Chapter 18

55 12 0
                                    


Sudut mataku berair jika mengingat senyummu untuk gadis lain.

Ryujin.


Sebulan sudah ia menghilang dari pandangan cinta pertamanya. Menutup akses agar tidak diketahui dimana keberadaannya. Tapi nyatanya semua semua sia-sia, masih membekas dalam ingatan. Semua kecurangan dalam hubungan mereka yang sudah terjalin lama. Cinta yang berujung pengkhianatan amat dalam.

"Jin... Lo?" Ryujin tidak menolehkan kepalanya ke belakang. Suara itu adalah sumber rasa sakit yang ia derita selama ini. Ia memegang kopernya dengan erat saat pelukan hangat meyambutnya. Dulu, pelukan dari pria itu adalah sumber ketenangannya. Tapi kini sudah tidak ada lagi rasa tenang atau nyaman saat pria itu memeluknya.

"Lepas." Satu kata itu tidak berarti apa-apa untuk orang yang sudah memupuk rindu sebulan terakhir. Pria itu mengeratkan pelukan sambil terus menghujami puncuk kepala Ryujin dengan rasa rindu yang tidak bisa ditahan kembali.

"Jangan tinggalin aku lagi. Aku mohon," lirih Haechan. Pria itu menangis karena tidak sanggup jika ditinggalkan Ryujin untuk kedua kalinya. Ia sangat cengeng akhir-akhir ini. Semua itu karena Ryujin.

"Gue capek. Kita bisa ngobrol nanti malam." keluhnya. Haechan tidak suka dengan nada datar gadis itu. Ia tidak akan membiarkan terlalu lama Ryujun mengacuhkannya.

"Aku bantu kamu beres-beres. Ayo." Haechan mengambil koper Ryujin menariknya dengan semangat. Ryujin tetap mematung, tidak bisa bergerak walau sejengkal. Haechan sudah didepan pintu rumah gadisnya.

"Jangan berlaku bodoh, Chan. Kita sudah selesai." Ryujin mengambil kopernya dari Haechan. Ia mengambil kunci rumahnya tanpa menunggu respon Haechan. Gadis itu seakan menganggap Haechan adalah benda yang tidak kasat mata.

"Selesai tidak ada dalam kamus kita, Jin." Haechan menarik tangan Ryujin untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia mengatur nafasnya agar tidak lepas kontrol. Ryujin tidak boleh hilang dari pandangannya lagi. Apapun ia lakukan agar kembali tetap bersama.

"Kamu pasti belum makan kan? Mau aku beliin apa? Pecel ayam? Mie ayam? Ketoprak atau seblak?" tanya pria itu beruntun. Haechan melepas tautan tangannya mengelus pipi Ryujin dengan tatapan rindu.

"Gue mau tidur. Sebaiknya lo pulang sekarang." Gadis itu menurunkan tangan Haechan. Ia menarik tangan Haechan untuk segera pulang dari rumahnya. Saat ini hatinya sangat lelah dengan tingkah pria itu.

"Aku bakalan pergi setelah liat kamu makan." Kekeh pria itu. Haechan membuat Ryujin tidak bisa bernafas dengan baik. Ia mengacak rambutnya frustasi bingung memikirkan cara agar pria itu pergi.

"Lo tuli?! Gue mau lo pergi dari rumah gue!" Haechan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ryujin tidak akan menang melawan dirinya. Walau terdengar sarkas, ia tidak akan marah dengan Ryujin. Semua kemarahan gadis itu tanda bahwa ia masih peduli dengannya bukan?

"Ryujin yang gue kenal bukan seorang pengecut. Dia selalu selesaikan masalah dengan kepala dingin. Bukan pergi tanpa penjelasan." kata Haechan dengan mata yang tajam. Ia sudah berusaha untuk mengatur amarahnya sedari tadi. Tapi nyatanya Ryujin tidak mengindahkan semua ucapannya. Gadis itu sangat acuh dengan semua perintah Haechan.

"Kenapa diam? Lo bisu?" Haechan merutuki dirinya sendiri. Ia berulang kali mengucapkan kata maaf berulang kali dalam hati. Semoga saja Ryujin tidak mengamuk padanya. Semua kata kasar itu sengaja untuk memancing amarah Ryujin tanpa maksud menyakiti.

"Pergi!" Ryujin mendorong tubuh besar Haechan dengan wajah yang siap untuk menangis. Ia benci dirinya sendiri yang selalu saja lemah dihadapan Haechan. Amarahnya terlampau tinggi sampai tidak bisa memaafkan kesalahan pria itu.

"Tatap mata aku. Bilang kalau kamu mau aku pergi dari hidup kamu. Bilang kalau kamu tidak cinta sama aku." Haechan menghapus sudut mata Ryujin yang sudah berair. Ia merasa sangat bersalah sudah bersikap egois pada Ryujin. Ia akan pergi jika gadis itu memintanya untuk pergi.

"Pergi," ujarnya sengau. Lidahnya seakan keluh saat meminta pria itu menjauh. Hatinya cinta dan sakit secara bersamaan. Ia hancur akan perasaannya sendiri.

"Hati aku sakit lihat kamu nangis seperti ini. Aku bakalan pergi sesuai keinginan kamu. Maafin aku ya," Haechan mengecup pelipis Ryujin. Ucapan Haechan terdengar putus asa dan lirih. Ia memandang sebentar sebelum melepaskan Ryujin. Cinta dan kehidupannya.

"Sakit, Chan." Ryujin terduduk lemas dengan kondisi menangis. Ia tidak rela jika Haechan sampai pergi dari hidupnya. Tapi ia juga tidak bisa memaafkan pria itu. Kenapa dalam jangka waktu singkat Haechan begitu menyakitinya. Ia terluka. Adegan ciuman antara Haechan dan Yeji selalu berputar dalam ingatannya.

Gadis mana yang tidak sakit melihat pacarnya berciuman dengan wanita lain di depan matanya sendiri. Gadis mana yang rela melihat prianya dipeluk wanita lain. Ryujin tidak senaif itu sampai berdiam diri melihat kemesraan Haechan dengan Yeji.

"Kenapa dia hadir dihidup kita. Kenapa masa lalu lo menghancurkan semua mimpi kita. Kurang apa gue Chan. Selama ini gue berusaha untuk terima semua tentang diri lo." Ryujin merangung mengingat semua kilasan tentang Yeji. Gadis yang sudah menimbulkan rasa cinta Haechan kembali. Gadis yang masih bertahta dihati Haechan, menempati posisi kedua setelah ibunya.

Ryujin menghapus kasar air matanya. "Berengsek! Yeji sialan! Kenapa lo harus datang lagi dihidup Haechan."

Ia terus mengutuk Yeji dengan kalimat-kalimat kasar. Ryujin lelah. Ryujin lelah dengan dirinya sendiri. Ia menarik nafas kemudian mengunci pintu rumahnya. Haechan sudah pergi dan sudah sebaiknya ia merelakannya bukan?

Tapi ingat. Berucap tidak semudah melakukan.

"Kakak," gedoran di pintu membuat Ryujin tersadar. Ia tahu bahkan adik dari mantannya itu pasti sudah menyadari kepulangannya.

"Kakak bukain," Ryujin ingin sendiri dulu. Anggap saja ia egois tidak membiarkan Yoona mengusik hidupnya beberapa hari. Ia harus menata hatinya untuk bangkit dari keterpurukan.

Maafkan aku Yoona.


Ada yang mau say hi untuk kepulangan Ryujin gak? 😂

26 juni 2022.

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang