Chapter 28

61 11 0
                                    


Cuaca tak menentu seperti perasaan. Dudududu.


Jangan lupa jaga kesehatan ya teman-teman. Aku harap sih kalian sehat selalu dan bisa beraktivitas seperti biasanya.

Aku seneng deh kalau respon kalian bagus kaya beberapa hari terakhir ini. Jadi untuk balasannya aku kasih updetan cepat. Kalau ada kritik ataupun saran kalian bisa langsung komen aja jangan sungkan. Aku juga terima pesan kalau kalian mau curhat atau apapun. Tenang, rahasia kalian dijamin aman. Kehidupan nyata aku mau bawa ke dunia oyen, dimana aku selalu jadi tempat curhat orang lain. Sekian cuap-cuapnya.


Happy reading....



"Good morning," sapa Haechan dengan senyum yang menampilkan gigi lucunya. Pria itu duduk disamping Ryujin dengan setelan baju yang lebih santai. Ia mengenakan kaos polos berwarna putih serta celana olahraga berwarna navy.

"Berisik," Ryujin menenggelamkan tubuhnya kedalam selimut. Matanya terasa berat karena tidur jam empat pagi. Pembicaraan melanturnya semalam membuat ia dan Haechan terpaksa tidur menjelang matahari terbit.

"Bangun atau aku ciumin wajah kamu," Haechan menjahili Ryujin, memasukkan tubuhnya ke dalam selimut. Ia memeluk Ryujin dengan posesif.

"Echan!" Ryujin merasa panas disekujur tubuhnya. Pria itu menciumi bahu polos Ryujin berulang kali. Ia juga sesekali menggigiti bahu Ryujin dengan gemas.

"Echan berhenti!" Haechan terus saja mengusili Ryujin, ingin membuat gadis itu marah lalu terbangun dari tidurnya. Bahu pria itu bergetar karena tertawa.

Haechan menyingkap selimut, menarik tubuh Ryujin untuk berada diatas tubuhnya. Ia memeluk tubuh Ryujin, memainkan bibir gadis itu dengan sedikit menarik-nariknya. Ryujin yang masih mengantuk justru tidak mempermasalahkan sikap Haechan. Ia kembali memejamkan mata dan nafasnya mulai teratur. Haechan bisa merasakan hembusan nafas Ryujin yang seirama dengan detak jantungnya beberapa detik lalu. Ia tersenyum kecil saat mengetahui bahwa jantung gadis itu masih berdebar saat mereka sedekat ini. Artinya, Ryujin masih mencintainya kan? Ia masih ada kesempatan untuk bersama Ryujin.

💚💚💚💚

Satu ga pekaaan dan satu gengsian. Mungkin itu definisi mereka. Ryujin ingin sekali memakan bubur yang ada depan Haechan. Ia kesal karena pria itu membeli makanan hanya untuk dirinya sendiri. Apa ia tidak sadar bahwa Ryujin juga kelaparan. Ia bangun jam satu siang dan perutnya terasa perih.

"Kenapa liatin aku terus? Aku tahu. Aku ganteng," Jiwa percaya diri Haechan sudah melambung tinggi. Pria itu menaikturunkan alisnya menggoda Haechan.

"Najis," umpat Ryujin dengan spontan. Gadis itu mencebikkan bibir saat Haechan slow motion menyugar rambut seperti model iklan shampoo. Dikira seganteng Haechan NCT kali.

"Jin, aku ga suka kamu ngumpat kaya gitu." Haechan mendekati Ryujin, duduk disampingnya. Pria itu menyodorkan satu sendok yang sudah berisi bubur. Ia sengaja membeli satu bungkus dengan maksud untuk menyuapi gadis itu. Pintar kan? Patut ditiru ya teman-teman.

"Buburnya engga diaduk kan?" tanya Ryujin. Haechan menyeka sudut bibir Ryujin karena ada sisa bubur. Sisi penyayangnya selalu muncul, menjadikan Ryujin seperti bayi yang harus diberi kasih sayang, cinta, pelukan, ciuman. Ehh.

"Enggak. Aku tahu kamu paling anti makan bubur diaduk kaya gitu." Ryujin menganggukan kepalanya. Ia memang tim makan bubur tidak diaduk. Baginya aneh sekali tampilan bubur jika sudah diaduk. Ia jadi tidak berselera makan.

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang