Di bawah teriknya sinar matahari, Aeris berjalan dengan wajah bahagianya sembari melihat ke arah kamera yang dipegang dengan tangan kanannya.
Aeris ingin membuat banyak video untuk kenang-kenangan jika dirinya sudah pulang ke Drayce dan tentu saja tidak akan pernah kembali ke Hanasta.
Tiba-tiba saja muncul sebuah payung di atas kepalanya, Aeris langsung menegok ke samping untuk memastikan siapa yang memegangi payung untuk dirinya.
Aeris tersenyum kala melihat sosok laki-laki yang sangat ia kenali. Ia langsung mematikan kamera dan menyimpannya kembali ke dalam tas.
"Jika matahari sedang terik-teriknya, bawalah payung jika keluar," ucap Valendra ketika Aeris sudah selesai memasukkan kameranya ke dalam tas.
"Akan kuingat." Aeris menjawab.
"Kau hanya membawa kameramu saja?" Valendra bertanya.
Aeris mengangguk. "Kamera saja cukup."
"Baiklah kalau begitu," balas Valendra. Mereka hari ini berencana untuk pergi ke pulau sebelah, tepatnya ke Kerajaan Vilas. Elijah mengundang mereka berdua untuk hadir di hari pernikahannya. Kuda pun sudah dipersiapkan, mereka hanya perlu berangkat saja.
Terlihat beberapa prajurit yang sudah siap untuk mengawal raja dan ratu dari Hanasta tersebut. Mereka berdiri di samping kudanya masing-masing.
Prajurit-prajurit tersebut sontak membungkukkan badan mereka saat melihat Aeris dan Valendra yang sepertinya sudah siap untuk berangkat.
Aldari yang melihatnya juga pun langsung menghampiri pasangan tersebut sembari membawa satu kuda untuk mereka. Aeris memang diajarkan untuk menunggangi kuda, tetapi jika berpergian jauh seperti ini, Valendra melarangnya untuk menaiki kuda sendiri, ia tidak ingin Aeris lelah di jalan dan malah membuatnya sakit.
"Awasi Pangeran Kalandra dalam menjalankan tugasnya," ucap Valendra memberi perintah.
"Baik, Yang Mulia." Valendra pun mengangguk ketika mendengar jawaban Aldari.
"Naik sekarang?" tanya Aeris ketika Valendra sudah selesai berbicara.
Yang ditanya pun hanya menganggukkan kepalanya dan langsung membantu Aeris untuk naik ke atas kuda, disusul oleh dirinya setelah menyerahkan payung kepada Aldari.
Ketika gerbang kerajaan sudah dibuka, Valendra langsung memacu kudanya, meninggalkan Hanasta, diikuti prajurit-prajurit di belakangnya.
Aeris menarik napas sembari memejamkan mata. Ia tersenyum tipis, menikmati momen yang jarang terjadi seperti ini. Aeris juga tiba-tiba terpikirkan pertemuan pertamanya dengan Valendra, saat itu ia benar-benar takut jika harus berduaan dengan Valendra, tetapi sekarang, berduaan bersamanya seperti ini membuat dirinya sangat bahagia.
Aeris sangat bersyukur telah bertemu dengan laki-laki baik yang memperlakukannya layaknya ratu dihidupnya.
Terima kasih kepada Pluto—atau Joash yang telah menceritakan kisah seorang putri kerajaan hingga membuatnya terlempar ke tahun 1820.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...