Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu.
Cahaya matahari perlahan-lahan mulai nampak di antara pepohonan yang rindang. Aeris yang tidurnya terganggu karena cahaya tersebut langsung membuka matanya. Ia melihat sekeliling, terlihat Loria yang sudah siap dengan pakaian sederhana yang melekat di tubuhnya, sedangkan sisanya masih menjelajahi alam mimpi.
"Selamat pagi, Aeris!" sapa Loria dengan senyuman khasnya. Loria berjalan mendekat ke arah Aeris lalu menyodorkan sebuah botol minum berwarna biru dengan beberapa motif salju berwarna putih.
Kedua alis Aeris menyatu, lantas menatap Loria bingung. "Apa ini?"
"Cuci wajahmu di luar, lalu segeralah ganti pakaian. Sebentar lagi aku akan membangunkan mereka untuk sarapan. Setelah sarapan, kita lanjutkan perjalanan kita," jelas Loria, membuat Aeris yang tadinya bingung langsung mengangguk paham.
Segera Aeris mengambil botol minum tersebut dan keluar dari gua. Semalam, setelah para anggota tim makan, awan masih menumpahkan isinya, membuat mereka terbawa suasana lalu mulai mengantuk. Loria yang melihat anggota timnya mengantuk segera menyuruh mereka untuk tidur. Karena, menurutnya, hujan akan turun sampai tengah malam dan benar saja dugaan Loria, dilihat dari tanah di luar gua yang masih becek.
Kembali dengan Aeris, gadis satu itu mulai membuka botol minum yang diberi Loria lalu membasuh wajahnya menggunakan satu tangannya, karena tangan lainnya digunakan untuk memegang botol.
Setelah selesai membasuh wajah, Aeris merasa wajahnya lebih segar. Dinginnya suasana hutan di pagi hari setelah hujan juga membuat Aeris tidak mengantuk lagi.
Aeris menutup tutup botol lalu kembali le dalam gua. Ia mengambil pakaian sederhana lalu berjalan menuju sebuah batu besar di dalam gua itu. Batu itu mampu menutupi tubuh Aeris ketika ia sedang mengganti pakaian.
Tak butuh waktu lama, Aeris sudah selesai mengganti pakaiannya. Ia langsung memasukkan baju yang tadi dipakainya ke dalam koper.
"Aeris. Bisa tolong bantu untuk membangunkan mereka?" tanya Loria. Aeris mengangguk ketika melihat kakaknya tersebut masih sibuk menyiapkan sarapan.
Dengan segera, Aeris menggoyang-goyangkan tubuh Redeia, Navulia, dan Altair. Mereka tidur pulas sekali, sampai-sampai susah untuk dibangunkan.
"Bisakah kalian bangun?" ucap Aeris yang tentu tidak mendapat jawaban.
Aeris langsung mengambil botol minum yang tadi diberi oleh Loria. Ia menyipratkan air ke wajah mereka bertiga, cara yang sama seperti Aeris membangunkan Nalesha dua tahun yang lalu. Namun, cara tersebut terbukti ampuh. Redeia dan Navulia perlahan membuka mata mereka.
"Bangun. Cuci wajah kalian dan gantilah pakaian kalian," kata Aeris. Navulia langsung berdiri dan mengambil botol minumnya, walau sesekali masih menguap, sedangkan Redeia duduk terlebih dahulu dan sedang mencoba untuk mengumpulkan nyawanya dengan menatap kosong salah satu batu yang ada di gua tersebut.
Aeris langsung mengalihkan pandangannya ke arah Altair. Ia menghela napas dengan kesal. Aeris langsung memukul lengan Altair dengan kuat.
"Bangun hei!" ucapnya di telinga Altair.
Altair bergerak sedikit ke arah kanan, namun, masih tidak mau membuka matanya.
"Cepatlah bangun atau kutenggelamkan kau di danau." Aeris berkata dengan nada yang datar, membuat Altair langsung membuka matanya dan duduk, laki-laki itu melakukan hal yang sama dengan Redeia.
"Awas kalau tidur lagi," peringat Aeris lalu berjalan ke arah Loria yang tak jauh dari lokasi tempat tidur Redeia dan Altair.
"Kita akan sarapan apa, Kak?" tanya Aeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...