Sebelum membaca, diharapkan vote terlebih dahulu.
Aeris sudah siap dengan barangnya yang ia pegang di tangan kanan, tak lupa kain putih yang masih menutupi setengah wajahnya. Untuk perjalanan ke Hanasta, mereka akan menggunakan kuda. Aeris akan naik kuda yang sama dengan Arjuna, sedangkan anggota lain masing-masing menaiki satu kuda bersama satu pasukan khusus.
Sebelum menaiki kuda, Aeris melihat ke belakang sekali lagi, berharap bahwa Loria dan Helios menunjukkan wujud mereka. Seperti yang Aeris duga, mereka tidak akan muncul, Aeris kembali melihat ke depan dan mulai menaiki kuda, dibantu dengan Arjuna.
"Apa sudah siap semua?" tanya Arjuna.
"Siap!" Para pasukan khusus menjawab serempak.
Arjuna mengangguk. Kuda mulai meninggalkan rumah pribadi Valendra, tentu Arjuna memimpin di depan. Beberapa jam lagi, Aeris akan sampai di Hanasta. Tempat yang menyimpan banyak kenangan, mulai dari suka maupun duka.
•••
Permukiman mulai terlihat, Aeris menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya. Entahlah, ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Beberapa warga yang dilewati Aeris menatapnya aneh, mungkin heran dengan kain putih yang ia pakai untuk menutupi wajahnya.
Kuda berhenti beberapa langkah dari gerbang kerajaan. Arjuna turun dari kudanya lalu memperlihatkan tanda bahwa ia pasukan khusus kepada prajurit yang menjaga di gerbang. Kedua prajurit yang menjaga itu langsung membukakan gerbang, Arjuna pun kembali menaiki kudanya, lalu mereka memasuki istana.
Sesampainya di dalam, Aeris langsung menoleh ke kanan dan kiri, sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di Kerajaan Hanasta. Tak terasa, kuda pun berhenti, Aeris turun dari kuda tanpa bantuan Arjuna.
Redeia, Navulia, dan Altair mendekat ke arah Aeris. Mereka memandang sekeliling, lantas terkagum-kagum dengan bangunan yang sedang mereka pijaki ini. Arjuna langsung mengarahkan mereka untuk menemui Valendra.
Ketika mendengar bahwa rombongan Aeris datang ke Hanasta, Valendra dengan cepat meninggalkan adiknya di ruang kerjanya untuk menyambut Aeris sendiri.
"Hormat kami kepada Yang Mulia Raja Valendra." Arjuna membungkukkan tubuhnya, diikuti pasukan khusus lainnya. Sedangkan, Aeris, Redeia, Navulia, dan Altair saling lirik, ragu-ragu untuk membungkuk, walau akhirnya mereka ikut membungkukkan tubuh mereka.
Aldari dan Ryan yang melihat Aeris ikut membungkuk pun melirik Valendra, bingung. Hingga ucapan Valendra membuat mereka berdua kembali melirik ke depan. "Aeris, kau tidak perlu membungkuk."
Mendengar ucapan Valendra, membuat Aeris perlahan menegakkan tubuhnya dan memandang Valendra canggung.
Valendra mengalihkan pandangannya dari Aeris ke Arjuna, lantas bertanya, "Ada apa?"
Arjuna pun menegakkan badannya. "Dua anggota Yang Mulia Ratu hilang. Kakaknya, Loria dan temannya, Helios. Kami menduga jika mereka diculik oleh Hantu Malam. Namun, kami masih tidak yakin, karena keduanya hilang saat petang," jelas Arjuna.
"Hantu Malam bergerak saat petang?" bingung Valendra, tidak pernah ada kasus Hantu Malam bergerak saat petang.
"Kami juga tidak tahu, Yang Mulia. Kami masih menduga hal tersebut," jawab Arjuna.
Valendra mengangguk pelan. "Baiklah, kalau begitu kalian tunggu di ruang kerjaku, aku akan segera ke sana." Valendra memberi perintah kepada para pasukan khusus.
"Baik Yang Mulia!"
Pandangan Valendra lalu beralih ke Aeris, ia berkata, "Ryan, kau tunjukkanlah kamar untuk ketiga teman Aeris."
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...