Sebelum membaca, diharapkan untuk vote terlebih dahulu.
Aeris beserta kelima anggota timnya mulai beranjak naik menuju salah satu kapal yang sudah mereka tunggu selama beberapa menit. Kapal tersebut tidak terlalu besar, namun, tidak terlalu kecil juga.
Tak banyak orang yang menaiki kapal tersebut. Karena, memang bagi warga biasa, membeli tiket untuk berlayar menuju pulau seberang itu sangat mahal. Beruntunglah Aeris dan timnya, mereka mendapat cukup banyak koin drilo dari Profesor Rasya untuk keperluan di zaman ini.
"Permisi, Pak. Kira-kira berapa lama kita akan sampai ke pulau seberang?" Aeris bertanya pada salah satu pria paruh baya yang kebetulan saja lewat di hadapannya.
"Jika cuaca cerah seperti ini, mungkin tiga jam." Pria tersebut menjawab.
"Ahh ... baiklah. Terima kasih, Pak," ucap Aeris.
Pria itu mengangguk, "Iya, sama-sama."
Aeris pun kembali ke pojok kapal, tempat timnya berada.
"Kita akan berlayar kira-kira sekitar tiga jam jika cuaca cerah," kata Aeris, memberitahu.
Loria mengangguk, "Baiklah, terima kasih Aeris, kau duduklah." Aeris pun menuruti perkataan sang Kakak.
"Apa yang harus kita lakukan setelah sampai nanti?" tanya Altair.
"Tentu saja kita cari penginapan terlebih dahulu," jawab Loria.
"Apa menurut kalian kita akan bertemu Kak Pluto di sana?" Redeia tiba-tiba berucap dengan ragu-ragu, membuat sebagian tim—Aeris, Loria, dan Helios—menatap ke arahnya.
"Aku tidak akan mengatakan bahwa kita langsung menemukan Pluto. Tetapi aku yakin, dia ada di pulau seberang sana. Cepat atau lambat, kita akan menemukannya dan membawanya kembali, dia juga pasti rindu dengan rumahnya." Loria menjawab seraya menatap lautan di sekelilingnya.
"Lebih baik kita nikmati pemandangan laut ini sebelum kita sampai. Jarang-jarang bukan kita naik kapal?" ucap Aeris.
"Iya, kebanyakan dari kita pasti menaiki pesawat untuk menghemat waktu," sahut Helios.
Aeris menatap ke atas, melihat burung-burung yang terbang bebas di langit sana, ia menarik napas, kemudian membuangnya, mencoba menikmati aroma khas dari lautan. Namun, tiba-tiba Aeris memikirkan sesuatu. Perkataan wanita di Vilas tadi membuatnya pensaran.
"Pangeran Elijah dan Putri Jemimah akan berangkat menuju Hanasta beberapa hari lagi."
Aeris langsung menatap Navulia, ia kemudian menepuk pundak gadis tersebut. Navulia menoleh lantas bertanya, "Kenapa, Kak?"
"Kau suka sejarah, bukan?" Dengan semangat, Navulia mengangguk.
"Kau tahu Pangeran Elijah dan Putri Jemimah?" tanya Aeris.
Navulia tentu mengangguk. "Mereka anggota Kerajaan Vilas. Memangnya kenapa, Kak?"
Benar dugaanku ternyata, batin Aeris.
Aeris menggeleng lantas tersenyum. "Tidak. Tadi ada seorang wanita yang mengatakan bahwa Pangeran Elijah dan Putri Jemimah akan mengunjungi Hanasta beberapa hari lagi."
Navulia mengerutkan dahinya. "Mengunjungi Hanasta? Apa Kerajaan Vilas mempunyai hubungan dengan Kerajaan Hanasta?"
Aeris mengedikkan bahunya. "Tidak tahu, tapi mungkin saja."
"Di buku sejarah tidak ada kejadian itu."
Aeris tersenyum mendengarnya. "Tidak semua kejadian tertulis di buku sejarah, Nav."
KAMU SEDANG MEMBACA
Edith: Retrouvailles
Historical FictionKenangan masa lalu kembali hadir di hidup Aeris kala ia ditugaskan menuju tahun 1822. [Edith series #2] Sudah diterbitkan oleh Nebula Publisher dan part masih lengkap. Diharapkan untuk membaca Edith: Survive in Past dahulu jika belum membacanya. 04...