaya bunda. Tapi aslinya dia itu ga suka ada masalah dikit aja sama kamu. Saat ini dia bilang gapapa ditinggal kamu pergi atau yaudah. Tapi sebenarnya anak itu gamau kamu tinggalin. Ckk. Dasar cewek."

"Loh kan bunda juga cewek. Berarti bunda sama dong kaya Ryujin." Kekeh Haechan. Ternyata Ryujin sebelas dua belas dengan ibunya. Mereka tidak jauh berbeda dari muka dan sifat.

"Bunda kan biangnya cewek jadi beda ga kayaa Ujin." Gumam sang bunda. Ikutin aja Haechan mah daripada tidak dapat restu.

"Yaudah terserah bunda. Tolong kabarin Echan kalau Ryujin kenapa-kenapa yah bun. Ryujin kan gengsian orangnya. Pasti dia pinter nyembunyiin semuanya." Teriak Haechan. Ryujin segera pergi tidak ingin melihat drama antara ibu dan pacarnya.

"Kamu serahin aja sama bunda. Asal besok balik ke bandung jangan lupa bawa menara monas sama patung pancoran."

"Bun. Aku sayang banget sama bunda." Rasanya Haechan ingin menggelinding saat ini. Dengerin aja dulu bundanya mau ngomong apa juga.

"Haha sebenernya kamu mau bilang nyebelin kan? Yaudah sana pulang dan salamin sama orang tua kamu. Urusan Ujin biar serahin sama bunda."

"Siap kapten. Echan pulang dulu yah Bun. Assalamualaikum." Haechan segera mencium punggung tangan milik Bunda. Walau kelihatan garang dari luar tapi wanita itu sangat hangat. Ia menepuk-nepuk bahu Haechan memberikan petuah agar hubungannya dengan Ryujin langgeng sampai kakek nenek.

"Waalaikumsalam." Sang bunda menatap Haechan yang mulai menjauh. Ia percaya Haechan akan menjaga putrinya dengan baik. Menjaga setiap batasan yang tidak boleh dilewati oleh mereka.

Setelah berpamitan Haechan melangkahkan kakinya untuk segera pulang. Tubuhnya terasa lengket karena seharian ini bermain ke rumah gadisnya. Mereka memang tidak tahu waktu jika nersama. Tapi tenang saja, Haechan bukan pria brengsek yang tidak menjaga wanitanya. Kecuali tadi, ia terbawa suasana. Tapi ia tidak menyesali perbuatannya karena bibir Ryujin sangat lembut. Bibir tetangga yang sekarang menjadi pacarnya itu sangat candu.

Haechan memukuli kepalanya sendiri. Ia memegang bibirnya dengan ibu jari, memainkannya sambil mereka adegan ulang dimana ia dengan mudahnya mencium bibir kecil gadisnya itu. Bodoh. Bodoh. Sempat-sempatnya ia berpikir mesum seperti itu.

Bunyi notifikasi membuat langkah kakinya terhenti. Ia melihat pesan dari Jaemin yang menyuruhnya untuk berkumpul dibasecam mereka. Ingin menolak karena ia sangat lelah tapi itu tidak mungkin.

Haechan : jemput dong beb. Capek nih abis ngdate sama ayang tadi.

Jaemin : sip. 20 menit lagi gue sampe.

Notifikasi dari Ryujin membuatnya menggaruk asal rambutnya. "Aku ikut besok," Gumam Haechan memastikan kembali pesan dari Ryujin. Jika ada Ryujin ia tidak bisa bebas karena takut Ryujin salah sangka. Gadis sedang PMS itu adalah makhluk yang ia hindari. Mereka berubah menjadi makhluk yang menyeramkan dimuka bumi.

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang