13. Kejadian di Hutan

556 127 35
                                    

Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu.

Aeris dan Navulia kembali ke penginapan tanpa hasil apa-apa. Setelah Aeris menemui Fadh dan Renjana, ia langsung kembali ke Navulia dan membantunya.

"Sudah, tidak apa-apa. Yang terpenting kita sudah berusaha." Aeris berkata sembari berjalan menuju penginapan untuk menghibur Navulia yang terlihat agak kecewa dengan hasil yang mereka dapat.

Navulia mengangguk pelan. "Iya."

Selang beberapa lama, mereka sampai dan langsung masuk ke kamar Aeris dan Loria. Ternyata, di dalam sudah ada Tim Dua yang menunggu.

"Apa kalian mendapatkan petunjuk keberadaan Pluto?" Helios langsung bertanya.

Aeris menggeleng. "Tidak. Para warga yang kami tanya tidak ada yang mengenal Pluto."

"Bagaimana dengan kalian?" Aeris bertanya balik.

"Sama seperti kalian, kami tidak mendapat petunjuk apa pun."

"Bagaimana dengan Kak Loria dan Kak Altair, ya?" tanya Redeia. Aeris mengedikkan bahunya, tidak tahu.

Beberapa menit setelahnya, Loria dan Altair datang. Dengan senyuman di wajah mereka, sudah pasti mereka menemukan petunjuk tentang Pluto. Loria dan Altair segera duduk, membentuk lingkaran besar.

"Kami menemukan petunjuk," ucap Loria. Aeris mengembuskan napasnya lega, untungnya salah satu dari tiga tim menemukan petunjuk.

"Kemarin Pluto terlihat di tempat makan yang terletak di pinggiran kawasan Hanasta," jelas Loria. Aeris menyimak dengan baik, ia langsung berpikir, apakah Pluto juga hari ini masih berada di Hanasta? Kalau iya, itu berita bagus! Mereka bisa lebih cepat untuk pulang.

"Namun, sayangnya Pluto langsung pergi menuju daerah selanjutnya." Penjelasan Altair barusan langsung membuat Aeris menghela napasnya. Lagi dan lagi, mereka harus menyusul Pluto ke daerah lain.

"Apa kalian tahu daerah apa yang dituju Pluto?" tanya Helios.

Loria mengangguk lantas mengambil sesuatu dari balik bajunya. "Pemilik toko berbaik hati memberi kita peta ini."

Aeris mendekat, melihat peta tersebut. Terlihat beberapa lukisan kerajaan tanpa nama di peta itu. Loria segera menunjuk salah satu bangunan dan berkata, "Lokasi kita di sini."

Ia lalu kembali mengarahkan jari telunjuknya ke kanan dan berhenti di atas lukisan kerajaan lain. "Pluto pergi ke daerah ini. Yang berarti, kita lagi-lagi harus melewati hutan. Tapi tenang saja, hutan yang akan kita lalui tidak seluas dan serindang hutan sebelumnya."

"Kalau begitu, apa kita akan langsung pergi?" tanya Navulia.

Loria menggeleng. "Kita baru sampai hari ini. Jika kita lanjutkan perjalanan hari ini juga, tubuh kita akan melemah karena kurangnya istirahat. Kita akan berangkat besok, pada saat matahari terbit."

Navulia menangangguk mengerti. Ia tiba-tiba berdiri, lalu berkata, "Aku izin ke toilet dulu."

"Baiklah." Setelah diizinkan oleh Loria, Navulia langsung keluar kamar. Tepat saat pintu tertutup, Altair teringat sesuatu lantas langsung menatap Aeris.

"Tadi aku bertanya kepada warga. Mereka bilang, kita sedang berada di Hanasta," kata Altair. Tubuh Aeris seketika menegang kala Altair berucap seperti itu.

"Hanasta? Bukankah itu tempat Kak Aeris .... " Redeia perlahan menatap Aeris.

"Benarkah? Pantas saja sikapmu berbeda ketika kita sampai di sini," ucap Loria.

"Sekarang semua terlihat jelas. Kau selalu diam dan menutupi wajahmu itu sampai hanya terlihat matamu saja. Ternyata alasannya karena itu," sahut Helios.

Edith: RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang