Siang ini gue masih dirawat di RS. Terhitung udah hampir seminggu gue terlentang di alamnya si Jamaludin Sutojo. Gue bener-bener bosen dan kak Mark udah balik ke rumahnya yang artinya dia udah sehat walafiat.
Saat ini ada Yangyang menjenguk, dia balik ngampus langsung nyamperin gue. Sebenarnya gue canggung, terlebih lagi ada bapak Wong yang selalu melihat gerak-gerik si Yangyang yang mencurigakan.
Saat gue lagi bosen-bosennya. Yangyang ngajak gue buat keluar ngeliat kolam ikan di dekat lorong ruang IGD. Yangyang megangin infusan sama bahu gue, jadi ceritanya posisinya kayak membopong tubuh gue gitu dah.
Sesampainya di dekat kolam, Yangyang mempersilakan gue duduk di bangku yang udah disediain dan kini hening. Hanya suara pancuran air kolam aja yang menjadi latar di antara gue dan Yangyang yang sama-sama membisu.
Gue berdeham. Rasanya sunyi banget, kan jadi tambah canggung. Yangyang yang mendengar gue langsung menoleh dan dia membuka topik pembicaraan.
"Jadi, kapan Lo pulang?"
Belum sempat gue menjawab, Yangyang lebih dulu menyela.
"Btw, gue nemu kalung biru di dalam tong sampah rumah Lo."
"Kalung apa?"
"Nempel di samping kiri kotak warna biru, tapi gue ga buka kotaknya, itu melanggar privasi! Itu punya Lo?"
Kagak ada kerjaan banget ngobrak-ngabrik tong sampah rumah gue. Ga salah kalo bapak Wong curiga, nih anak nyari harta sampe ke tong sampah.
Ah iya gue lupa, mahluk hijau kerja bakti kemaren disuruh pak komplek, kagak salah ngebersihin sampe tong sampah tetangga segala.
"Hah..kotak apa deh? Kalung biru?"
"Ada inisialnya, J. Itu inisial nama seseorang yang ngasih kalung itu."
"Kenapa Lo buang?" Tanya Yangyang lagi.
"Gue ga tau, bahkan gue ga inget apa-apa.. kenapa ga Lo ambil aja kotaknya?"
"Telat, pas gue mau ngambil, langsung dimasukin ke karung sampah sama si Haechan. Dia ngira itu sampah, tapi gue pikir itu barang berharga." Dia berdecak malas.
"Kenapa juga Lo buang? Menurut gue itu kayak berharga, siapa tau itu dari sahabat Lo sebelum Lo pindah ke komplek hijau."
"Dulu Lo pernah bilang kalo Lo punya seseorang yang sangat spesial selain keluarga Lo. Lo nyebut dia apa ya, lupa deh. Pokoknya dia sahabat Lo waktu SMP sebelum Lo pindah ke SMP Sooman."
"SD apa ya? Ga tau deh, bang Hendery juga pernah bilang ke gue."
Santai Yangyang santai...gue ga inget, ayo ceritakan dengan lembut.
"Masalahnya gue ga inget apa-apa. Gue ga tau, Yangyang." Jawab gue mendengus.
"Lo hilang ingatan?"
"Sembarangan, mana ada ya! Lo jangan julid gini deh, gue lagi ga ada tenaga buat pukul badan Lo."
"Jangan, nanti ada yang cemburu." Senyumnya membuat gue urung menjitak kepalanya.
"Jangan ngarang, gue ogah mikir."
Setelah bercerita panjang lebar sambil ketawa-ketawa ngakak— nggak deh, gue masih bingung sama perkataan dia tentang 'seseorang yang spesial', siapa? Emak gue?
Terus tentang kalung biru berliontin kelinci. Ah please, gue ga punya gituan dan kenapa gue ga tau?!
"Kalo udah sembuh, Lo wajib ikutan lomba masak. Kebetulan, Lo berpasangan sama bang Mark— tenang Li, gue ga bakal cemburu. Lo sahabat gue." Katanya tiba-tiba dan gue refleks melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komplek Hijau [rev]✓
HumorKalau kata gue, Komplek Hijau atau Dusun Hijau didirikan oleh bangsa hijau yang bermigrasi dari planet hijau ke planet bumi yang emang hijau pada dasarnya. Gue pikir tuh semua penduduknya punya pola pikir normal, kek gue lah minimal. Tapi...astaga...