01. Buku Sejarah

913 163 26
                                    

Suasana kota Drayce pada hari ini terbilang cukup padat. Robot-robot memenuhi jalan ketika Aeris ingin membeli beberapa keperluan pribadinya di salah satu toko di dekat rumah. Matahari pun tepat berada di atas kepala, membuat keringat bercucuran di dahi Aeris.

"Astaga ... panas sekali," gumam Aeris sambil mengibas-ngibaskan tangan ke depan wajahnya.

"Selamat datang di toko kami! Selamat berbelanja." Suara robot terdengar ketika Aeris memasuki salah satu toko yang ada di persimpangan jalan.

"Ikat rambut, lalu jepit. Apa lagi ya?" bingung Aeris ketika sudah sampai di toko. Ia mengambil beberapa ikat rambut kecil berwarna ungu dan jepit rambut bermacam-macam warna.

Tatapannya lalu beralih melihat gelang-gelang lucu di sebelah jepit rambut. Ia seketika teringat sesuatu dan melirik tangan kanannya. Terlihat satu gelang tradisional di sana, gelang yang dua tahun ini selalu dijaga olehnya.

"Jika kau sedang dalam masalah di Hanasta, yang sudah dipastikan aku tidak ada di sana, anggap saja gelang ini adalah aku. Kau tidak sendirian, aku selalu mendukung keputusanmu, Kak."

"Aku ingin mengunjungi mereka sehabis membeli ini," monolog Aeris. Dengan cepat ia membawa barang yang akan dibelinya ke kasir. Aeris langsung mengeluarkan kartu kreditnya dan segera membayar.

"Terima kasih," ucap Aeris lalu segera beranjak keluar toko.

Ia melirik jam tangannya sekilas lantas mengeluarkan ponselnya dan segera memesam taksi menuju peerpustakaan kota. Aeris berencana akan menghabiskan beberapa jam di perpustakaan.

Selang beberapa menit, taksi yang dipesan pun tiba. Aeris segera menyapa sopir taksi dan masuk ke dalam taksi tersebut.

•••

"Terima kasih ya, Pak." Aeris menundukkan kepalanya sedikit. Kemudian, ia berjalan menuju pintu perpustakaan.

"Sudah berapa lama aku tidak mengunjungi mereka, ya?" gumamnya. Ia segera menaiki elevator dan memencet angka 20, di mana lantai tersebut berisikan buku-buku sejarah dari masa ke masa.

Aeris segera melangkahkan kakinya menuju salah satu rak. Ia menyentuh buku-buku yang ada di rak tersebut dan berhenti pada salah satu buku. Segera Aeris ambil buku tersebut dan duduk di salah satu kursi yang telah disediakan.

Suasana di lantai 20 ini sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat. Sekarang, orang-orang di kota Drayce lebih tertarik mengunjungi lantai 10, di mana lantai tersebut menyajikan buku-buku tentang teknologi. Sejarah pun dilupakan dan tak banyak orang yang tertarik dengan kisah di masa lalu.

Namun, itu tidak menjadi masalah bagi Aeris. Suasana sepi seperti ini malah membuatnya nyaman.

Aeris segera membuka halaman 66. Halaman tersebut membahas tentang Kerajaan Hanasta. Aeris membalikkan halamannya dan melihat wajah seseorang yang tak asing baginya.

Wajah Valendra terpampang di halaman tersebut. Aeris membaca suatu kalimat yang tertulis di bawah gambar Valendra.

Raja ke-5 Kerajaan Hanasta, Raja Valendra Adiwangsa Cakara. Raja Valendra dikenal kejam oleh warganya, ia tak segan-segan menghukum warganya yang melakukan kesalahan. Namun, karena itulah, kejahatan di Hanasta semakin berkurang kala ia menjabat menjadi Raja.

Aeris mengangguk. Ia tak sepenuhnya setuju dengan kalimat tersebut. Valendra tidak sekejam yang orang ketahui. Namun, ia memiliki caranya sendiri untuk membuat warganya taat dengan hukum.

Aeris kembali membaca kalimat yang ada di buku tersebut.

Raja Valendra memiliki seorang istri bernama Ratu Asteria Aeris Waradana yang berasal dari Kerajaan Daniswara. Namun, pernikahan mereka tidak berlangsung lama, karena Ratu Aeris tewas dengan mengenaskan.

Edith: RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang