Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu
Pasukan Pelindung III yang dikomandokan oleh Idris perlahan-lahan memasuki markas Hantu Malam. Mereka menyebar di segala sisi. Idris yang masuk lewat jendela besar itu segera melihat ke kanan dan kiri, memastikan keadaan. Saat dirasa aman, Idris langsung menyuruh pasukannya untuk maju.
Terdengar suara keributan di ujung sana. Namun, sebelum itu Idris terlebih dahulu memeriksa ruang di dekatnya.
Diketuknya pintu tersebut, lantas ia masuk dengan cepat sembari memegang pedangnya dengan posisi siap. Dua orang yang berada di ruangan itu sontak terkejut dengan kemunculan Idris. Mereka adalah Loria dan Helios.
Idris segera menyuruh mereka untuk keluar dan segera menuju Kerajaan Daniswara. Di sana, akan ada prajurit yang mengantar mereka menuju Kerajaan Hanasta. Tentu saja Loria dan Helios dengan cepat menuruti permintaan Idris.
Setelah wujud mereka tak terlihat lagi, Idris melanjutkan langkahnya mendekati suara-suara yang kian terdengar jelas. Idris dan beberapa prajuritnya sudah siap di posisi. Raja muda itu juga melihat prajurit di sisi lain yang juga sudah siap. Mereka hanya tinggal menunggu perintah Idris saja.
Idris mengangkat tangannya di udara untuk memberi kode kepada prajuritnya, selang beberapa detik ia menjentikkan jarinya, lantas Pasukan Pelindung III segera menampakkan diri dan mengacungkan pedangnya ke arah anggota Hantu Malam. Para anggota Hantu Malam yang tidak siap pun panik, mereka mengambil senjata asal dan mengacungkannya kepada Pasukan Pelindung III.
Idris perlahan-lahan berjalan mendekat ke arah kelompok Hantu Malam, ia segera menyerukan kalimat, "Letakkan senjata kalian dan angkat tangan!"
Hantu Malam tidak mendengar ucapan Idris, mereka tidak ingin menurunkan senjata jika pemimpin mereka tidak memerintahkan hal tersebut. Idris dibuat salah fokus dengan seorang laki-laki berbaju hitam. Berbeda dengan anggota lainnya, laki-laki itu terlihat santai dengan gelas kecil di tangan kanannya. Mungkinkah ia adalah pemimpin Hantu Malam?
"Letakkan senjata kalian dan angkat tangan!" Idris berucap lantang sekali lagi. Laki-laki yang diyakini Idris pemimpin Hantu Malam itu tertawa di tengah ketegangan.
"Kau pikir, kau siapa bisa menyuruh anggotaku untuk melakukan apa yang kau mau?" Laki-laki itu berujar dingin sembari berdiri. Dialah Joash, sang pemimpin Hantu Malam.
Joash mendekat perlahan menuju Idris. Dengan tatapan tajam miliknya, ia menatap Idris, mencoba membuat raja muda itu takut. Idris bukannya takut, ia malah menatap balik Joash dengan tajam.
Joash menyeringai. "Tak ada yang bisa menghancurkan kelompokku sebelum aku mendapat yang aku mau. Bunuh mereka!" perintah Joash lalu berbalik badan dan kembali duduk menyaksikan anggota kelompoknya melawan Pasukan Pelindung III.
Idris langsung menghindar saat salah satu lawan mencoba menusuknya menggunakan pisau dapur. Dengan gerak yang cepat, segera Idris lumpuhkan lawannya itu dengan cara menusuk kaki lawan hingga pedangnya berhias warna merah.
Mulai terdengar teriakan kesakitan anggota Hantu Malam akibat diserang oleh Pasukan Pelindung III. Namun, tetap saja, walaupun anggota Hantu Malam banyak yang terluka akibat serangan terakhir di Hanasta, anggota mereka tetaplah banyak dan senjata mereka lebih unggul dibanding Pasukan Pelindung.
Anak panah diluncurkan oleh beberapa anggota Hantu Malam, mereka mengincar Idris. Namun, karena Idris gesit, tidak ada satu anak panah yang menancap di tubuhnya.
Pedang milik lawan diacungkan ke leher Idris, ia tidak panik. Idris langsung menendang perut lawan dan menusuk tangannya hingga darah memuncrat. Idris tidak langsung menusuk di jantung lawan agar mereka lebih dulu merasa sakit yang luar biasa, ia membunuh dengan perlahan.
Idris mengangkat tubuh lawan yang baru saja ia tusuk tangannya tersebut untuk melindunginya dari anak panah. Terdengar erangan dari pemilik tubuh yang ia jadikan tameng saat dua anak panah menancap indah di punggungnya. Saat memastikan tidak ada lagi anak panah yang tertuju padanya, Idris segera melepaskan tubuh lawan tersebut ke lantai.
Beberapa anggota Hantu Malam ada yang melarikan diri keluar. Namun, tentu saja itu bisa dihadang oleh Pasukan Pelindung lainnya. Sementara itu, banyak anggota Hantu Malam yang mengambil senjata mereka di ruang penyimpanan. Di waktu yang tepat, Pasukan Pelindung II yang dipimpin oleh Valendra akhirnya masuk dan mulai membantu.
Menyadari kondisi, tanpa sepengetahuan siapa pun, Joash perlahan-lahan menghilang. Ia mengambil senjata yang disimpannya baik-baik apabila hal seperti ini terjadi.
Idris yang menyadari hilangnya pemimpin Hantu Malam itu segera mencari ke segala arah. Ruangan demi ruangan ia telusuri untuk menemukan keberadaan Joash. Ia tidak ingin kehilangan jejaknya lagi.
Netra Idris menangkap satu pintu yang tampak terbuka sedikit, perlahan, ia mendekat dan mengintip apa yang ada di dalamnya. Tebakan Idris benar, Joash yang ada di dalam ruangan tersebut sedang mengambil sesuatu di sebuah peti besar. Idris tanpa pikir panjang langsung masuk dan menodongkan pedangnya di leher Joash. Joash menghentikan kegiatannya sementara lantas tertawa.
"Berani sekali kau datang sendiri ke sini." Pemimpin Hantu Malam itu berucap dengan suaranya yang berat. Ia perlahan-lahan membalikkan tubuhnya.
"Untuk apa aku takut?" Idris menjawab enteng.
Joash kembali tertawa. Mungkin itu adalah kebiasaannya saat terancam. Kemudian, ia dengan cepat langsung mengambil benda yang berada di peti besar tersebut dan menodongkannya ke dada Idris, tepat di mana jantungnya berada.
"Kutekan sekali, nyawamu menghilang, dasar raja bodoh," ejeknya. Idris tak menyangka Joash mengambil pistol dari peti tersebut. Namun, pistol itu tidak seperti pistol kebanyakan yang beredar.
"Mundur," perintahnya. Idris mengikuti, ia menunggu Joash lengah.
Mungkin karena mengira ia akan menang, Joash tidak lagi memerhatikan Idris. Ia malah melirik ke kanan dan kiri entah sedang apa. Inilah kesempatan Idris. Ia segera memukul keras lengan Joash, membuat pistol ditangannya jatuh ke lantai, dengan cepat Idris mengambilnya.
Joash tentu terkejut, ia tidak memprediksi hal tersebut. Panik, ia mundur perlahan sampai dinding menahannya.
Ini adalah momen yang tepat untuk membuat Joash lumpuh. Idris akan menembak kaki dan tangan Joash. Namun, ia tak sadar, di ujung lorong terdapat seorang laki-laki yang juga tengah mengarahkan pistol ke dirinya.
"Idris, awas!" Valendra berteriak memperingati Idris di lorong lainnya. Idris yang diteriaki langsung menyadari jika ada laki-laki yang ingin mencoba menembaknya.
Laki-laki tersebut panik karena ketahuan. Ia langsung mengubah targetnya dari Idris ke Valendra. Valendra yang tidak bisa memprediksi hal tersebut tertembak di bagian perut. Idris yang melihat hal itu langsung menembak laki-laki itu dan Joash. Karena suara bising tersebut, beberapa prajurit datang dan segera menangkap kedua orang itu.
"Kita sudah mengalahkan Hantu Malam. Bawa mereka ke Hanasta!" perintah Idris dengan emosi. Ia segera berlari menuju Valendra yang tengah menahan sakit di perutnya.
"Tahan, Kak, aku mohon. Ayo kita kembali." Idris berujar seraya mencoba membantu menghentikan pendarahan.
"Aku tidak apa-apa, ayo." Valendra berkata dengan suara yang menahan sakit. Ia berjalan dengan tertatih-tatih, Idris dengan segera membantunya. Keberuntungan kali ini tidak berpihak pada Valendra. Baju zirah yang seharusnya ia kenakan malah diberi ke salah satu prajurit, karena sewaktu Hantu Malam menyerang terakhir, mereka juga mengambil dan membakarnya, akibatnya, hanya tersisa sedikit baju zirah yang dimiliki kerajaannya.
Tbc
23-12-22Hmmm, happy atau sad ending ya kira-kiraaa.
Jangan lupa juga untuk voment. Satu vote dan komentar kalian akan sangat berguna untuk penulis agar lebih rajin nulis dan update.
Ikuti aku di:
Instagram: riecassa.
TikTok: Riecassa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...