Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu.
Sesuai rencana, setelah istirahat selama satu jam, mereka siap untuk kembali mencari jejak Pluto. Kali ini Loria membagi menjadi tiga tim. Tim satu adalah Loria dan Altair, tim dua adalah Helios dan Redeia, dan tim terakhir atau tim tiga tentu saja Aeris dengan Navulia.
"Ini, aku sudah mencetak lukisan ini agar kita tidak kesulitan." Loria menyerahkan dua lukisan kepada tim dua dan tim tiga, sedangkan, tim satu memakai lukisan asli Altair.
Untung saja Loria membawa alat tersebut. Tenang saja, alat tersebut benar-benar "meniru" lukisan Altair, dari segi kertas hingga tinta yang dipakai.
"Baiklah, kita berpencar sekarang, Edith!" ucap Loria. Ketiga tim langsung berpencar sesuai lokasi yang sudah ditentukan.
Sialnya, lokasi yang ditentukan untuk Aeris adalah pasar, di mana pasar adalah tempat yang bisa dikatakan paling ramai di daerah Hanasta.
Bagaimana jika aku bertemu Ibu? Atau Kak Arjuna dan Nalesha? batin Aeris, ia memejamkan matanya sesaat lalu mulai menutupi wajahnya kembali menggunakan tangan kanannya.
Navulia yang melihat itu bingung, lantas bertanya, "Kenapa, Kak? Apa ada masalah?"
Aeris menggeleng. "Tidak, tidak ada masalah. Ayo, lebih baik kita fokus mencari Pluto."
Untungnya Navulia menurut, gadis tersebut langsung mengeluarkan lukisan wajah Pluto dan mulai bertanya kepada warga di pasar, sedangkan, Aeris hanya mengekori Navulia. Sebenarnya ia tak enak jika harus diam mengekori seperti ini, namun, mau bagaimana lagi? Kalau sampai ia diketahui oleh para warga, mungkin Aeris akan segera diusir dari Hanasta mengingat kejadian dua tahun lalu, saat para warga menggedor gerbang kerajaan dan berteriak untuk segera menghukum dirinya.
Namun, tiba-tiba dua orang pemuda menghampiri mereka. Aeris tidak melihat wajah mereka, namun, mereka sepertinya ingin membantu untuk mencari Pluto.
"Sepertinya kalian dari luar Hanasta, ya. Sedang mencari apa?" tanya salah pemuda itu.
Aeris yang sedang menutupi sebagian wajahnya tersebut langsung terdiam kala mendengar suaranya.
Suara ini tak asing.
"Kami memang berasal dari luar Hanasta dan kami sedang mencari orang ini." Navulia langsung menunjukkan lukisan tersebut kepada dua pemuda itu.
"Dia adalah teman kami yang hilang," lanjut Navulia.
Terjadi keheningan di antara mereka, sampai salah satunya menjawab, "Maafkan kami, kami tidak pernah melihat orang tersebut."
Aeris terkejut mendengar suara itu, seketika ia mengintip dari balik tubuh Navulia yang sebenarnya lebih pendek darinya. Ketika Aeris menatap kedua pemuda itu, sontak ia membulatkan kedua matanya. Sedangkan, kedua pemuda itu juga menatap Aeris, namun, mereka tidak menunjukkan raut terkejut.
"Ahh ... kalau begitu terima kasih," ucap Navulia lalu kembali berjalan, sedangkan Aeris tetap diam di tempatnya.
"Kami ingin bicara kepadamu," ucap pemuda yang lebih pendek tersebut.
Aeris mengangguk perlahan lalu mengejar Navulia di depan sana. "Nav, bisakah kau lanjutkan pencariannya sendiri? Hanya sebentar kok, aku ingin ke toilet dulu. Nanti aku kembali menyusulmu."
"Apakah Kak Aeris bisa menemukanku?" tanya Navulia.
Aeris mengangguk. "Tentu saja bisa, kau tenang saja. Aku duluan dan jangan pergi terlalu jauh dari pasar!"
Aeris kembali menuju dua orang tersebut lalu mereka membawa Aeris ke sebuah rumah, tentu saja Aeris tahu rumah tersebut milik siapa.
"Ternyata ini benar kau, Kak Aeris. Sudah lama ya, mungkin sekitar dua tahun kita tidak bertemu. Apakah kau masih mengingat kami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...