Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu.
Aeris mengernyitkan dahinya bingung. Lokasi terakhir Pluto ada di toko senjata. Entah mengapa Pluto kemari, mungkin saja dia ingin membeli senjata untuk membela dirinya sendiri?
Aeris langsung menuju pemilik toko. Namun, pertama ia menghidupkan opsi video di softlens miliknya, agar anggota lain bisa melihat apa yang ia rekam nanti.
"Permisi, Pak. Boleh saya tanya tentang sesuatu?" Aeris bertanya kepada pemilik toko yang sedang mengasah pisau miliknya.
Pemilik toko tersebut melirik Aeris sesaat, lantas kembali mengasah pisau tersebut. Merasa tidak dihiraukan, Aeris kembali bertanya.
"Permisi, Pak. Saya ingin bertanya tentang sesuatu." Aeris mengulang pertanyaannya.
Pemilik toko tersebut meletakkan pisaunya dan menatap Aeris malas. "Bertanya apa?" ucapnya.
"Apa ada laki-laki bernama Pluto yang membeli senjata di sini beberapa hari yang lalu?" Tanpa basa-basi, Aeris langsung bertanya apa yang ingin ditanyakan, melihat pemilik toko yang sepertinya kurang ramah terhadapnya.
"Tidak ada. Nama yang aneh sekali. Jika tidak ingin bertanya tentang yang lain sebaiknya kau pergi. Suasana hatiku sedang buruk saat ini." Pemilik toko tersebut langsung meninggalkan Aeris dan pergi ke belakang.
"Joash sialan, berani-beraninya dia menipuku," gerutu pemilik toko tersebut.
Aeris menghela napasnya lalu menghampiri Helios dan Navulia yang sedang memperhatikan sekeliling toko.
"Bagaimana, Ris?" Helios bertanya ketika menyadari Aeris yang sudah di belakangnya.
Aeris menggeleng. "Pemilik toko tidak mengenal nama Pluto, ia juga sedang dalam kondisi yang buruk. Aku tidak bisa bertanya lebih banyak."
"Bagaimana jika kita bertanya pada warga lainnya? Saat aku baca di buku sejarah, warga Vilas termasuk warga yang ramah pada pendatangnya," saran Navulia.
Sebenarnya Aeris sudah memikirkan tentang itu, tapi menurutnya itu terlalu makan waktu.
"Aku sempat memikirkan hal itu. Tapi bukankah itu hanya buang-buang waktu?" Aeris mengangguk, setuju dengan ucapan Helios.
"Tapi tidak ada salahnya bukan bertanya? Siapa tahu saja ada yang mengenalnya." Aeris dan Helios saling tatap, benar yang dikatakan Navulia. Siapa tahu saja ada yang mengenal Pluto.
"Baiklah, ayo kita coba." Mereka bertiga akhirnya keluar dari toko senjata dan bertanya dengan warga lainnya.
"Permisi ... apakah kau mengenal laki-laki yang bernama Pluto?" Helios bertanya pada salah satu warga yang sedang berjalan.
"Pluto? Aku tidak pernah mendengar nama itu," jawab warga tersebut.
"Ahh ... baiklah. Terima kasih."
"Apa kita harus berpencar?" tanya Aeris.
Helios menggeleng tidak setuju. "Kita belum dua jam menginjakkan kaki di sini. Aku tidak ingin ada anggota yang hilang."
"Baiklah, ayo kita lanjutkan," ucap Aeris. Namun, ketika ia baru melangkahkan kakinya, terdengar suara Loria di telinganya.
"Apakah tim Helios menemukan petunjuk tentang Pluto?" Loria bertanya menggunakan alat komunikasi.
Helios langsung memegang telinganya dan menjawab pertanyaan Loria. "Kami tidak menemukan petunjuk apa pun. Bagaimana dengan kalian?"
Terdengar Loria yang menghela napasnya. "Kami juga tidak menemukan petunjuk apa pun. Kalau begitu, kita kembali ke penginapan."
Komunikasi terputus. Aeris, Helios, dan Navulia langsung berjalan kembali ke penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...