Biarlah ini berjalan apa kehendak takdir, karena diriku tak mampu tuk mengubahnya lagi.
-Menyapa Rindu-
S
enyuman Rindu tidak bisa disembunyikan lagi ketika ia begitu puas akan film yang baru saja ia tonton bersama teman-temannya. Tidak hanya rasa bahagia yang Rindu dapatkan, ia juga mendapatkan semangat untuk bisa seperti penulis novel yang berhasil membuat karya tulisnya menjadi sebuah film. Menurut Rindu, itu adalah sebuah prestasi yang luar biasa.
"Kita beli es krim yuk!" Rindu terlonjak kaget ketika tangannya ditarik oleh Putri. Teman sebangkunya itu selalu bisa membuat ia mendengus kesal.
"Sama-sama rasa coklat ya?" Putri memesan es krim dengan rasa yang sama. Ia tidak perlu bertanya kepada sahabatnya ingin memesan rasa apa, karena keempat temannya memiliki rasa kesukaan es krim yang sama. Meskipun Amanda lebih suka dengan rasa vanilla, tapi Putri membuatnya lebih mudah dengan langsung di sama ratakan menjadi rasa coklat.
"Tadi kenapa telat?" Rindu yang mendapatkan lirikan maut dari Zahar hanya bisa menatap gugup.
"Gue kan udah bilang, kalo Rindu ada urusan sebentar." Rindu mengangguk kaku menyetujui pembelaan dari Amanda.
"Gak percaya!" Zahra meraih es krim dari tangan Putri.
"Ngomongin apa?" Putri yang sudah memberikan satu persatu es krim kepada teman-temannya hanya bisa menatap bingung.
"Udahlah gak usah di bahas, lagian udah dateng kan, anaknya?" Meskipun Amanda menaruh kecurigaan kepada Rindu, tapi ia tidak suka jika suasana holiday-nya rusak hanya karena keributan kecil seperti ini.
"Kebiasaan! Gue selalu ketinggalan berita!" Rindu menarik bibir Putri yang sudah maju beberapa senti karena kesal.
"Tapi aneh aja Manda! Rindu orangnya gak pernah telat! Meskipun telat, tapi gak selama tadi!" Amanda menarik napas panjang mendengar pernyataan Zahra yang ingin tahu. Meskipun pendiam, gadis berambut pendek itu selalu akan mencari jawaban pasti hingga sampai ke akar-akarnya.
"Ngomongin soal Rindu telat ya?" Putri menatap ketiga temannya bergantian sembari menjilati es krim yang hampir meleleh ke tangannya.
"Apa yang dikatakan Amanda tadi bener! Gue telat karena ada urusan lain!" Rindu menarik napas panjang menatap Zahra yang sepertinya tidak puas akan jawabannya.
"Udahlah! Kita jalan-jalan lagi aja, ribet banget ngomongin yang gak penting!" Amanda sudah kesal. Ia memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan yang tidak penting ini.
"Gue mau kesana!" Rindu menujuk sebuah toko busana muslim yang langsung mendapatkan respon keheranan dari ketiga temannya.
"Bunda lo mau dibeliin gamis?" Putri semakin menautkan kedua alisnya ketika Rindu menggeleng santai.
"Terus?" tanya Amanda yang lebih kaget, karena ia tau betul jika Rindu bukan orang yang menyukai pakaian tertutup seperti jilbab dan gamis.
Tidak menjawab pertanyaan dari teman-temannya, Rindu malah melangkah pergi menuju toko yang tadi ia tunjuk.
"Dia kesambet apa sih? Tingkahnya aneh dari kemarin." Zahra mendekatkan diri kepada Amanda yang sepertinya tau akan masalah yang sedang Rindu hadapi.
"Apa jangan-jangan, karena depresi mikirin pak Melvin?" Amanda dan Zahra terlonjak kaget ketika tiba-tiba Putri sudah berbicara di belakang mereka.
"Apa hubungannya sama pak Melvin?" Putri melirik malas ke arah Zahra yang tidak peka.
"Ya karena tugas! Bukannya Rindu dapet hukuman mengerjakan satu bab soal dari pak Melvin."
"Ini murni salah lo! Kalo lo gak jujur-jujur amat! Pasti Rindu gak akan kena hukuman!" Amanda menatap sinis Putri lalu melangkah mengikuti Rindu yang sudah masuk toko.
"Kok gue? Gue kan sebagai manusia harus berkata jujur, bener kan Zah?"
"Pikir aja sendiri!" Zahra mengacak rambut Putri sebelum ia melangkah menyusul Amanda.
***
Rindu meraih pashmina berwarna biru yang sendari tadi mencuri perhatiannya ketika ia membeli es krim. Ia sangat menyukai warna biru dan warna biru yang berada di jilbab pashmina itu cocok dengan seleranya.
"Lo mau beli Rin?" Rindu terlonjak kaget ketika tiba-tiba Amanda sudah berada di belakangnya lalu di susul dengan Zahra.
"Iya gue mau beli ini." Rindu mengangkat jilbab pashmina membuat kedua temannya semakin melongo, baru pertama kalinya mereka melihat Rindu ingin membeli sebuah jilbab.
"Buat siapa? Bunda lo?"
Rindu menggeleng sembari tersenyum, "buat gue sendiri."
"Mau lo pakai?" Tanya Zahra memastikan.
"Enggak, gue beli ini karena suka aja sama warnanya." Amanda dan Zahra baru mengerti maksud dari Rindu. Mereka tidak bisa berkata-kata lagi karena memang Rindu begitu menyukai warna biru. Gadis itu bahkan rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk membeli barang yang memiliki berwarna biru.
"Gak sekalian sama gamisnya?" Amanda melihat-lihat gamis terlihat indah. Meksipun begitu, ia tidak ada keinginan untuk mencobanya.
"Gak, gue gak suka." Rindu menjawab apa adanya. Ia memang berniat hanya untuk membeli jilbab pashmina. Tidak lebih.
"Gue beliin kalo gitu."
***
Sebenarnya Rindu tidak ingin mencoba jilbab pashminanya, tapi karena Amanda dan yang lainnya memaksa. Akhirnya ia mencoba jilbab barunya dengan gamis yang tadi Amanda belikan kepadanya."Kok gue cantik banget ya?" Rindu menatap pantulan cermin yang memperlihatkan dirinya memakai jilbab pashmina yang ia model menutup sebagian dada dan berpadu gamis berwarna hitam yang di pilihkan langsung oleh Amanda, meksipun awalnya tadi ia menoleh beli, tapi Amanda selalu bisa membuat Rindu menerima keputusannya.
Rindu meraih handphone lalu mulai berselfi, ia akan mengirimkan bukti bahwa ia sudah memakai jilbabnya dengan apa yang teman-temannya perintahkan.
"Gemes banget sumpah! Pengen gue makan!" Rindu sekali lagi menatap tampilan baru dirinya. Ia sungguh terpesona akan wajahnya sendiri.
Setelah Rindu mengirimkan fotonya kepada teman-temannya, ia langsung mendapatkan komentar bertubuh.
Putri lelet
Siapa itu? Artis baru ya?Putri lelet
Itu beneran Rindu? Rindu temen gue?Amanda pemaksa
Apa gue bilang, lo itu cantik banget kalo pakai jilbab biru itu.Amanda pemaksa
Udah kayak ukhti-ukhti alimPutri lelet
Gue mau juga dong gamisnya, @Amanda pemaksaAmanda pemaksa
Tadi gue suruh milih, katanya gak mau.Putri lelet
Sekarang udah berubah pikiran. Ternyata gamisnya keren.Zahra beracun
Udah cocok jadi ustazah. Tinggal cari pak ustadznya aja.Rindu terlonjak kaget ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka lembar. Dari pantulan cermin, Rindu bisa melihat siapa orang yang sudah berani mengusik dirinya.
"Pak Melvin bisa gak sih, ketuk pintu dulu? Kalo Rindu lagi ganti baju gimana?" Rindu membalikkan badannya menatap tidak suka kepada Melvin yang saat ini berjalan mendekat.
"Kenapa emang kalo lo ganti baju? Gue juga tadi udah ketuk pintu, lo nya aja gak denger."
"Kenapa? Pak Melvin masih tanya kenapa?" Rindu menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan arah pikir pria di depannya, "gak tau malu!" Rindu mendengus kesal.
"Gak tau malu gimana? Lo kan istri gue, suka-suka gue dong kalo gue liat lo gak pakai baju! Bukan dosa juga, kalo liat istri telanjang. Kalo istri orang, baru gue dapet dosa."
🏫
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyapa Rindu
Teen FictionSesuatu yang di bangun dari keterpaksaan akan berakhir tidak menyenangkan. Begitupun dengan perjodohan yang tiba-tiba berada di depan mata Rindu Aisya Fitri. Di umur yang masih semangat mengejar mimpi, harus terkalahkan oleh permintaan kedua orang t...