Ditinggalkan adalah hal yang paling menyakitkan. Suka atau tidak.
Hai, Haechan si sad boy baru update lagi nih. Jangan lupa taburi bintangnya yaaa ♡
Menyendiri adalah hal yang dilakukan manusia untuk menenangkan diri atau menyesali setiap perbuatannya. Sama seperti Haechan yang memilih mengasingkan diri dari hiruk pikuknya pikiran yang terus berkelana memikirkan tentang Ryujin. Gadis itu sangat menyiksanya dengan kepergian secara tiba-tiba. Kepingan memori kehangatan mereka yang pernah tercipta menjadi temannya didinginnya malam.
Haechan menghidupkan pematik mengarahkannya ke batang nikotin yang diapit mulutnya. Pria itu bukan perokok aktif seperti teman-temannya. Kecuali, saat beban yang mulai menumpuk menghantam hidupnya.
Kepulan asap itu memenuhi balkon kamar Jaemin. Ia memang sengaja tidak pulang kerumah karena pikirannya bercabang. Banyak hal yang mengganggu otaknya, merangsek, membuat kepalanya seperti tertiban bangunan besar.
"Kamar gue seketika berubah jadi daerah kena fogging atau bisa dibilang seperti kebakaran hutan."
Hechan sedikit tertawa lepas. Pria itu tetap nyaman dengan kegiatannya tanpa memperdulikan sindiran halus Jaemin. Ia melihat pria kalem itu duduk disampingnya sedikit jauh. Pria itu memang tidak suka dengan nikotin yang digilai jutaan manusia.
Haechan menoleh kearah Jaemin menawarkan kotak rokok yang berada disampingnya. "Lo mau nyebat?"
"Sorry, gue anti nyakitin tubuh. Apa lo putus sama Ryujin sampai sefrustasi ini?"
"Lebih tepatnya ditinggalin. Sad boy banget ya gue." kekeh pria itu dengan wajah memandang gelapnya langit. Pikirannya langsung melanglang buana. Apa yang sedang Ryujin lakukan disana? Apa gadis itu memikirkannya juga? Apa dia baik-baik saja? Apa dia bisa tidur nyenyak?
Jaemin memandang miris temannya itu. "Sebenernya gue mau ketawain lo. Tapi karena gua tahu saat ini lo bener-bener kaya anak ayam kehilangan induknya, gue batalin niatan itu."
"Bangke haha,"
Hening sesaat sampai Jaemin bersuara kembali. "Gue percaya Ryujin bukan gadis yang ninggalin tanpa alasan. Pasti ini karena lo yang terlalu easy going atau lebih dari itu sama cewek lain. Lo sih, lagian genit banget sama kaum wanita. Gue jadi dia juga udah lama ninggalin lo."
"Lo mau kasih gue saran atau mau hina gue sih? Ucapan lo sama kaya sepupunya Ryujin. Bilang gue terlalu easy going, humble atau terlalu perhatian sama lawan jenis." ujar Haechan. Kenapa orang lain selalu mengomentari sikap baiknya sih? Baik sesama manusia bukannya bagus?
"Tapi semua ucapan itu ga lo terima dengan akal sehat lo kan? Lo tetap anggap diri lo benar. Ciri-ciri orang yang ga akan maju dalam hal apapun itu ya kaya lo. Merasa paling benar dan orang lain salah. Seharusnya lo berterimakasih atas pandangan gue dan Lia. Sedikit banyaknya buka pemikiran lo yang terlalu kolot." Niat hati mau memberikan saran baik-baik jadi tidak terjadi karena sikap Haechan. Pria itu sampai kapan bertahan dengan kebodohannya sih. Ia tidak melarang Haechan mau baik dengan siapapun. Tapi seharusnya ada batasan untuk baik dengan orang lain.
"Menurut lo gue kaya gitu?" Jujur, Haechan sedikit merasa tersentil karena ucapan sarkas Jaemin. Pria itu memang jika berkata jangan ditanya betapa ngeselinnya. Pokoknya kalau lawannya belum skak match dia belum berhenti.
"Chan. Kita kenal dari jaman ke kamar mandi bareng-bareng buat buang air kecil. Gue tahu sikap lo lebih dari diri lo sendiri. Lo itu terlalu menggampangkan sesuatu. Lo terlalu egois. Lo selalu merasa paling benar sendiri. Lo merasa sudah melakukan hal baik dan menurut lo itu sudah cukup. Padahal, sebenarnya lo ngelakuin itu hanya untuk sebuah pembuktian dari orang-orang bahwa Haechan pria yang baik dalam segala hal."
"Apa gue seburuk itu?" Nah kan. Panjang kali lebar pun Haechan hanya membalasnya dengan kalimat singkat. Apa Jaemin harus membawanya ke pak ustad biar sekalian dirukiyah. Otak Haechan sudah tak tertolongkan erornya.
"Ya. Lo buruk. Beruntungnya Ryujin mau menutupi keburukan lo selama ini. Semua keburukan lo bisa diterima sama dia. Sadar ga sih kalau dia sudah berjuang sejauh ini untuk terima diri lo? Tapi lo selalu menyakiti perasaannya berulang kali. Kadang gue kasihan liat Ryujin yang berusaha kuat kalau lo lagi ngutamain teman sekelas lo daripada dia. Lo ninggalin dia sama gue dan yang lain dengan alasan mau antar teman cewek lo nyelesaiin tugas kelompok yang masih lama buat dikumpulin. Perlu gue benturin kepala lo biar lo sadar sebrengsek apa diri lo?"
"Gue pergi setelah persetujuan dia, Jae. Gue juga ga mungkin ninggalin dia sendirian. Karena ada kalian aja gue berani ninggalinnya." Bukannya sadar, pria itu semakin keras kepala. Wajar jika Ryujin sampai meninggalkannya. Siapa yang tahan dengan pria keras kepala plus tidak tahu diri.
"Cewek tuh makhluk paling ribet Chan. Mereka selalu bilang hal yang berlawanan dengan hatinya. Mereka bilang gapapa padahal sebenarnya nyesek sendiri sama ucapannya. Beda halnya dengan kita yang selalu ucapin hal yang mengganggu pikiran kita. Setiap hal yang kita ucapkan itu sesuai dengan perasaan kita." Belajar dari beberapa bulan mengenal Winter, Jaemin mulai memberi petuah yang relate dengan percintaan Haechan.
"Argh... Kenapa cewek ribet banget sih. Gue kira semua baik-baik aja. Tapi banyak hal yang menyakitkan gue torehkan buat Ryujin." Haechan melepas rokoknya ke kotak asbak. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Cewek itu ribet dan kita disuruh mengerti. Gila ga tuh? Gengsi mereka terlalu gede buat bilang dengan jujur. Mereka kaya soal matematika yang harus kita cari tahu. Bangsat banget kan haha."
"Haha bangsat emang! Tapi itulah keunikan cewek. Kita jadi bisa memahami apapun tanpa perlu dibilang maunya apa. Kadang gue bingung, kita ini pacarnya atau cenayang."
"Lo bener. Tapi gue selama ini belum bisa memahami Winter dengan baik. Apalagi dia orangnya tertutup dan sulit banget gua tembus dinding penghalangnya. Dia mengukung dirinya dalam benteng kesedihan. Berpuluh kali gue berusaha dan dia meruntuhkan usaha gue. Seakan ada sekat yang selalu dia buat saat gue berusaha mendekat."
"Lo udah coba cari tahu akar permasalahannya sama Karina sampai dia bersikap defensif kaya gitu?" Setahunya, Winter sedikit tidak nyaman jika berdekatan dengannya. Padahal Haechan kan baik hati. Masa harus takut padanya sih.
"Gue sih sempet tanya kenapa Winter jaga jarak sama kaum batang. Tapi jawaban Karina cuma diam. Dia merasa itu bukan haknya untuk menjelaskan. Jadi biar gue yang tanya langsung aja ke Winter katanya." Jaemin teringat obrolannya mengenai sikap Winter dengan Karina. Ia sebenarnya ingin bertanya mengenai Winter face to face dengan orangnya langsung. Tapi apa daya Jaemin yang selalu gugup seperti remaja yang kasmaran jika bertatapan dengan Winter.
"Biar gue aja yang tanya sama dia." Beruntung tidak ada barang dekat Jaemin. Sudah dipastikan tubuhnya akan jadi imbalan dari kata-katanya tadi kalau sampai ada.
"Bangsat! Masih sempetnya cari kesempatan sama temen sendiri."
"Siapa tahu dia jodoh gue melalui lo."
"Si kampret!"
Haechan sedikit terhibur karena sudah menggoda Jaemin. Temannya itu sangat sensitif jika ada yang berkaitan dengan Winter. Gadis yang sudah berhasil menaklukan hati Jaemin yang beku. Track rekor Jaemin nol besar karena pria itu sangat selektif dalam memilih pasangan. Sekalinya suka ceweknya sedingin Winter.
10mei.22
17.50
KAMU SEDANG MEMBACA
Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUS
Short StoryCerita tentang Haechan dan Ryujin. Pasangan yang memiliki tingkat humor diatas khayangan. Dua kepala yang sama-sama memiliki tingkat receh rendah. Tapi herannya mereka sama-sama menyukai obrolan aneh tiap mereka bertemu. "Ckk punya pacar gini amat...