Chapter 8

72 13 0
                                    

Jangan menggantungkan kebahagiaan sama orang lain. Karena disaat dia pergi hidup kamu seakan akan kosong dan tak berarti apa-apa.


Karena hari ini single kedua nct dream rilis akhirnya gue mutusin buat update 😂 bujang-bujangku suaranya bukan kaleng-kaleng. Mv ini salah satu dari beberapa lagu yang gue suka. Jangan lupa dengerin lagunya yaaaa.

Semoga suka zeyeng wkwk.


Haechan sudah berdandan rapih dengan celana pendek berwarna cream, hoodie putih, dan sendal bulu pink manja jelita. Pria itu mengecup pipi bundanya yang sedang sibuk diruang dapur berulang kali. Anugerah terindah yang ia cintai sampai kapanpun.

Kim- sang ibu menatap anaknya dari atas hingga bawah dengan kernyitan dahi serta alis terangkat satu. Haechan ini mau hangout muterin rumah atau mau antar Ryujin ke kampus? Pria itu terlihat aneh dengan paduan stylenya. Dari atas hingga pertengahan tubuhnya masih aman. Saat turun ke jenjang kaki Haechan, wanita itu geleng-geleng kepala. Kesambet setan banci kah anaknya?

"Kamu yakin nganter Ryujin dengan penampilan kaya gitu?" Tanya sang bunda sedang menyiapkan sandwich untuk Ryujin. Mertua marterial sekali bukan? Ia tahu, kalau Ryujin tidak bisa makan berat seperti nasi dipagi hari.

"Iya. Kenapa Bun? Ganteng kan anak Bunda?" Pria itu memeluk bundanya dari belakang. Ia memang semanja itu dengan ibu yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

"Ckk muka kaya pantat baskom aja bangga." Kim mendelik kepada anak keduanya karena sudah bicara tidak sopan. Gadis itu selalu ribut jika bertemu dan akan rindu jika saling jauh. Haechan mengelus dadanya dramatis didukung muka sedih. Pengen punya adek, tapi sekalinya punya mulutnya laknat.

"Sinar kegantengan gue terlalu overloud sampai lo ga bisa lihat. Ryujin aja bilang level tampan gue diatas rata-rata tau." Pria itu datang dan langsung merampas roti dari tangan Yoona. Ia memakannya dengan lahap tidak peduli muka keruh adiknya.

"Rumah Ryujin lagi mati lampu kali pas bilang lo tampan. Ah anjir roti gue." Yoona langsung memukul lengan pria itu. Ia sebal karena sarapannya sudah masuk ke mulut kakaknya.

"Mamah... Sinchan makan roti aku tuh." Adunya pada sang bunda dengan mulut dimengukir ke bawah. Kim yang melihatnya gemas dengan sang kakak melototi Haechan agar berhenti mengusili adiknya. Ia datang memberikan sehelai roti yang sudah diolesi nutela kepada Yoona.

"Masa lo nyamain abang ganteng lo ini sama kartun beralis tebal sih. Harusnya sama detektif conan yang pinter." Ujarnya tidak terima. Haechan menarik-narik ujung rambut adiknya dengan jiwa isengnya.

"Echan... rambut adiknya jangan ditarik gitu. Kasian." Sang bunda kembali sibuk berkutat didapur. Anak pertamanya selalu membuat pening dadakan.

"Abang gue mah Kim Bum. Cowok tampan sejagad semesta, bukan lo cowok melehoy yang pake sendal bulu. Ewwh." Ujar Yoona dengan suara jijik. Ia memekik karena rambutnya dilepas kemudian diacak-acak.

"Lo ngeselin banget sih." Gadis berusia 15 tahun itu mengeluarkan air matanya. Ia tidak suka rambut yang sudah diikat rapih harus berantakan lagi. Isakannya kecil karena tidak ingin didengar bundanya.

"Jangan nangis. Suara isakan lo kaya suara kentut gitu juga." Bisik Haechan. Gadis itu memukuli tubuh kakaknya berulang kali. Haechan terima saja saat tangan mungil adiknya terus menghujamnya.

Haechan menggeledah tas adiknya yang berada disamping kursi gadis itu, mencari sisir didalamnya. Adiknya ini mau sekolah atau mau kondangan sih? Semua alat make up yang tidak ia ketahui namanya sudah ada didalam tas make upnya.

"Lo genit banget sih. Pakai bawa bedak segala kaya jamet tau gak." Semarah apapun Haechan tidak menutupi rasa sayang pada adiknya. Ia mengambil rambut Yoona menyisirnya dengan pelan. Gerakan tangan Haechan dirambutnya sangat ia rindukan. Pria itu menempelkan jepitan rambut dengan hiasan kecil boneka hello kitty.

"Lo kapan beli jepitan rambut lucu gini." Gadis itu melihat dari cermin saat Haechan sudah selesai memakaikannya jepitan.

"Nemu itu digot depan. Tapi tenang, udah gue cuci." Jawab Haechan asal. Ia senang saja mengganggu Yoona yang memiliki suara cempreng dan mulut cerewet seperti tikus kejepit.

"Jorok banget ih. Lepasin ga!" Haechan menahan tangan Yoona yang ingin mencopot jepitan dikepalanya.

"Hadiah dari yayang bebeb gue itu. Jangan dilepas." Ujar Haechan dengan cepat. Yoona akhirnya menyerah karena mengetahui jepitan itu pemberian dari Ryujin.

"Cewek cantik kaya Ryujin kesurupan apa sih sampai mau nerima cinta lo?"

"Reog haha."

"Echan." Tegur sang bunda karena pria itu tertawa sangat keras.

"Iya, iya, maaf bundaku sayang. Lagian pertanyaannya dia aneh banget."

"Sudah siang nanti kamu terlambat antar Yoona dan Ryujinnya." Titah sang bunda.

"Masih jam setengah tujuh bilangnya siang. Nyokap kita doang kayanya ya Na." Haechan mencari pembenaran ucapannya memandang Yoona. Gadis itu setuju menganggukan kepalanya.

"Yoi. Yok ah jemput kakak ipar. Gue juga kangen sama dia." Yoona berdiri didepan Haechan saat pria itu memakaikannya tas sekolahnya. Pria itu mengusap dahi adiknya dengan perasaan sayang. Teman ributnya dirumah ternyata sudah memasuki masa remaja.

"Kami pamit Bun. Assalamu'alaikum," Haechan menerima kotak bekal untuk Ryujin dari ibunya. Pria itu menyalami tangan Kim kemudian mengecup pipinya. Yoona juga melakukan hal yang sama mencium punggung tangan Kim. Ia menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu keluar menuju mobil alphard putih milik orangtuanya.

"Wa'alaikumsalam." Gumam sang ibu melihat anaknya sudah besar semua. Ia menghapus air matanya tampak haru.

*****

Ryujin sudah menunggu Haechan didepan gerbang rumahnya. Dahinya bergelombang diiringi tawa pecah melihat pacarnya itu mengenakan sendal bulunya yang tertinggal dirumah pria itu. Atas ok. Tengah ok. Tapi kenapa saat dilihat kebawah ia jijay. Sendal bulunya terlalu kecil diukuran kaki babon Haechan.

"Chan. Ga matching banget sumpah style kamu hari ini." Gadis itu masih tertawa melihat tingkah konyol Haechan. Perutnya kram karena pagi-pagi sudah diajak senam perut dadakan.

"Kaya banci pinggir jalan ga sih Kak?" Yoona menyembulkan kepalanya dari kaca kursi penumpang. Ryujin mengangguk disela tawanya semakin senang menggoda pria itu.

"Asem. Masuk Jin. Jangan sampai aku masukin. Aduh." Haechan meringis karena kepalanya dipukul oleh Yoona. Gadis itu ternyata memiliki tenaga yang cukup kuat. "Sakit anjir," Gumam pria itu mengelus kepalanya. Ryujin sudah biasa melihat pertengkaran kecil kedua saudara kandung itu.

"Makannya kalau ngomong itu di filter." Kata Yoona mengomeli Haechan. Ryujin memakai seatbelt saat mobil Haechan mulai melaju. Ia menoleh ke belakang melihat Yoona yang asik menarik-narik rambut Haechan. Adik kakak sama jahil dan isengnya.

"Salah mulu aku dimatamu. Ah bisa diam ga sih Na." Ia berhasil menarik satu rambut Haechan. Setahun saja rambutnya ia semobil dengan Yoona, sudah dipastikan ia mengalami kebotakan diusia muda.

"Jijik," Sahut Yoona dan Ryujin bersamaan. Merek berdua tergelak karena sudah membuat Haechan mati kutu. Ryujin selalu berada dipihak Yoona dan menomorduakannya.

Setelah 25 lima menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai disekolahan Yoona. Gadis itu keluar dari mobil sesudah mencium tangan kedua pasangan itu. Ryujin keluar dari mobil mengeluarkan sesuatu dari balik tasnya. Yoona yang bingung karena panggilan tiba-tiba dari Ryujin hanya diam ditempat.

"Buat kamu." Yoona memekik kaget karena ia mendapatkan hadiah dari pacar kakaknya. Tidak tanggung-tanggung hadiahnya album kedua NCT Dream.

"Makasih kak," Ia memeluk Ryujin erat terus berterimakasih karena album ini adalah impiannya. Apalagi melihat Lee Donghyuck pria imut idamannya.


28'maret2022

22.00

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang