Sebelum membaca, diharapkan vote terlebih dahulu
Valendra menatap satu per satu prajurit yang akan dikirim untuk masuk ke dalam pasukan khusus dari lima kerajaan. Mereka yang mewakili Hanasta adalah prajurit-prajurit terlatih yang dilatih langsung oleh Valendra dan Pasukan Bayangan.
Valendra akan berangkat menuju Kerajaan Kinasta-lagi, untuk mengawasi mereka. Idris bersama prajurit pilihannya juga akan berangkat menuju Kinasta.
"Kalian adalah sepuluh prajurit terpilih dari Hanasta. Jangan mengecewakanku dan bersikaplah seperti prajurit sejati," ujar Valendra sembari berjalan pelan mengelilingi kesepuluh prajurit itu.
"Baik, Yang Mulia!" Serentak kesepuluh prajurit menjawab tanpa ragu.
"Kita berangkat sebentar lagi. Periksa kuda dan barang kalian masing-masing. Jangan sampai ada yang tertinggal." Valendra berkata lagi. Setelah itu, ia menjauh dan mengamati prajurit yang sudah bubar-karena akan memeriksa barang bawaan sekali lagi-di dekat kuda miliknya.
Dari arah gerbang kerajaan, terdengar suara langkah kaki kuda. Valendra menoleh dan melihat anggota Pasukan Bayangan sedang menuju dirinya.
Setelah sampai di pohon yang berada dekat dengan Valendra, para anggota Pasukan Bayangan turun dari kuda mereka.
"Hormat kami kepada Yang Mulia Raja Valendra." Pasukan Bayangan berucap serentak sembari membungkukkan badannya.
Berbeda dengan yang lainnya, Arjuna-selaku ketua mendekat ke arah Valendra. Ia lantas menatap ke arah sepuluh prajurit yang sedang memeriksa kuda mereka masing-masing.
"Tidak ada kemajuan?" tanya Valendra, langsung.
Arjuna terdiam beberapa saat, lantas menjawab, "Tidak ada, Yang Mulia. Maafkan kami."
Valendra sudah menduganya. Ia mengembuskan napasnya lalu memejamkan kedua matanya. "Tidak usah mencari Hantu Malam lagi. Akan ada lima pasukan khusus yang ditugaskan untuk mencari Hantu Malam."
Arjuna seketika melihat ke arah sepuluh prajurit tersebut. "Mereka?" tanyanya.
Valendra mengangguk pelan. "Ya." Ia menjawab singkat.
"Kau dan anggota Pasukan Bayangan lainnya berjagalah di kerajaan saat aku pergi. Aku harus mengawasi para prajurit-prajurit ini beberapa hari dan melatih mereka beserta prajurit kerajaan lainnya," perintah Valendra sembari melihat ke arah satu prajurit yang menarik perhatiannya.
"Baik, Yang Mulia," jawab Arjuna. Ketua dari Pasukan Bayangan tersebut mengikuti arah pandang Valendra lantas terdiam ketika melihat prajurit yang tak asing di matanya.
"Apa dia sudah cukup kuat untuk masuk ke dalam pasukan khusus? Maksudku, aku tahu kemampuannya terbilang bagus, namun, masa pelatihannya bisa terbilang baru sebentar." Arjuna bertanya.
"Aku sendiri yang melatihnya sejak awal. Kau juga beberapa kali melihatnya berlatih, bukan? Seperti yang kau bilang tadi, kemampuannya ternyata cukup bagus. Berbeda dari prajurit lainnya, dia ternyata cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Kupikir akan susah melatihnya karena sikapnya seperti anak-anak, tapi ternyata tidak, sikapnya perlahan-lahan berubah. Aku yakin, dia sudah siap untuk ini," jelas Valendra dengan suara yang cukup yakin.
Tiba-tiba saja, lengannya terasa seperti ada yang menyentuh, dengan cepat Valendra menoleh, berani sekali orang menyentuh dirinya tanpa seizinnya. Namun, ternyata orang tersebut adalah Aeris, ratunya itu sedang menepuk lengan kanannya. Peka akan situasi, Arjuna menjauh perlahan dari dua adiknya itu.
"Ada apa?" tanya Valendra langsung.
Aeris melirik ke prajurit yang baru saja dibicarakan Valendra dan Arjuna. "Kenapa tidak bilang kalau dia menjadi prajurit di Hanasta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...