Bab 14 | Toilet

48 9 1
                                    

Ini bukan soal cemburu, tapi lebih ke kecewa karena perlakuannya tidak sebaik dan semanis denganku, orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya.

-Menyapa Rindu-

Rindu benar-benar ingin membenturkan kepala Melvin. Bagaimana bisa ia menyuruh istrinya sendiri membersihkan toilet sekolah coba? Otaknya ditaruh di mana?

"Hukumnya jangan bersihin toilet Pak, yang lainnya aja. Lagian, saya tidak mengerjakan hukumannya juga karena di rumah saya lagi ada nikahan kemarin." Rindu tidak menyadari ucapannya yang langsung mengundang kebingungan sahabatnya.

"Siap yang nikah Rin? Kok, lo gak ngomong-ngomong sih, kalo rumah lo ada pernikahan?" Rindu membulatkan mata lebar menatap Melvin yang terlihat kaget, tapi masih tertutup dengan wajah datarnya.

"Ha apa?" Rindu menoleh ke arah Amanda yang tadi memprotes dirinya.

"Siapa yang nikah? Kenapa lo gak beritahu gue?" Amanda mengulangi pertanyaannya.

"Tetangga gue! Tetangga gue nikah lagi! Lo tau kan, yang Duda itu?" Rindu menaik turunkan alisnya mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Bisa dimulai hukuman barunya Rindu?"

"Jangan dong Pak! Hukuman yang lainnya aja ya?" Rindu memasang wajah tidak bersalahnya. Ia benar-benar melakukan hal yang sia-sia.

"Baiklah." Rindu tersenyum senang, ia menatap Melvin antusias.

"Lari tiga puluh kali memutari lapangan, atau membersihkan toilet."

Rindu berdecak jengkel, kenapa Melvin suka sekali membuatnya berolahraga. Tidak ada hukuman lainnya apa yang lebih menguntungkan bagi dirinya. Ia menatap sekilas Melvin, sepertinya pria itu sedang balas dendam karena kemarin ia memfoto dirinya tanpa izin.

"Bersihkan toilet aja, lo mau lari sampai pingsan?" Putri memberikan masukan kepada sahabatnya, ia masih ingat ketika Rindu mendapatkan hukuman lari, gadis itu terus mengomel karena capek.

"Iya! Bersihin kamar mandi aja! Lebih singkat!" Amanda sependapat dengan Putri.

Rindu menatap Zahra, hanya gadis itu yang belum mengeluarkan pendapatnya.

"Gue terserah, yang ngejalanin hukuman ini bukan gue." Rindu membulatkan mata mendengar pernyataan Zahra.

"Saya bakalan bersihkan toilet." Rindu tersenyum mengejek menatap Melvin sembari mendengus kesal.

***

Suasana kantin terasa ramai ketika jam istirahat berlangsung. Diantara meja-meja penuh sesak, Rindu dan teman-temannya asik mengobrol setelah mereka memesan makanan.

"Lo kenapa cuma beli jus alpukat Rin? Lo gak laper ya?" Putri yang baru saja sampai setelah ia memesan makanan untuk teman-temannya menatap heran kearah Rindu yang sedang fokus dengan handphonenya.

"Males aja." Rindu meletakkan ponselnya di atas meja lalu menatap Putri yang duduk di depannya. Sementara Amanda berada di sampingnya yang berhadapan dengan Zahra.

"Udah kenyang?" Rindu menarik napasnya panjang, ia masih kesal dengan hukumannya dan sekarang ia harus bertemu dengan teman polos yang menyebalkan.

"Gak usah kepo bisa gak sih?" sembur Rindu menampakkan wajah kesalnya.

Amanda yang sedang mengobrol dengan Zahra langsung mengalihkan perhatian kepada Rindu, "kenapa Rin? Masih kesel sama tadi ya?" Gadis berambut panjang itu mengusap punggung Rindu.

"Ya! Gue kesel banget!" Rindu mengepalkan kedua tangan, membayangkan jika saat ini ia sedang meremukkan tubuh Melvin, "awas aja kalo ketemu nanti! Gue bakalan balas dendam!" sungutnya menahan marah.

Menyapa Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang