Chapter 27

57 10 0
                                    

Cukup kodok yang loncat loncat. Baca cerita ini mah jangan 😂 ehh... canda tsayang.

Jangan dicontoh ya kegabutan Lia dan Ryujin. Jauhi minuman keras, dekati gebetan wkwk.


Kita tidak tahu, badai apa yang akan kita terima. Suka atau tidak, kita hanya perlu menerima semuanya. Seperti kincir angin, kita hanya perlu terus berputar tanpa henti ketika diterpa angin mau kecil ataupun besar.

Dan... badai itu kini menerpa Ryujin kembali.

Seorang gadis cantik yang memakai gaun indah berwarna maroon melingkarkan tangannya ke lengan Haechan. Senyumnya sangat indah dibawah kerlap-kerlipnya lampu club yang sedikit temaram. Siapapun pasti tidak bisa menampik fakta bahwa gadis itu mengeluarkan aura yang luar biasa. Ia cantik, bertubuh modis dan proposional dengan rambut hitam yang menyatu di kegelapan. Iris matanya pun tak kalah cantik, berwarna biru sedamai samudra.

"Kamu masih lama?" tanya gadis itu melihat wajah Haechan yang mengeras. Otot wajahnya bahkan menyembul tanpa ragu. Ia masih marah dengan Ryujin yang mengabaikannya. Gadis itu lebih peduli dengan pria bule yang tidak ia ketahuin siapa namanya.

Pria itu menepiskan tangan Jije dengan pelan. Hubungan mereka akan semakin rumit jika sampai Haechan berbicara dengan lawan jenis di depan Ryujin. Ia sudah berjanji akan merubah sikap dan sifatnya untuk mendapatkan kepercayaan gadis itu lagi.

"Maaf gue pulang sama pacar gue," Suatu kemajuan besar bagi Haechan bisa menolak ajakan wanita untuk menolongnya. Dulu, Haechan selalu pergi jika ada temannya yang membutuhkan bantuan. Ia bahkan membiarkan Ryujin sendirian dikafe demi menjemput temannya.

"Mantan pacar lebih tepatnya," kata Chenle melihat Haechan. Ia tidak akan membiarkan pria brengsek itu mempermainkan perasaan Ryujin kembali.

"Lo mending diam," Haechan berdiri. Ia tidak suka dengan Chenle, mulutnya tidak bisa diajak kerjasama. Ia tidak peduli dengan kepergian Jije. Memprioritaskan Ryujin malam ini adalah keinginannya.

"Gue yang punya tempat ini. Silahkan keluar kalau kalian mau berantem, adu jotos, atau pukul-pukulan." kata Alex dengan tegas. Ia malas ada ribut-ribut karena pria itu pecinta peace love and gaul.

"Tamu ga tahu diri," Renjun hanya bisa menggelengkan kepalanya dramatis. Kenapa mereka tidak bisa sekalem dirinya sih? Setiap pertemuan mereka selalu saja ada pertengkaran.

Semenjak Chenle tahu bahwa Ryujin disakiti Haechan, pria berubah menjadi sentimen. Ia selalu menatap Haechan seperti menatap musuh.

"Jangan kebanyakan minum," Haechan menarik gelas Ryujin. Ia tidak mau gadis itu sampai hilang kendali.

"Awas," Ryujin tidak tahu sudah berapa banyak yang ia habiskan malam ini. Ia kesal dan melampiaskannya keminuman itu. Bayangan kemesraan Yeji dan Haechan memenuhi isi kepalanya.

Chenle dengan sigap menahan tubuh Ryujin yang terhuyung kedepan. Ia merangkul bahu gadis itu, membenarkan tatanan rambutnya yang mulai berantakan. Ryujin sepertinya sudah tidak meminum kembali. Tubuhnya tidak kuat menerima cairan alkohol tersebut.

"Bangun lo brengsek!" Haechan menarik tangan Chenle saat pria itu sudah mendudukan Ryujin dengan benar. Sejengkal kuku pun rasanya Haechan tidak terima Chenle menyentuh tubuhnya.

"Tck," Kei membawa Lia menghindari pertengkaran hebat yang sepertinya akan segera dimulai. Ia tidak ingin sampai Lia kena imbas dari pertengkaran mereka.

"Bawa Ryujin sekalian keruang VVIP gue," Kei menerima kunci kamar dari Alex. Ia akan membawa Ryujin menjauhi mereka.

"Lo mau bawa kemana Ryujin!" Haechan meremat tangan Alex dengan kencang. Ia tidak mau Ryujin dibawa oleh orang asing. Ia tidak percaya dengan pria itu. Padahal yang lebih brengsek adalah Haechan.

Haejin (Haechan x Ryujin) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang