26. Penyerangan di Hanasta

345 74 10
                                    

Sebelum membaca, diharapkan vote terlebih dahulu

Seorang laki-laki berambut hitam sedang duduk menikmati matahari yang perlahan tenggelam. Malam hari adalah kesukaanya. Di mana aksinya akan dimulai.

Pintu diketuk sebanyak tiga kali. Laki-laki itu tersenyum pelan sebelum menyuruh orang yang mengetuk pintu masuk.

"Bagaimana persiapannya?"

"Hampir selesai, Jo. Kapan kita akan beraksi?" Laki-laki bernama Joash itu tersenyum untuk yang kedua kalinya.

"Sebentar lagi. Saat kegelapan sudah menyelimuti langit." Ia menjawab. Orang yang mengetuk pintu tadi membungkuk kecil.

"Baiklah, Jo." Orang tersebut pun keluar dari ruangan.

"Sebelum melancarkan aksiku, aku harus menemui kakak ipar dulu untuk mendapat dukungan," gumam Joash lalu segera pergi menuju ruangan yang tidak begitu jauh dari ruangannya tadi.

Pintu pun ia buka. Dua orang di dalam ruangan tersebut seketika menoleh ke arahnya dengan tatapan ... benci?

"Mau apa lagi kau ke sini?" tanya seorang perempuan dengan nada yang ketus. Satu orang lainnya pun hanya diam menyimak.

"Aku ingin meminta dukunganmu, kakak ipar." Joash berkata, seraya menunjukkan senyumannya yang menakutkan.

"Jangan memanggilku kakak ipar! Aku tidak sudi memiliki adik ipar sepertimu!" Joash pun menampilkan wajah pura-pura takut, lantas tertawa.

"Aku akan melupakan kalimatmu barusan. Baik sekali bukan, adik iparmu ini?" Wajah perempuan tersebut sudah benar-benar merah, ia menahan marah.

Joash berjalan pelan ke pinggir ruangan lalu menyenderkan punggungnya ke tembok. "Aku meminta dukunganmu untuk aksiku nanti malam."

"Aku akan menyerang Hanasta dan mengambil harta karunku." Joash tertawa sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan.

"Dasar sialan kau!" Perempuan itu benar-benar tidak bisa menahan gejolak amarahnya lagi. Ia membanting kursi lalu melihat ke arah temannya yang juga sedang menatapnya.

•••

Mata Aeris membelalak, kain yang membekap mulutnya perlahan-lahan melonggar. Membuat Aeris mengambil napas banyak-banyak. Lantas, terdengar bisikan di telinga kanannya.

"Diamlah tanpa suara, Ris." Aeris lega mendengar suara tersebut. Walau tidak bisa melihatnya, ia tahu, Arjunalah yang berada di belakangnya.

Terima kasih, Tuhan, batin Aeris merasa lega.

Arjuna kembali memegang pergelangan tangan Aeris. Ia diam-diam berpindah tempat, tentu dengan Aeris yang mengekorinya.

Aeris tidak banyak bertanya, ia tidak ingin menjadi beban yang hanya bisa bertanya lantas musuh mendengarnya dan mereka bisa ketahuan.

Apa mereka adalah anggota Hantu Malam? Apa ini ada kaitannya dengan hilangnya Kak Loria dan Kak Helios? Aeris kembali membatin.

Arjuna seketika berhenti, di depannya terlihat satu prajurit asing. Langsung saja Arjuna menarik Aeris untuk bersembunyi. Prajurit itu hanya melihat ke arah jalan tempat Arjuna dan Aeris bersembunyi, tetapi ia tidak curiga dan malah berjalan menjauh.

Karena takut berbahaya, akhirnya Arjuna memutar lewat jalan lainnya. Walau lebih jauh jaraknya, setidaknya Aeris aman.

Satu prajurit asing itu berbahaya atau memang Kak Arjuna bergerak diam-diam? Seperti nama pasukannya, Pasukan Bayangan, Aeris kembali membatin.

Edith: RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang