Ketika aku tak lagi peduli, bukan berarti sudah tak lagi rasa di hati.
-Menyapa Rindu-
"Gue bilang, gue gak mau makan." Rindu menatap kesal Melvin yang memaksanya duduk si sofa panjang yang berada didalam kamarnya.
"Kalo kamu gak makan, nanti sakit. Saya yang repot." Rindu yang awalnya sedikit tersentuh akan pernyataan Melvin langsung mendengus kesal. Ia pikir suaminya itu memang mengkhawatirkannya.
"Pokoknya gue gak mau! Gue gak selera makan karena terbayang toilet kotor tadi!" Rindu ingin muntah ketika ia membayangkan bagaimana susahnya ia membersihkan kamar mandi yang begitu jorok dan bau. Seumur hidupnya ia tidak pernah membersihkan hal menjijikkan selain itu.
Rindu menatap heran ketika Melvin menyodorkan sesendok makanan di depan mulutnya.
"Cepet buka mulut, tangan saya sudah pegel." Entah kenapa Rindu menuruti perkataan Melvin, perlahan ia membuka mulutnya dengan ragu.
"Kalo jijik bersihin kamar mandi, kenapa gak pilih lari aja?" Rindu yang masih mengunyah makanannya memutar bola matanya malas.
"Kalo lari gue bisa pingsan! Emangnya saya itu, Pak Melvin yang ku..." Rindu tersedak membuat Melvin buru-buru mengambil air yang berada di meja.
"Kalo makan jangan bicara." serunya sembari membantu Rindu minum.
"Pak Melvin kan, tadi yang tanya sama Rindu? Kalo Rindu gak jawab, nanti gak sopan! Kalo kayak gitu, nanti Pak Melvin hukum Rindu lagi!" Pernyataan dari istrinya membuat Melvin merasa kesal sendiri.
"Bisa tidak, kamu tidak memanggil saya dengan sebutan Pak?"
Rindu yang sudah habis minum langsung mendengus kesal, "gak! Lagian Pak Melvin itu udah tua! Udah gak pantes dipanggil Mas atau Kak!" omel Rindu mengingat perintah bundanya yang menyuruh ia memanggil suaminya dengan salah satu embel-embel itu.
"Saya tidak setua itu ya, umur saya masih dua puluh empat tahun." Melvin mencoba membela diri.
"Sama aja tua! Kalo aja gue punya kakak cowok! Mungkin, umurnya juga gak jauh beda sama Pak Melvin!" Meksipun Melvin berdebat dengan istrinya, ia tetap menyuapi Rindu dengan perlahan.
"Kalo gitu panggil saya Kakak aja." Rindu yang masih mengunyah makanannya langsung menggeleng tidak setuju.
"Gak sudi! Pak Melvin gak pantes saya panggil dengan sebutan kakak!" Rindu membuka mulut lembar menerima suapan dadi suaminya, "gimana kalo Om Melvin?" serunya disela-sela mengunyah.
Rindu menutup mulutnya ketika ia ingin tertawa melihat wajah tidak suka dari Melvin, "ok! Mulai sekarang Rindu bakalan panggil Pak Melvin dengan sebutan Om Melvin!"
"Suka bikin orang kesel," terang Melvin datar sembari menyuapi Rindu yang sudah membuka mulutnya lebar.
"Siapa suruh jadi orang ngeselin! Selalu ngasih tugas banyak! Kalo telat sedikit, kasih hukuman! Ganteng tapi jual mahal lagi! Gak pernah senyum!" omel Rindu mengeluarkan kekesalannya.
"Apa? Ganteng?" Melvin menaikkan sebelah alisnya menatap Rindu yang spontan membulatkan mata, menyadari akan pernyataannya tadi.
"Gak usah kepedean! Saya bilang ganteng, karena Om Melvin itu cowok! Cowok kan emang ganteng!" Rindu meraih segelas air lalu meminumnya, mencoba menutupi kebodohannya.
"Saya ingin anak didik saya disiplin, saya memberikan tugas dan hukuman itu ada sebabnya. Kamu sebagai pelajar, gak boleh banyak ngeluh." Melvin beranjak dari duduknya setelah ia meletakkan piring di atas nampan.
"Masalahnya! Tugas yang Om Melvin kasih itu kebanyakan! Om Melvin gak bisa ngerti perasaan anak didiknya yang otaknya emang lemot gak bisa langsung paham!" Rindu memperhatikan suaminya yang sedang mengambil buku tulisnya diatas meja.
"Gak ngerti perasaan gimana? Setelah saya menjelaskan, biasanya juga saya bertanya kepada kalian akan materi apa saja yang belum dimengerti kan?" Melvin membalikkan badannya menatap Rindu yang mendengus kesal.
"Iya! Tapi wajah kaku Om Melvin itu bikin orang takut tanya!" Rindu masih tidak mau kalah dengan Melvin yang saat ini sudah kembali duduk disampingnya dengan membawa buku tulis kimianya.
"Itulah kalian, lihat orang dari penampilan luar." Rindu menatap tidak suka dengan pernyataan suaminya.
"Bukannya yang lihat orang dari penampilan itu Om Melvin ya?" sindir Rindu melirik Melvin sekilas.
"Emang ya, nasehatin anak kecil itu susah." Pernyataan dari pria disampingnya spontan membuat Rindu membulatkan mata.
"Apa?" Melvin yang sibuk meneliti buku tulis istrinya kaget akan teriakkan dari Rindu.
"Om Melvin tadi bilang apa? Anak kecil? Jadi, Rindu kayak anak kecil gitu?"
"Emang iya kan, kamu masih kecil, tingkah kamu juga mendukung," terang Melvin dengan santainya menangapi Rindu yang sudah uring-uringan tidak terima, "lihat. Ini salah satu contoh kelakuan anak kecil." Melvin menujuk halaman buku tulis paling akhir yang terdapat coret-coretan Rindu.
"Pak roti panggang nyebelin, suka bikin kesel, semoga gak dapet jodoh, tukang ngomel, kaku kayak batu, semoga aja dapet jodoh yang..." Rindu buru-buru merampas buku tulisnya sebelum Melvin membaca semua tulisannya.
"Gak sopan ya baca-baca buku orang," sembur Rindu sinis.
"Gak sopan? Kamu sendiri yang ngatain guru sendiri kayak gitu? Itu sopan gak?" Melvin tidak marah akan tulisan mengejek dari istrinya, ia malah ingin tertawa lepas melihat sikap lucu Rindu yang memang sudah seperti anak kecil.
"Siapa suruh jadi guru ngeselin!" Rindu beranjak dari duduknya, "udahlah! Om Melvin pergi aja dari kamar Rindu! Rindu mau tidur!" serunya melangkah pergi menjauhi Melvin, ia merasa takut setelah suaminya membaca sumpah serapah tentang dirinya.
Melvin beranjak dari duduk sembari menatap Rindu yang sedang melepaskan jilbabnya, "kalo kamu tau, kamu itu cantik pakai jilbab. Pasti, kamu bakalan pakai itu terus."
Pernyataan suaminya menghentikan aktivitas Rindu yang akan menaruh jilbab kembali kedalam lemari. Ia membalikkan badan menatap Melvin yang sedang meraih gelas dan menaruhnya di atas nampan.
"Setau saya soal perempuan, perempuan itu kalo udah suka sama sesuatu pasti bakalan dilakuin untuk mendapatkan sesuatu itu. Contohnya jilbab itu," Melvin mendongak menatap Rindu setelah ia mengangkat nampan, "kalo kamu udah suka pakai jilbab, pasti kamu gak akan mikirin gerah, panas dan sesak. Alasan itu sebenarnya gak ada, kitanya aja yang buat alasan itu ada."
Rindu tidak membalas perkataan Melvin, baru kali ini ia mendengar penuturan yang terdengar berbeda. Kebanyakan orang yang menyuruhnya untuk berjilbab, selalu memaksa dan memberikan pernyataan pada umumnya yang membuat ia mengantuk sekaligus menjadi angin lalu.
"Jangan tidur malam-malam, besok masih sekolah," terang Melvin terakhir kalinya sebelum ia melangkah pergi meninggalkan Rindu.
🏫
Di usahakan update sesuai jadwal, meksipun kadang lupa dan mager.
(Aku ucapin terimakasih untuk kalian yg sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ku yg masih banyak kurangnya 🙏🏻, banyak sedikitnya semoga bisa bermanfaat untuk kalian)
Jadwal update : Selasa, Kamis & Jumat

KAMU SEDANG MEMBACA
Menyapa Rindu
Teen FictionSesuatu yang di bangun dari keterpaksaan akan berakhir tidak menyenangkan. Begitupun dengan perjodohan yang tiba-tiba berada di depan mata Rindu Aisya Fitri. Di umur yang masih semangat mengejar mimpi, harus terkalahkan oleh permintaan kedua orang t...