Chapter 26

65 9 0
                                    

Semoga september cerita ini kelar, biar bisa lanjut peony season 2. Amin.

Ramaikan lagi yaaaa. Yang baca part kemarin pasti tahu perasaan Ryujin. Semoga kalian tetap suka sama cerita sederhana ini.


Rindu menyapa.

Menggenggam erat dalam kebisuan.

Ingin melepaskan, tapi Tuan tak kunjung datang.

Ryujin ingin sekali menarik Lia untuk pergi dari club malam ini. Kegabutan gadis itu membuatnya tersiksa. Lia datang kerumahnya untuk menemaninya menghadiri acara ulang tahun sepupunya Alex. Ia dengan sekonyong-konyongnya menarik Ryujin untuk ikut bersamanya. Awalnya Ryujin abai, membiarkan Lia untuk pergi sendiri. Tapi karena Lia berkata ingin pergi bersama teman kampusnya, akhirnya ia memilih untuk menemani gadis itu. Bahaya selalu mengancam kala seorang gadis pergi dengan pria dan Ryujin tidak ingin sepupu tersayangnya itu sampai terlibat berbagai hal buruk.

"Mau?" tawar Kei memberikan satu gelas kecil berisi cairan putih. Gadis cantik berpenampilan pria itu tersenyum ramah saat menatap mata Ryujin. Ia tahu bahwa gadis di depannya penuh misteri.

"Thanks," Ryujin menyambutnya dengan baik. Tangannya mengambil gelas kecil itu kemudian menyesapnya minumannya dengan perlahan. Semua orang pasti mengira bahwa dia adalah gadis baik-baik. Padahal kenyataannya Ryujin menyimpan minuman berakohol dikolong ranjangnya. Kebiasaan barunya yang melupakan penyesalan dengan minuman haram tersebut.

"Ku kira cupu ternyata suhu," celetuk Kei melihat Ryujin yang tidak terlihat mabuk. Ia tidak seperti Lia yang baru minum satu gelas saja sudah bicara tidak tentu. Gadis itu sepertinya sudah terbiasa minum, dilihat dari caranya menenggak minuman.

"Kapan-kapan hangover bareng," ajak Alex. Pria itu seperti mendapatkan teman baru yang bisa diajak berkumpul. Ia suka dengan gaya Ryujin yang cuek dan dingin. Gadis seperti dia biasanya  akan asik jika sudah menjadi teman.

Ryujin menuangkan vodka kembali kedalam gelas. Ia malas meladeni ucapan Alex yang mengajaknya bergabung dengannya. Ia tidak ingin terjadi hal yang buruk dalam keadaan mabuk.

"Lia," Ryujin meletakkan gelasnya ke meja club yang berada tepat didepannya. Ia mengambil botol vodka yang digenggam oleh Lia. Ia tidak mau membawa gadis itu dalam keadaan mabuk parah. Beban Ryujin bertambah kalau harus membawa Lia dalam keadaan tidak sadar seperti itu.

"Biarin dia minum sampai puas. Putus cinta buat dia segila itu." Alex menarik tangan Ryujin menjauh. Bukannya tidak peduli, ia hanya ingin sahabatnya itu melupakan mantan pacarnya.

"Lo yang urus kalau dia sampai jadi suster ngesot." Alex membawa Ryujin kembali duduk. Bahasa gadis itu sangat aneh tapi terdengar lucu ditelinganya.

"Ada sejarahnya orang mabuk jadi suster ngesot?" tanya Kei diiringi tawa. Ia menggelengkan kepala saat Ryujin menganggukan kepalanya.

"Jin," Seseorang menepuk bahu polos Ryujin. Pria berpakaian formal dengan jas berwarna navy semakin membuat dirinya tampan rupawan.

"Chenle," Ryujin mendapati senyum Chenle yang membuat matanya menyipit, hampir menghilang. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Chenle dipesta temannya Lia.

"Gue izin keluar sebentar," pamit Ryujin pada Kei dan Alex. "Jangan lupa jaga nenek gayung," titahnya kepada kedua orang itu. Kei dan Alex memberikan jempol tanda patuh.

Ryujin berjalan menjauh mencari tempat yang jauh dari kebisingan musik yang mengganggu pembicaraannya dengan Chenle. Pria itu terus mengekori Ryujin dari belakang seperti anak ayam. Ryujin bingung harus menyakan hal apa pada Chenle saat kakinya sudah terhenti didekat toilet. Ia meringis karena tempat pilihannya sangat tidak etis sekali.

"Cowok tadi siapa? Pacar lo?" Ryujin menaikkan satu alisnya. Kenapa Chenle bisa bertanya hal seperti itu? Apa ia sudah tahu hubungannya yang berakhir dengan Haechan?

"Temannya Lia. Oiya lo kesini sama siapa?" tanya Ryujin. Ia berharap Haechan tidak ikut menemani Chenle datang ke club malam ini.

"Gue sama Renjun. Lo ga perlu khawatir kalau Haechan datang. Karena setau gue malam ini dia kerumah Yeji."

Ryujin hanya bisa tersenyum saat mendengarnya. Ia seharusnya tahu bahwa Haechan tidak benar-benar berusaha agar hubungan mereka kembali rekat. Ia seharusnya sadar bahwa Haechan selamanya milik Yeji.

"Oh. Baguslah. Kalau gitu gue balik ke meja lagi." 

Chenle tahu ucapannya bisa menyakiti hati Ryujin. Ia sadar bagaimana sakitnya hati gadis itu dari tatapan matanya. Tapi semua itu ia lakukan agar tidak ada rasa sakit lagi untuk Ryujin. Ia tidak ada urusan mengenai perasaan temannya ini. Bagaimana pun itu urusan Haechan dan Ryujin. Tapi hatinya tak rela melihat Ryujin yang harus menahan sakit akibat keberengsekan Haechan.

"Boleh gue ikut gabung?" tanya Chenle kembali mengikuti Ryujin. Ia tidak peduli jika gadis itu akan marah akan semua kejujurannya tentang Haechan yang bertemu dengan Yeji. Chenle hanya ingin memastikan Ryujin dalam keadaan baik-baik saja.

"Gabung aja. Alex orang supel kok."

Ryujin melangkahkan kakinya dengan pelan, menunjukkan bahwa ia tidak baik-baik saja malam ini. Ia sudah berjanji untuk melepaskan Haechan. Tapi setelah mendengar fakta malam ini dari mulut Chenle, kenapa hatinya sangat sakit. Kenapa sulit sekali melepaskan pria itu?

"Nambah dua orang dimeja ini bukan masalah besar untuk kalian kan?" Ryujin meminta Chenle untuk duduk disampingnya. Ia bertindak seperti tuan rumah yang melakukan apapun dengan senang hati.

"Silahkan duduk," Kei menggeser tubuhnya, memberi space untuk Chenle duduk.

"Lo Chenle yang anak sultan itu kan?" tanya Alex setelah berhasil mengenali Chenle- si pria terkaya kelima di Indonesia. Pria itu mengulurkan tangan menjabat tangan Chenle.

"Bokap gue yang kaya. Tapi orang-orang selalu sebut gue sultan." gumam Chenle dengan jiwa sombongnya yang khas. Pria itu tidak menolak julukan sultan yang disematkan untuk dirinya. Lagi pula apa yang salah? Semua ucapan itu bentuk dari kenyataan. Chenle memang kaya dan dia anak sultan.

"Suka merendah untuk meroket," cibir Ryujin.

Chenle mengusak rambut Ryujin sampai berantakan. Ia sebenarnya tidak ingin mengumbar kekayaannya pada orang lain. Itu sama saja dengan riya bukan? Tapi sayang juga kan kalau kekayaan hanya disimpan tanpa dipublikasikan?

"Kenapa kalian ga pacaran aja. Cocok kok," kata Kei. Ia tahu bahwa Chenle menyimpan perasaan pada Ryujin. Wajah pria itu sangat bahagia saat bersama Ryujin. Binar matanya menyimpan rasa cinta yang dalam.

"Gue ga mungkin pacaran sama makhluk sombong bin ngeselin kaya dia," kata Ryujin memutar bola mata. Ia sudah menganggap Chenle sebagai temannya. Ia tidak mungkin menaruh perasaan pada pria itu.

"Ditolak sebelum diungkapin perasaannya. Are you okay boy?" Kei dan Alex senang memperhatikan perdebatan kecil di depan mereka. Ryujin yang seperti anak kecil dan Chenle yang seperti orang dewasa, menjahili Ryujin terus.

"Aw... so sweet," kata Kei melihat Chenle memasangkan jasnya ketubuh Ryujin. Chenle merasa gerah saat melihat punggung polos Ryujin, mengganggu matanya saja.

"Berisik," Ryujin menggulung kemeja putih Chenle sampai sesiku. Pria itu memaksanya untuk membantu Chenle menggulung kemejanya. Merepotkan.

"Gue cariin tahunya lo disini. Loh Ryujin," sapa Renjun diikuti Haechan. Pria itu menatap Ryujin tidak bersahabat. Ryujin mengabaikan pesannya beberapa jam ini. Ia tidak menyangka bahwa Ryujin akan pergi ke club malam. Bajunya juga sangat terbuka membuat Haechan ingin sekali merobeknya.


Ryujin keciduk 😂

Niat hati pergi ke club buat lupain Haechan. Malah ujungnya ketemu juga wkwk

13juli2022

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang