Bab 31 | Terkejut

48 6 0
                                    

Kita manusia hanya bisa merencanakan, kita bukan pencipta alam semesta yang dapat mengabulkan.

-Menyapa Rindu-

Rindu tidak kuasa menahan air matanya setelah ia masuk kedalam kamar inap bundanya. Apalagi melihat Nada yang sudah terpasang oleh alat-alat medis, membuat hati gadis itu terasa sesak.

Nada yang menyadari kedatangan putrinya hanya bisa tersenyum lemah. Ia tidak kuasa melihat betapa rapuhnya Rindu saat ini, "Bunda baik-baik saja, jangan khawatir ok?" Rindu yang mendengar itu tidak kuasa menahan air matanya yang melaju semakin deras. Bagaimana bisa ia mendapatkan takdir sesakit ini, ia bahkan tidak pernah bisa membayangkan akan berada di posisi ini.

"Rindu sayang Bunda." Gadis berambut pendek itu mengusap air matanya kasar sembari mencoba tersenyum. Ia tidak boleh terlihat lemah didepan Nada, ia harus menjadi Rindu yang kuat seperti Bundanya kenal.

Pintu terbuka menampilkan Candra yang sudah terlihat berantakan meskipun tidak ada air mata yang menetes. Sementara Melvin yang berada dibelakang Candra menatap sekilas istrinya yang terlihat rapuh. Baru pertama kali ini dirinya melihat dengan jelas kesedihan di wajah yang setiap harinya ceria layaknya matahari pagi.

"Boleh Bunda meminta sesuatu kepada Rindu?" Dengan susah payah Nada meraih kedua tangan putrinya.

"Iya, Bunda boleh meminta apapun kepada Rindu. Rindu tidak akan menolak," Rindu mengusap air matanya yang entah keberapa kali. Ia membenci dirinya sendiri karena terus menangis meksipun sekuat apapun ia mencoba kuat dan tegar.

"Bunda tidak memaksa, tapi Bunda mohon." Nada dan Rindu sekilas menatap Candra yang tiba-tiba pergi dari ruangan. Pria paruh baya itu tidak bisa berlama-lama berada dekat dengan istirnya yang saat ini sedang tidak baik-baik saja, lebih baik dirinya keluar dan tidak menampakkan kesedihan didepan orang-orang yang ia sayang.

"Pakailah jilbab," Rindu segera mengangguk menyetujui perkataan Bundanya. Untuk saat ini dirinya tidak memiliki pilihan lain selain menurut dan mencoba mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini semua akan baik-baik saja, Bundanya akan sembuh setelah ini.

"Rindu janji setelah ini, Rindu bakalan pakai jilbab seperti apa yang Bunda inginkan." Rindu menggenggam erat kedua tangan Nada. Susah payah ia membendung air matanya dan itu berhasil, meksipun tidak lama.

"Melvin," panggil Nada mengalihkan pandangan menatap Melvin yang sendari tadi berdiri disudut ruangan.

"Berjanjilah kau akan menjaga Rindu, dia sebenarnya gadis yang lemah, ia begitu pintar menutupi kesedihan dengan tawanya." Rindu yang mendengar pernyataan Nada untuk Melvin yang saat ini sudah berada disampingnya hanya bisa tersenyum kaku. Air matanya kembali menetes dan itu menandakan bahwa dirinya benar-benar tidak berdaya.

Sementara Melvin hanya mengangguk lemah, ia tidak yakin akan dirinya yang menepati janji menjaga Rindu seperti apa yang ibu mertuanya katakan. Melvin bukan lelaki sempurna yang bisa memenuhi semua permintaan orang lain, tanpa memperdulikan dirinya sendiri.

Nada meraih tangan Rindu dan Melvin, "maaf untuk kesalahan yang Bunda perbuat. Apapun keputusan kalian, semoga itu yang terbaik." Rindu tidak bisa menahan tangisnya lagi, karena memang ia tidak sekuat apa yang orang-orang bilang. Apalagi ini menyangkut orang yang paling ia sayang.

***

"Sebaiknya kamu pulang Rindu, biar Ayah yang menjaga Bunda disini." Rindu menggelengkan kepalanya lemah ketika Candra mengusap rambutnya. Saat ini mereka duduk di depan ruang inap Nada, sementara Melvin sedang berada didalam dengan kedua orang tuanya yang baru datang.

Menyapa Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang